“ Tanpa awal yang dapat diketemukan dan tak ada Fakta Allah/ Tuhan Pencipta Alam Semesta dan Isinya “

SERI KE-4 DIFINISI ALLAH/ TUHAN.


oleh TamanDharma Dot Kom pada 30 September 2010 jam 1:32.

Seringkali kita sebagai umat buddha mendapat pertanyaan mengenai mengapa tidak ada Tuhan pencipta dalam ajaran Buddha?, lalu pertanyaan berikutnya adalah bila tidak ada Tuhan pencipta bagaimana alam semesta terbentuk dan tercipta? dan kita sering kesulitan menjawabnya sehingga memberikan jawaban yang mengambang sebagai jawaban bagi si penanya.

Namun bila kita mau meneliti dengan mengacu pada sabda2 Sang Buddha, walaupun tidak pernah ada Tuhan pencipta dalam ajaran Buddha sesungguhnya Sang Buddha telah menjelaskan. Bahwa alam semesta termasuk manusia dan mahluk2 lainnya tercipta melalui suatu proses alami (tanpa campur tangan Tuhan), yg tercipta melalui hubungan sebab akibat yg saling bergantungan satu sama lain, yg prosesnya sangat panjang dan tidak terjadi dengan seketika dalam hitungan hari.

Jadi kalau tetap mau dipaksakan harus ada Tuhan, maka hubungan sebab dan akibat yg saling bergantungan itulah Tuhan. dan kesimpulan yg bisa kita berikan Tuhan dalam agama Buddha adalah LAW (impersonal-hukum alam semesta) dan bukan LORD (personal). Dan pernyataan ini sejalan dengan ilmu pengetahuan yg didukung oleh seorang fisikawan terkenal Stephen Hawking.

Yang dengan tegas menyatakan sang pencipta itu adalah hukum Gravitasi dan bukan Tuhan. Mengenai pernyataan Hawking Silakan di search di google dengan mengetikan keyword "Bukan Tuhan yg menciptakan Alam Semesta" , dan "Buddhisme tak terguncang ketika Tuhan tak ada" yg ditulis Bhagavant.com

Hukum Gravitasi yg dalam pandangan buddhis masuk dalam hukum Fisika/hukum Energi ( Utu Niyama ) adalah 1 dari 5 hukum alam yg mengatur terciptanya alam semesta dan kehidupan mahluk2. Empat hukum kosmis lainnya adalah Bija Niyama, Kamma Niyama, Citta Niyama dan Dhamma Niyama, dan ke lima hukum kosmis inilah yg diajarkan oleh Sang Buddha dalam mengatasi kekeliruan pandang mengenai adanya Tuhan pencipta. (Lord/God Creator)


Lalu pertanyaan berikutnya yg juga sering ditanyakan adalah, kalau begitu kapan awal alam semesta ini terbentuk dan tercipta ?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat menjawabnya dengan jawaban yg telah dengan cukup jelas diberikan sang Buddha dan jawabannya cukup sederhana yaituTANPA AWAL yg dapat diketemukan, sedangkan untuk menjelaskan detilnya kita dapat menggunakan logika matematika dan metafisika dan dapat diperkuat dengan kotbah2 sang Buddha yg terdapat dalam Anamataggasamyutta yg merupakan bagian dari Samyutta Nikaya ke 15.
Untuk pembahasan Tanpa awal yg dapat diketemukan akan kita bahas pada sesi yg berikutnya. Namun bagi yg ingin mengetahuinya saat ini juga silakan dibaca di forum TamanDharma.com --> http://tamandharma.com/forum/index.php/topic,4417.msg0.html


Bagi Hawking, Dalil Ilmiah adalah "Tuhan"

By Renne R.A Kawilarang - Jumat, 3 September

Stephen Hawking


VIVAnews - Teori fisikawan terkemuka, Stephen Hawking, bahwa Tuhan tidak ada sangkut pautnya dengan penciptaan alam semesta telah mengundang reaksi keras dari kaum rohaniwan di Inggris. Menurut mereka, teori Hawking itu tidak bisa diterima sebagai kebenaran apalagi sampai mengusik keimanan orang lain.

