“ DANA APA YG DAPAT MENUNTUN ORANG MENCAPAI TINGKAT KESUCIAN BATIN “

DISKUSI DHARMA FACEBOOK.

Teman2 Dharma kalau sempat silahkan simak pertanyan dari Umat di bawah ini dan kasih komen.

Bhante dana apakah yg menuntun seseorang menuju kesucian batin spt Sotapanna dan seterusnya?

apakah berdana benda ato makanan dan minuman kepada rupang Buddha termasuk kategori Dana menuju Kesucian Batin?
Seperti berdana pasang dupa ato berdana Benda berharga lainnya?

Krn sy tdk suka ke wihara jumpa para bhante, dirumh hnya ada altar Buddha dsb.


Teman2 tlg ks koment yg benar dan berguna, sadhu.

Kesimpulan: Teman2 maaf kl komen bahnte salah. Berdana itu urutan pertama dlm ajaran Buddha, sebagai syarat/ sarana utk mencapai semua keinginan, termasuk tingkat kesucian batin. Dlm Nidhikandha-Sutta ada tiga faktor utk mencapai segala keinginan yaitu; Gemar berdana, Menjaga Moralitas, dan praktik Samadhi.

Bentuk dana apa yg menuntun kesucian batin, jawabnya semua bentuk dana menunjang ke jalan kesucian batin (Magga). Semakin besar bentuk Dananya, makin lbh cepat menuju jalan kesucian batin. Cuma, yg dimaksud berdana yg baik dan benar ialah hrs yg diberikan kpd orang/ makhluk hdp lalu dpt dimanfaatkan oleh yg menerima.

Namun dlm aliran Mahayana dan Tantrayana ada cara berdana spt yg ditanyakan diatas. Hanya cara berdananya hrs melalui Upacara Visualisasi, dan keyakinan kuat, serta Mantra2 khusus, hal ini hrs belajar dan berlatih kpd Guru yg khusus mengajarkan cara berdana tsb. Demikian yg dpt bhante sampaikan, semoga berguna membawa kemajuan dlm belajar Dharma utk menambah wawasan.


T eman2 terimakasih atas dedikasi dan komen yg berguna.

1. Nb..dr cerita riwayat sang Buddha d ceritakan bahwa umat yg berdana makanan ato materi lainx kepada sang Buddha ato arahat lainnya setelah itu mereka mendengarkan Dhamma maka ada yg mencapai tingkat kesucian sotapanna bahkan lebh tinggi lg... Menurut saya..ΰητΰκ mencapai kesucian bathin seseorang hrs banyak melatih diri dan belajar Buddha Dhamma juga.. Tp tidak hanya dgn berdana lantas bisa mencapai tingkat kesucian Sotapanna.. Rasanya tidak sinkron..tp entahlah..jika orang tsb mmg sdh mencapai tahapan kesucian tertentu sebelumnya.. Spt pd zaman Sang Buddha, dgn menyapu saja seorang Bhikkhu ßΐśα mencapai kesucian. Tp ΰητΰκ zaman skrg rasanya ga semudah ï†ϋ,..demikian pendapat Śγ Bhante.



2. namo buddhaya bhante & smua sdr ku.ini hanya komen saja d sy & mohon maaf jika saya salah n mohon petunjuknya. menurut sy jk qt berdana baik ke vihara,bhante,atau ke org yg membutuhan jgn lah qt berharap sebuah tujuan dr qt berdana. sebuah dana akan lebih bermakna jk qt ikhlas memberi,berdana adalah sebuah jalan bg qt untuk lebih memahami kehidupan.



3. Namo buddhaya bhante met pagi. Apa kabar bhante? Menurut pendapat saya,berdana merupakan suatu hal yang istimewa,yang bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu larangan.Disini,ditanyakan apakah dengan berdana bisa mencapai kesucian Arahat?Jawabannya belum tentu.Seseoran...g bisa berdana,tetapi tidak melakukan Sila,apakah bisa mencapai tingkat kesucian?Anda jawab sendiri saja.Nah,kemudian,untuk menjadi seorang Arahat,dibutuhkan pembinaan yang sangat dalam.Pembinaan apa?Melakukan sepuluh perbuatan baik,kemudian memutuskan yang namanya Tanha dan Upadana.Kita lihat saja siswa-siswa dari Sang Buddha,semuanya juga melatih untuk mencapai tingkat kesucian.Bagi yang ingin mencapai tingkat kesucian Arahat,maka ia harus melenyapkan 10 belenggu atau Samyojana.Akan tetapi,apakah kita bisa melaksanakannya?Step by step....Ini saja yang bisa saya sampaikan,semoga bermanfaat. Anumodana....
klu mnurut sy berdana jg bisa tp harus di iringi dgn samadhi dan hati yg bersih.agar seseorang bisa mencapai tingkat arahat.


Dalam kehidupan sehari-hari, sering muncul keinginan berdana tetapi jarang menjumpai bhikkhu. Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara mempersiapkan di rumah sebuah kotak dana terkunci. Anak kunci kotak ini dapat dititipkan pada seorang bhikkhu atau di vihara, misalnya. Jadi begitu timbul pikiran baik segera masukkan uang ke kotak dana tadi. Perbuatan ini dapat kita ulang setiap saat. Bila telah dirasa cukup dan masanya pun telah tiba, bolehlah kotak dana tadi dibuka dan isinya diserahkan ke vihara. Beres. Oleh karena itu, dalam berbuat kebaikan, hendaknya barangnya baik, bersih, sesuai, kemudian waktunya pun hendaknya segera dilaksanakan.

Sebagai persyaratan kelima, persembahan hendaknya sering dilakukan. Artinya bukan berdana sekali seumur hidup dalam jumlah sebesar-besarnya kemudian tidak pernah melaksanakannya lagi. Itu keliru. Contohnya, seseorang melaksanakan pelepasan satwa sejumlah 1000 ekor burung tetapi kemudian seumur hidup sudah tidak pernah dilakukannya lagi. Sikap ini juga kurang tepat, hal ini berarti orang hanya mempunyai pikiran dan perbuatan baik sekali itu saja. Dalam pengertian agama Buddha kita hendaknya sering memberi kondisi pikiran dan perbuatan kita untuk melakukan kebaikan. Jadi, kalau memang kita telah bertekad dalam satu tahun akan membebaskan makhluk sebanyak seribu ekor, maka cobalah dibagi menjadi 20 kali melepas, misalnya; jadi setiap kali melepas sekitar 50 ekor.

Dengan demikian, pikiran akan terkondisi untuk lebih sering berbuat baik. Jadi sering-seringlah untuk melakukan kebaikan seperti badminton yang tidak gampang turun bolanya karena para pemainnya trampil mengolah bola. Itu baru permainan menarik. Tapi apabila baru sekali pukul kemudian bolanya sudah jatuh, dipukul lagi, jatuh lagi. Sungguh permainan yang tidak menarik. Hal itu sama dengan orang yang setahun sekali baru berbuat baik, kurang besar manfaat bagi dirinya.

Apabila kita telah dapat melaksanakan dana secara rutin, maka hendaknya kita berdana dengan pikiran yang baik. Pikiran yang baik adalah persyaratan keenam. Diibaratkan pakaian orang bermain badminton harus bercelana pendek dan memakai kaos olah raga. Sulit dibayangkan bila seseorang hanya memakai salah satu dari pakaian perlengkapan bermain badminton tadi. Hanya pakai celana tanpa baju atau mengenakan baju tanpa celana.... Pikiran yang baik ini adalah pikiran bahagia pada saat kita mempersiapkan, mempersembahkan dan setelah mempersembahkan dana.
Ada sebuah cerita tentang orang yang berdana. Hatinya senang ketika sedang mempersiapkan dana. Pada waktu mempersembahkan dana, ia masih merasa senang, namun setelah mempersembahkan dana timbullah penyesalan. Kondisi pikiran ini akan membuahkan kelahiran kembali sebagai anak orang kaya. Sejak kecil banyak harta dimilikinya. Kondisi kebahagian ini berlangsung sampai dengan ia dewasa. Akan tetapi, di masa tuanya ia jatuh miskin. Penderitaan di hari tua ini adalah buah penyesalannya setelah mempersembahkan dana tadi.

Sebaliknya, ada orang pada awalnya merasa tidak senang melakukan perbuatan baik. Pada waktu mempersembahkan dana juga memiliki pikiran yang kurang simpatik. Namun, setelah mempersembahkan dana ia merasakan kebahagiaan. Apakah buah karma pikiran semacam ini? Apabila ia terlahir kembali maka dimasa kecilnya ia menderita; pada usia dewasa ia juga masih menderita namun dihari tuanya ia akan berbahagia. Jadi kondiisi pikiran sebelum mempersembahkan dana mewakili keadaan kita di masa kecil dalam kehidupan yang akan datang. Kondisi pikiran ketika mempersembahkan dana mewakili usia dewasa. Kondisi pikiran setelah mempersembahkan dana mewakili usia tua. Oleh karena itu, sejak kecil, dewasa, sampai tua bahkan seumur hidup kita akan bahagia bila pada waktu mempersiapkan, mempersembahkan dan setelah mempersembahkan dana pikiran kita selalu berbahagia.

Kembali tentang perumpamaan permainan bulu tangkis. Dalam permainan ini dibutuhkan para pemain. Para pemain hendaknya telah mengetahui aturan mainnya. Dengan mengikuti aturan main bulu tangkis maka permainan akan tertib, tidak kacau. Begitu pula dalam berdana, si pemberi dan si penerima hendaknya mempunyai kemoralan sila yang sama, minimal Pancasila Buddhis. Oleh karena itu, masalah tentang perampok budiman di atas adalah seperti permainan bulu tangkis yang tidak seimbang pemainnya. Seperti orang yang pandai badminton melawan orang yang baru saja belajar. Pusing. Demikian pula perampok yang mempersembahkan hasil rampokannya untuk vihara.

Begitu pula bila seorang wanita tuna susila mempersembahkan dana. Dana yang dipersembahkan diperoleh dari perbuatan yang melanggar sila. Memang dana itu masih tetap dapat diterima, sebab bila tidak diterima, kapan lagi mereka memiliki kesempatan berbuat baik dan memperbaiki keadaan? Jadi walaupun orang yang diberi dan yang memberi ini tidak seimbang, tetapi tetap bisa membawa manfaat. Seperti orang main badminton yang satu mengenakan jas sedangkan pemain yang lainnya mengenakan pakaian olah raga. Juga tidak apa-apa, masih tetap bisa bermain, hanya saja tidak seimbang.

Oleh karena itu, sebaiknya sebelum berdana kita memohon sila terlebih dahulu, minimal Pancasila Buddhis. Walaupun di luar gerbang Vihara ini kita telah melanggar salah satu sila atau bahkan kelima-limanya, tetapi kalau di dalam kompleks Vihara hendaknya kemoralan kita diperbaiki. Caranya adalah dengan memohon tuntunan Pancasila Buddhis yang terdiri dari tekad untuk tidak melakukan pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, bohong dan mabuk-mabukkan. Dengan menjalankan tuntunan itu, minimal selama dalam kompleks Vihara kemoralan kita menjadi lebih baik. Sehingga antara fihak yang memberi dan yang diberi sudah seimbang kemoralannya. Hal ini akan memperbesar manfaat dan buah kebajikannya. Permainan badmintonnya akan enak dinikmati. Para umat memberi, para bhikkhu pun memberi.

Para umat memberikan materi yang diperoleh dari bekerja keras dalam masyarakat. Sedangkan para bhikkhu memberikan buah kebajikan yang besar kepada para umat yaitu dengan cara pengolahan diri sesuai Ajaran Sang Buddha, pelaksanaan kemoralan dengan sebaik-baiknya. Sehingga para umat benar-benar seperti menanam di ladang yang subur. Dana dari umat akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sepiring nasi yang dipersembahkan bukan hanya untuk main-main tetapi akan diolah oleh tubuh para bhikkhu menjadi tenaga untuk menjaga kesehatan, menyambung kehidupan dan sekaligus untuk tenaga membabarkan Buddha Dhamma. Dengan demikian, sepiring nasi yang dipersembahkan, nilainya bukan lagi harga nominal sepiring nasi sewaktu dibeli. Bukan.

Sepiring nasi ini nilainya menjadi nilai Dhamma, karena telah diubah menjadi tenaga untuk membabarkan dan melestarikan Buddha Dhamma. Di dalam Dhammapada XXIV, 21 dikatakan bahwa Pemberian Kebenaran (Dhamma) mengalahkan segenap pemberian lainnya. Dengan sepiring nasi yang dipersembahkan kepada para bhikkhu sama dengan melaksanakan Dhammadana. Jenis dana yang paling tinggi untuk dipersembahkan. Dengan menerima persembahan kebutuhan sandang, pangan, papan dan obat-obatan, para bhikkhu dapat memanfaatkannya untuk pembabaran Dhamma di daerah-daerah lain. Dengan demikian, hasil setiap tetes keringat yang diberikan kepada para bhikkhu akan diubah menjadi Dhammadana. Buah Dhammadana ini juga akan dinikmati sendiri oleh si pemberi dalam kehidupan ini.



Itulah hal yang bisa dilakukan dalam permainan bulu tangkis perbuatan baik ini. Para umat memberikan dukungan moral, kemudian memberikan dukungan material, menunjang kehidupan para bhikkhu. Para bhikkhu pun memberikan dukungan mental kepada para umat dengan memberikan contoh moral serta berjuang dalam kebajikan. Para bhikkhu pun selalu merenungkan dan mengingatkan diri sendiri, bahwa para umat telah menunjang kehidupan para bhikkhu selama menjalani kehidupan kebhikkhuan. Jadi, bila seorang bhikkhu telah 23 tahun menjadi bhikkhu, berarti selama 23 tahun pula hidupnya disokong oleh umat. Padahal, para umat bukanlah sanak maupun keluarganya. Umat dengan rela dan ikhlas telah menyantuni kehidupan para bhikkhu sampai sekian lama.

Apakah sekarang balas jasa para bhikkhu kepada umat? Seperti dalam permainan bulu tangkis tadi, bila seorang pemain setelah mendapatkan bola hendaknya segera mengembalikannya kepada pemain yang lain. Demikian pula dengan para bhikkhu, setelah menerima persembahan hendaknya mengembalikannya lagi kepada umat dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin perjuangan dalam Dhamma dan pelaksanaan peraturan kemoralan. Sehingga semakin banyak umat menanam kebajikan, semakin lebat pula buah kebajikan yang diterimanya.


Dalam Manggala Sutta disebutkan bahwa berdana dan melaksanakan Dhamma adalah Berkah Utama. Para umat Buddha yang melaksanakan Dhamma dengan mempersembahkan dana kepada Sangha dapat juga disebut sebagai Dhammadana. Sebab, apapun yang dipersembahkan kepada para bhikkhu akan diubah menjadi Dhammadana, menjadi sarana pembabaran Dhamma kepada orang lain sehingga buah lebatnya akan dapat dimiliki si pemberi. (kumpulan kotbah YM Maha Thera Utammo).



Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun Ven.Sudhammacaro.

Komentar

Unknown mengatakan…
Berdana dengan tanpa henti hentinya, dan bila kita melakukan kesalahan baik yg disengaja maupun tidak segera sadari dan maju untuk memperbaiki kesalahan kita dan terus berlatih meditasi dari konsentrasi meditasi samtha sampai mencapai jhana2 kemudian coba untuk menswitch dari samatha ke vipasana atau pandangan terang dengan perhatian penuh kebijaksanaan bila sudah ahli dan mahir pada pelaksanaan dengan sila yg kuat serta mampu melakukan attasila dengan baik hari ke 7, minggu ke 7,bulan ke 7,tahun ke 7 diantaranya pasti kita akan mampu mencapai tingkatan sotappana, sakadgami ,anagami, atau arahat tergantung kusala kamma kita dan kegigihan kita un5uk menembus itu semua.... sadhu sadhu sadhu... selamt mencoba saya akan selalu mendoakan mereka semua semoga maju didalam dhama dan mampu mencapai semua fenomena yang pasti kalian alami ... selamat berjuang sahabat-sahabat jangan pernah menyerah sang Budha berkata benar adanya uji, datang dan coba kebenarannya maka kalian akan merasakannya tanpa kata2 lg yg bisa diungkapkan ,indah pada awal, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya itulh dhamma

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “