Pesan di Balik Ramalan Joyoboyo-Erwin Dariyanto – detikNews-Foto: ilustrasi (Edi Wahyono/detikcom)







Jakarta - Sri Aji Joyoboyo dipercaya memiliki ratusan ramalan yang 'sakti'. Banyak pujangga, politikus, hingga pemimpin bangsa di era modern yang mengutip ramalan raja di Kerajaan Kediri yang memerintah dari tahun 1130 sampai 1157 itu.

Bung Karno misalnya pernah mengutip salah satu ramalan Joyoboyo yakni soal akan datangnya Ratu Adil saat membacakan pledoi 'Indonesia Menggugat' di hadapan Pengadilan Belanda di Bandung pada 2 Desember 1930.


Baca juga: Kisah Bung Karno Mengutip Ramalan Joyoboyo di Pledoi Indonesia Menggugat


Sejarawan sekaligus pemerhati budaya dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Heri Priyatmoko mengatakan, munculnya kepercayaan akan kebenaran ramalan Joyoboyo berangkat dari kebiasaan masyarakat Jawa yang suka menghubung-hubungkan sebuah peristiwa alias otak-atik gathuk. "Kadang orang Jawa itu kan suka otak-atik gathuk, dihubung-hubungkan tetapi sesuai dengan realitas sekarang, cocok dengan kondisi sekarang," kata Heri saat berbincang dengan detikcom, Selasa (30/12/2015).
 


 Baca juga: Ini Delapan Ramalan Joyoboyo tentang Nusantara yang Dipercaya Sakti

Menurut Heri, seperti itulah Joyoboyo, pujangga dan nenek moyang bangsa Indonesia memberikan petuah pada masyarakat waktu itu. "Orang Jawa itu kan kalau menyampaikan pesan itu tidak grambyang, melainkan pakai sanepan (isyarat)," kata Heri.

Dia mencontohkan ramalan Joyoboyo yang menyebut 'Pithik jago tarung sak kandang' (Ayam jantan berkelahi satu kandang). Ayam jantan satu kandang diartikan orang yang saling bersaudara, satu tanah air. Ramalan itu kemudian dihubungkan dengan terjadinya peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965 (G 30 S).

'Pithik jago tarung sak kandang' adalah penggambaran dari terjadinya perang saudara di Nusantara. Ramalan itu, kata Heri, adalah isyarat dari Joyoboyo dan para pujangga waktu itu agar masyarakat mewaspadai akan adanya ancaman disintegrasi atau perpecahan bangsa. "Saat ini kan sering terjadi ancaman disintegrasi," kata dia.

Pesan-pesan Joyoboyo yang kemudian dipercaya sebagai ramalan itu saat ini banyak dikutip oleh budayawan. Para dalang wayang kulit di Solo misalnya sering mengutipnya saat sesi goro-goro, yakni adegan tokoh Punokawan; Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.

"Amenangi zaman edan, nak ora melu edan ora keduman (Memasuki zaman gila, kalau tak ikut-ikutan gila tak akan kebagian)," bagitu kata ki dalang.

Tapi ingat, kalimat populer Joyoboyo, "Sakbeja-bejane wong lali isih bejo wong eling lawan waspodho (Keberuntungan orang yang lupa (gila), masih akan beruntung orang yang selalu ingat dan waspada)."
(erd/nrl)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “