Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2011

“ ASHTAVAKRA SUTRA “

JANAK BERTANYA: "Wahai, Yang Maha Mulia, bagaimana caranya mencapai kebijaksanaan? Dan bagaimana cara pembebasan terjadi? Dan bagaimana ketidakterikatan dapat dicapai? Tolong jelaskan kepadaku." ASHTAVAKRA MENJAWAB: "Wahai Yang Terkasih, jika kau ingin terbebaskan dari racun penderitaan yang disebabkan oleh berbagai nafsu, maka minumlah madu yang terbuat dari pemaafan, kepolosan, kasih, kepuasan, serta kebenaran. Kau bukan bumi, bukan udara, bukan api, bukan air, dan bukan ruang. Untuk mencapai pembebasan, maka sadarilah dirimu sebagai 'Sang Saksi', yang selalu menyadari segala sesuatu tanpa terikat olehnya. "Jika kau dapat memisahkan dirimu dari badan fisik, dan beristirahat dalam Kesadaran-Murni, maka setiap saat kau akan berada dalam keadaan bahagia, damai, dan bebas dari berbagai keterikatan. "Kau bukanlah dari kasta brahmana atau kasta yang lainnya. Kau tidak berada dalam empat-keadaan-hidup, yaitu: keadaan jaga, keadaan mimpi, keadaan tidur tanpa

"BAGAIMANA BUDDHA GOTAMA WAFAT ?". Oleh : Dr. Bhikkhu Mettanando*

Selama hari Vesak, kita telah diberitahukan bahwa hari itu juga merupakan hari dimana Sang Buddha mencapai Parinibbana. Tetapi tidak banyak orang mengetahui bagaimana Sang Buddha wafat. Teks-teks kuno menampilkan dua kisah tentang wafatnya Sang Buddha. Apakah wafatnya Sang Buddha direncanakan dan merupakan kehendak Sang Buddha, atau apakah karena keracunan makanan, atau ada hal lain yang berkaitan satu sama dengan yang lain ? Inilah jawabannya. Mahaparinibbana Sutta, yang merupakan kotbah panjang dalam Tipitaka Pali, tidak diragukan lagi merupakan sumber yang paling dapat dipercaya untuk perincian atas wafatnya Siddhattha Gotama (563-483 SM), Sang Buddha. Mahaparinibbana Sutta disusun dalam bentuk naratif yang membiarkan para pembaca untuk mengikuti kisah hari-hari terakhir Sang Buddha, yang dimulai dari beberapa bulan sebelum Beliau wafat. Walaupun demikian, untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi terhadap Sang Buddha adalah suatu hal yang tidak sederhana. Sutta, atau kotbah, m

" sejarah agama Buddha di indonesia ".

Agama Buddha bagi bangsa Indonesia sebenarnya bukanlah agama baru. Ratusan Tahun yang silam agama ini pernah menjadi pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia tepatnya pada zaman kerajaan Sriwijaya, kerajaan Mataram Purba dan keprabuan Majapahit. Candi Borobudur, salah satu warisan kebudayaan bangsa yang amat kita banggakan tidak lain cerminan dari kejayaan agama Buddha di zaman lampau. Sekitar tahun 423 M Bhiksu Gunawarman datang ke negri Cho-Po (jawa) untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Ternyata ia memperoleh perlindungan dari penguasa setempat, sehingga misinya menyebar luaskan ajaran Buddha berjalan lancar. semua ini tercatat di dalambuku Gunawarman dan jika di dasarkan pada buku ini maka kemungkinan besar ia adalah seorang perintid pengembangan agama Buddha di Indonesia pada zaman tersebut. Berdasarkan catatan dari kerajaan Tang di Tiongkok, pada pertengahan abad ke-7 di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan yang menganut agama Buddha namanya Kaling. Di Tiongkok nama itu

" Mengenal Lao Tzu dan Ajarannya ".

"Perjalanan seribu Li dimulai dari satu langkah kecil. " ( Tao Te Cing, Bab 64,5). Ungkapan di atas dikutip dari kitab Tao Te Ching karya Lao Tzu atau Lao Zi. Ungkapan yang sangat sederhana tetapi menjadi sangat terkenal dan sering dijadikan pendorong semangat dalam setiap usaha atau kegiatan pada kehidupan manusia saat ini. Lao Tzu hidup pada rentang masa 604-531 SM. Ia dilahirkan di negara Ch'u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Ia bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau C'un, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu tua.' Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao Tzu berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tzu hidup pada era Ciu dan hampir satu era dengan Confu

" Sejarah Agama Tao ". Oleh: DR. I Djaja L Msc.

Agama Tao merupakan Agama yang berasal dari Tiongkok. Dari data-data yang ada, maka Agama Tao termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak 7000 tahun yang silam, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa, ini tercermin dari tulisan LU XUN seorang budayawan kondang, dimana beliau menulis bahwa Agama Tao adalah agama dan akar utama dari kebudayaan Tionghoa. Umumnya Agama Tao diyakini : Berasal dari Kaisar Kuning (Wang Di), dikembangkan oleh Lao Zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan (Agama Tao) yang lengkap oleh Zhang Tao Ling. Agama Tao selain telah berjasa dalam menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat di Tiongkok selama beribu-ribu tahun. Juga telah memberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan sastra, budaya, ilmu astronomi, ilmu pengobatan, filsafat dan cara berpikir masyarakat Tionghoa dimanapun mereka berada. Pada jaman FU XI sekitar tahun 5000 SM, FU XI telah menggunakan teori dan perhitungan BA-KUA (Del