Kepala Gereja Kristen Anglikan, Rowan Williams, tidak bisa menerima argumen Hawking bahwa alam semesta bisa tercipta tanpa campur tangan Tuhan. Menurut Williams, manusia sejak dahulu percaya bahwa Tuhan menciptakan semesta.

"Percaya kepada Tuhan bukan sekadar mengisi kekosongan dalam menjelaskan bagaimana suatu hal terkait dengan hal lain di dalam alam semesta," kata Williams dalam majalah "Eureka" terbitan harian The Times.

"Kepercayaan itulah yang menjelaskan bahwa ada suatu unsur yang pintar dan hidup dimana segala sesuatu pada akhirnya bergantung pada keberadaannya," lanjut Williams yang komentarnya juga dikutip laman harian The Telegraph, Jumat 3 September 2010.
"Ilmu fisika dengan sendirinya tidak akan menjawab pertanyaan mengapa ada ketimbang tiada," lanjut Williams. Dia mengritik pernyataan Hawking bahwa,"Karena ada hukum seperti gravitasi, alam semesta bisa dan akan tercipta sendiri.

" Williams pun tidak habis pikir dengan pernyataan ilmuwan berusia 68 tahun itu bahwa "Kreasi yang spontan merupakan alasan mengapa ada ketimbang tiada, mengapa alam semesta ada, mengapa kita ada."
Selain Williams, kritik juga muncul dari pemuka agama lain, seperti Pemimpin Gereja Katolik Roma di Inggris, Lord Sacks, dan Ibrahim Mogra, Ketua Dewan Muslim Inggris. Kepada The Times, Lord Sacks menilai bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu penjelasan, sedangkan agama adalah menyangkut tafsiran.

Melalui buku barunya yang akan terbit 9 September mendatang, "The Grand Design," Hawking mementahkan keyakinan Isaac Newton - dan juga pandangan Hawking sendiri - bahwa jagat raya termasuk Bumi terbentuk akibat campur tangan ilahi.

Dalam ringkasan buku yang pertama kali diterbitkan harian Inggris, The Times, Hawking menantang teori Newton bahwa alam semesta pastinya didesain oleh Tuhan karena tidak mungkin muncul dari fenomena chaos. Buku terbaru itu ditulis Hawking bersama fisikawan Amerika, Leonard Mlodinow.

Bukan kali ini saja Hawking mengesampingkan konsep Tuhan dalam mengemukakan teorinya. Dalam wawancara dengan stasiun televisi Inggris, Channel 4, Juni lalu, Hawking mengaku tidak percaya bahwa ada Tuhan secara "personal"

"Pertanyaannya adalah, apakah demikian caranya alam semesta mulai dipilih oleh Tuhan bagi alasan-alasan yang kita tidak bisa pahami, atau apakah itu ditentukan oleh suatu dalil ilmiah?" Saya percaya yang kedua," kata Hawking saat itu dalam program acara "Genius of Britain."\

"Bila kalian mau, kalian bisa menyebut dalil-dalil ilmiah itu 'Tuhan.' Namun bukan seperti suatu Tuhan yang personal yang bisa kalian temui dan kalian tanya," lanjut Hawking.
Tanpa Awal



oleh TamanDharma Dot Kom pada 06 Oktober 2010 jam 2:33
pembahasan kali ini adalah lanjutan dari sesi sebelumnya dihttp://www.facebook.com/note.php?note_id=162013003810795



kali ini kita akan membahas Kapan awal alam semesta ini terbentuk dan tercipta ? untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat menjawabnya dengan jawaban yg telah dengan cukup jelas diberikan sang Buddha, dan jawabannya cukup sederhana yaitu TANPA AWAL YG DAPAT DITEMUKAN, sedangkan untuk menjelaskan detilnya kita dapat menggunakan logika matematika dan metafisika dan juga dapat diperkuat dengan kotbah2 sang Buddha yg terdapat dalam Anamataggasamyutta yg merupakan bagian dari Samyutta Nikaya ke 15.1.

“Para bhikkhu, samsara ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan. Titik pertama tidak terlihat oleh makhluk-makhluk yang berkelana dan mengembara karena terhalangi oleh kebodohan dan terbelenggu oleh keinginan." Misalnya, para bhikkhu, seseorang memotong semua rumput, kayu, dahan, dan dedaunan di Jambudipa ini dan mengumpulkannya semua dalam satu tumpukan.

Setelah melakukan itu, ia akan memindahkannya satu demi satu, dengan mengatakan [untuk tiap-tiap potongan]: “Ini adalah ibuku, ini adalah ibu dari ibuku.” Urutan dari ibu dan nenek dari orang itu tidak akan berakhir, namun rumput, kayu, dahan, dan dedaunan di Jambudipa ini sudah habis dipindahkan. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, samsara ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan.”

dari pengandaian tsb silakan teman2 bayangkan seberapa banyak generasi nenek moyang kita, bahkan tumpukan rumput dan dahan yg ada dimuka bumi ini masih sedikit bila dibandingkan dengan jumah generasi nenek moyang kita

2. “Misalnya, para bhikkhu, seseorang membentuk bola-bola tanah sebesar biji jujube dari seluruh tanah di bumi ini dan memindahkannya satu demi satu, dengan mengatakan [untuk tiap-tiap butirnya]: “Ini adalah ayahku, ini adalah ayah dari ayahku.” Urutan dari ayah dan kakek dari orang itu tidak akan berakhir, namun seluruh tanah di bumi ini sudah habis dipindahkan. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, samsara ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan. ”

3. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: air mata yang telah kalian teteskan ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan – air mata yg telah kalian teteskan atau air di empat samudra raya?”“Seperti yang kami pahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavà,

Yang Mulia, air mata yang telah kami teteskan ketika kami berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudra raya.”“Bagus, bagus, para bhikkhu! Bagus sekali kalian memahami Dhamma yang Ku-ajarkan seperti itu.

Air mata yang telah kalian teteskan ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudra raya. Sejak lama, para bhikkhu, kalian telah mengalami kematian ibu; ketika mengalami ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan, tetesan air mata yang telah kalian teteskan adalah lebih banyak daripada air di empat samudra raya.”

"4. para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: air susu ibu yang telah kalian minum ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini – ini atau air di empat samudra raya?”“Seperti yang kami pahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavà,

Yang Mulia, air susu ibu yang telah kami minum ketika kami berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudra raya.”

“Bagus, bagus, para bhikkhu! Bagus sekali kalian memahami Dhamma yang Ku-ajarkan seperti itu. Air susu ibu yang telah kalian minum ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudra raya. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, samsara ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan

Dari kutipan sabda sang Buddha di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya kita semua telah mengalami kelahiran dan kematian yg berulang dan berulang terus, manusia termasuk anda dan saya telah terlahir bukan baru 2x, 3x, 10x, 100x, 1000x, 1.000.000x, 1.000.xxxxxx.000.000, namun melebihi semua itu.

Dengan membandingkan jumlah air mata yg telah kita teteskan telah melampaui jumlah air yg ada di 4 samudra maka deretan angka2 tsb tetap tak dapat mewakili berapa kali kita telah mengalami kelahiran kembali. Kalaupun kita memaksakan angka2 tsb kita akan kesulitan menyebutkan nilainya.

Oleh karna itu satu2nya jawaban yg dapat kita berikan adalah tak dapat diketahui, istilah matematikanya tak terdefinisikan/tak terhingga. Dan bila kita tak dapat mengetahui kapan kita pertama kali tercipta dan terbentuk maka alam semesta ini juga tak dapat diketahui kapan pertama kalinya tercipta dan terbentuk.

Oleh sebab itulah mengapa Sang Buddha mengatakannya sebagai tanpa awal yg dapat diketemukan.Demikian sedikit penjelasan dari saya, bila ada dari teman2 yg ingin menambahkan atau ingin ditanyakan saya persilakan, semoga topik yg saya angkat ini bisa menjadi diskusi yg bermanfaat untuk kita semua.

Karma baik dari tulisan ini kita limpahkan kepada semua mahluk semoga kita semua berbahagia, sadhu3x.

iwan
penyusun
sumber: http://tamandharma.com/forum/index.php/topic,4417.0.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “