Apakah saya seorang ateis? Sebuah percakapan imajiner


Rose of two colliding galaxies, captured by Hubble Space Telescope on Dec 17, 2010. Awesome! Dazzling! Were you there when this happened 300 million years ago in the Andromeda constellation?

Kembang mawar yang terbentuk di antariksa, karena dua galaksi bertabrakan. Ini adalah foto yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble pada 17 Desember 2010. Menakjubkan! Mempesona! Apakah anda ada di sana ketika tabrakan ini terjadi, 300 juta tahun yang lalu di konstelasi Andromeda? (Klik fotonya untuk dapat ukuran lebih besar!) (Lebih jauh tentang bunga mawar angkasa ini, lihat di http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2011/04/setangkai-bunga-mawar-mengapung-di.html)





Agama itu seperti pakaian yang anda pakai
Jika pakaian ini sudah kekecilan, anda tidak lagi memakainya,
anda melepaskannya, lalu mencari pakaian baru....
Jangan sekali-kali serahkan kehidupan anda kepada agama anda, 
dan jangan sekali-kali anda mau mati demi agama anda, 
tapi serahkanlah hidup anda kepada usaha-usaha mengembangkan ilmu pengetahuan
dan usaha-usaha mengalahkan penderitaan umat manusia
Ilmu pengetahuan dan kebahagiaan manusia jauh lebih penting
ketimbang agama anda 
 ioanes rakhmat

Kata orang beragama, agama diturunkan Allah ke dalam dunia
tak lain untuk membuat manusia mengalami kebebasan;
tapi, kataku, burung-burung camar yang berterbangan di atas laut,
kendatipun jelas-jelas tidak beragama, hidup jauh lebih bebas
dibandingkan manusia yang beragama.
 ioanes rakhmat


(1) Seseorang bertanya dengan sangat sopan kepada saya: Maaf, Pak Ioanes, apakah anda sekarang seorang ateis?

(2) Saya menjawab: Apa yang membedakan seorang beragama dari seorang ateis?

(3) Orang itu menjawab: Seorang beragama percaya pada adanya Allah, seorang ateis tidak percaya.

(4) Saya bertanya: Apakah Allah itu dalam pemahaman anda?

(5) Orang itu menjawab: Allah itu suatu entitas di luar dunia, yang maha kuasa, transenden, maha agung.

(6) Saya bertanya: Lalu apa hubungan Allah yang semacam itu dengan dunia, dengan anda?

(7) Dia menjawab: Allah yang transenden itu menciptakan agama-agama untuk kehidupan manusia dalam dunia, dan saya memilih percaya pada satu agama.

(8) Saya melanjutkan: OK-lah, jika Allah bagi anda suatu entitas yang transenden, saya juga percaya pada hakikat yang transenden.

(9) Katanya dengan kaget dan tak sabar: Oh, jadi anda masih percaya pada Allah? Betulkah?

(10) Saya jawab: Oh saya tak katakan saya percaya pada Allah seperti yang anda percayai, tapi saya akui ada suatu hakikat besar yang transenden.

(11) Tanyanya penasaran: Jika hakikat besar yang transenden yang anda akui itu bukan Allah, habis apa?

(12) Saya jawab: Saya sedang berpikir dalam kerangka sains, ilmu pengetahuan, ketika saya  mengatakan ada hakikat yang transenden.

(13) Dia bertanya: Saya tak paham, bisa Pak Ioanes jelaskan?

(14) Saya jawab: Semua ilmuwan, khususnya yang bergelut dalam dunia material, tahu/sadar, objek kajian sains tak pernah bisa habis.

(15) Lanjut saya: Kalangan saintis tahu, selalu ada wilayah yang lebih besar, yang belum bisa dimasuki sains untuk dikaji, dan terus menantang sains.

(16) Dia memotong: Wilayah yang kudus, wilayah “the sacred”, wilayah ilahikah?

(17) Saya merespons: Uups, saya tak mengatakan itu wilayah ilahi, tapi wilayah yang selalu mentransendir sains, kawasan yang selalu “beyond the present science”.

(18) Dia bertanya: Wilayah yang bagaimana, apakah dalam wilayah yang anda sebut itu ada hakikat yang dinamakan Allah?

(19) Saya merespons: Nah, sebaiknya anda mendengar dulu, jangan terus mendesakkan keyakinan anda.

(20) Dia menyerah: OK deh, saya bersedia mendengar dulu.

(21) Saya melanjutkan: Kalangan saintis tahu, selalu ada kawasan “beyond the present science”, yang menantang untuk mereka eksplorasi terus, lalu menjelaskannya.

(22) Kawasan ini, kalau boleh, saya sebut kawasan “super-science”,  atau, lebih tepat,  “super-scientific”, kawasan yang selalu berada di atas/melampaui sains yang dikenal pada masa kini.

(23) Jadi, sebagaimana orang bertuhan menganggap ada kawasan “supernatural”, adi-kodrati, ada juga kawasan “super-scientific”, kawasan adi-saintifik.

(24) Sebagaimana ada makhluk yang adi-insani, super-human, begitu juga ada kawasan yang adi-saintifik, melampaui sains yang dikenal sekarang.

(25) Sekalipun sekarang fisika Newton bisa menjelaskan “kerja” jagat raya, dan “the standard model” untuk fisika partikel bisa menjelaskan dunia tak kasat mata sub-atomik, model-model ini belum mencapai garis “finish”, terbuka kemungkinan di masa depan harus “re-modelled”, disusun ulang, jika misteri-misteri alam makin terkuak.

(26) Masih banyak fenomena alam yang belum bisa dijelaskan oleh sains sekarang, dan  hukum-hukum alam juga belum sepenuhnya kita mengerti.

(27) Selalu masih ada kawasan “beyond the present science”, tapi kawasan ini bukan kawasan ilahi seperti yang dipahami agama-agama.

(28) Kalaupun seluruh jagat raya kita dan semua fenomena alam dan hukum-hukum alam di dalamnya sudah bisa dijelaskan, ini bukanlah titik finish. 

(29) Menurut teori dawai (“string theory”), jagat raya kita bukan satu-satunya jagat raya; masih ada nyaris tak terhitung jumlahnya jagat raya lain.

(30) Kalau satu jagat raya kita saja nyaris tak bisa dijelaskan tuntas, apalagi kalau kita masih harus menjelaskan jagat-jagat raya lain. Mission impossible!

(31) Anda tahu, berapa jumlah jagat raya yang mungkin ada menurut prediksi teori dawai? Jumlahnya fantastis: 10500(10 pangkat 500) (yakni angka 1 diikuti angka nol sebanyak 500)!

(32) Sekarang, para saintis memakai bukan lagi kata “universe” (satu jagat raya tunggal), tapi “multiverse” (jagat raya berganda-ganda). Jangan dulu kita berkhayal bahwa multiverse akan kita bisa masuki sekarang ini. No way! 

Dalam jagat raya kita saja, sekarang ini salah satu misteri besar yang belum dapat dijelaskan adalah misteri adanya apa yang para saintis namakan “energi gelap” (dark energy), yang tak terlihat, dan hingga kini mereka belum bisa menjelaskan hakikatnya, kendatipun energi gelap ini merupakan 73 persen (bayangkan!) dari isi seluruh jagat raya kita. Dalam perhitungan mereka, energi gelap ini terbentuk ketika jagat raya kita berusia 8 milyar tahun setelah the big bang, dan sejak terbentuk energi ini sudah menguasai jagat raya kita dan diketahui merupakan energi yang makin mempercepat pengembangan jagat raya kita. 

Tetapi, ada satu dunia lainnya yang sangat menawan.

(33) Kalau anda masuk ke dunia tak kasat mata, dunia sub-atomik, yang biasa disebut dunia mekanika Quantum, anda akan tercengang tak paham atas apa yang sebenarnya berlangsung di dalamnya. Kata Feynman, Jika seseorang mengklaim sudah paham sepenuhnya dunia Quantum, orang ini sesungguhnya belum memahaminya sama sekali.

(34) Dia bertanya: Dunia sub-atomik mencengangkan? Memang ada apa di dalamnya, Pak Ioanes?

(35) Saya jawab: Dalam dunia sub-atomik, dunia yang kata para saintis “weird”, dunia mekanika Quantum, anda menemukan banyak “marvel”. Sekalipun dunia Quantum sudah dapat dijelaskan oleh “the standard model” (fisika partikel), tetap saja dunia ini weird dan marvellous.

(36) Dia memotong: Marvel? Jadi mukjizat itu nyata ya, Pak?

(37) Saya melanjutkan: Ya boleh disebut “marvel”, keajaiban, tapi bukan “marvel” seperti yang anda sedang pikirkan sebagai orang bertuhan.

(38) Loh? Habis apa? (dia bengong tak mengerti).

(38) Saya meneruskan: Dalam dunia sub-atomik mekanika Quantum, terdapat sekian fenomena aneh/“weird”, yang memusingkan para saintis.

(39) Sejauh yang saya sudah ketahui, selain sekian fenomena di dalamnya sudah bisa dijelaskan, ada sekian lagi yang masih tak terpahami benar, karena sangat weird.

(40) Dalam dunia sub-atomik Quantum, ada kejadian-kejadian yang timbul begitu saja tanpa penyebab, “without cause, from nothing to something”.

(41) “Prinsip ketidakpastian” Werner Heisenberg dirumuskan justru dari fenomena dalam dunia yang sangat kecil, duniaQuantum mechanics.

(42) Dalam dunia mekanika Quantum, sudah terpantau, “penyebab” bisa menjadi “akibat”, dan “akibat” bisa menjadi “penyebab”. Puzzling indeed!

(43) Ada yang berpendapat, “cause” bisa menjadi “effect” and vice versa, dalam dunia Quantum, karena partikel-partikel di dalamnya bergerak melebihi kecepatan cahaya. Tapi, mungkinkah prinsip relativitas khusus Einstein tak berlaku dalam dunia Quantum? Masih harus dibuktikan!

(44) Apapun usaha para saintis untuk menjelaskan dunia Quantum, dunia ini tetap weird, bizarre and  marvellous.

(45) Tapi ingat, kendatipun dunia Quantum sangat weird, tetap tak ada roh tuhan di dalamnya: Higgs Boson bukan partikel tuhan apapun.

(46) Orang itu berkeluh-kesah: Lah, katanya Higgs Boson itu bukti adanya tuhan?! Kok anda bisa katakan begitu?

(47) Saya menegaskan: Higgs Boson itu sebuah partikel (berwujud “material”), sangat penting karena berfungsi memberi massa pada semua materi dalam jagat raya.

(48) Tanpa Higgs Boson, tak akan ada materi massif dan kohesif dalam jagat raya, dus jagat raya tak akan terbentuk, juga tubuh anda dan kancing-kancing baju anda, dan, maaf, dua puting susu anda. Higgs Boson itu bak seorang pengantin perempuan yang luar biasa cantik didandani dan luar biasa harum lembut, sehingga menarik semua tamu untuk berada dan terkonsentrasi di dekatnya, ketika dia baru memasuki ruang perjamuan kawin.

(49) Orang itu menimpali: Oh, begitu ya duduk perkaranya. Kalau begitu selama ini saya telah  memegang sebuah pandangan keliru tentang Higgs Boson.

(50) Saya tertawa: Ha, ha! Ya, banyak orang beragama terperdaya oleh info-info keliru tentang sains tanpa mereka sadari. Mereka ignorantly korban pembodohan.

(51) Saya melanjutkan: Nah, apa arti semua hal yang saya sudah kemukakan ini? Anda tentu tak sabar ingin tahu, bukan?

(52) Dia antusias menjawab: Ya saya ingin segera tahu, apa arti semua hal yang Pak Ioanes telah katakan.

(53) Saya melanjutkan: Artinya sebetulnya sudah jelas: saya menerima, dalam jagat raya kita dan jagat-jagat raya lain, selalu ada kawasan yang mentransendir sains.

(54) Kawasan ini sangat menakjubkan, weird, bizarre, marvellous, too great, and scientifically transcendent. Inilah kawasan adi-saintifik: melampaui sains, tapi tidak menentang sains, dan hanya bisa dimasuki oleh sains secara parsial dan kumulatif.

(55) Harus dicatat, kendatipun kawasan ini adi-saintifik, kawasan ini tidak ilahi, tidak divine, tapi tetap kawasan material duniawi.

(56) Meskipun kawasan adi-saintifik ini tidak ilahi, kawasan ini sangat menakjubkan, menimbulkan rasa hormat, kerendahan hati, dan cinta. Karena semakin misteri-misteri jagat raya terungkap tahap demi tahap lewat sains, anda akan makin mencintai jagat raya ini dan semua isi di dalamnya, sebab lewat sains kita menjadi tahu bahwa kita adalah sama dan bagian tak terpisah dari jagat raya.

Pada level fundamental, dalam dunia Quantum, sains sudah menunjukkan, kita ini dan semua materi dalam jagat raya terdiri dari partikel-partikel yang sama: quark, proton, neutron, positron, dan elektron.

Pada level fundamental, anda tidak beda dari kecoak, simpanse, tanah liat, batu kali, cacing, kubis, pisang, pohon beringin, toge, debu bintang, abu gosok, komet, mouse di tangan anda, dan Coca Cola yang sedang anda hirup. 

Kita dan jagat raya bersaudara, yang pada level mekanika Quantum sehakikat, sebentuk. Maka cinta mengalir deras dalam diri kita, tertumpah ke seluruh jagat raya. Anda harus mengasihi tanah liat, genteng dan kendi dan tempayan, karena, kata kitab-kitab suci agama teistik, anda berasal dari situ. Jika anda bisa mencintai genteng dan kendi, pastilah anda bisa mencinta semua orang lain yang ada di sekitar anda, termasuk orang-orang yang anda harus cap bidah, heretik, kafir berhubung anda ditekan para pemimpin agama anda.

(57) Jika rasa takjub, rasa hormat, kerendahan hati dan cinta ini dapat disebut sebagai spiritualitas, saya memiliki spiritualitas ini.

(58) Spiritualitas ini tidak ilahi, tapi tetap transenden, adi-saintifik, juga saintifik, sekaligus imanen dan material, dan super-human, adi-insani.

(59) Orang beragama jelas akan menuduh orang ateis telah menolak Allah; tapi, apakah seorang Kristen tidak menolak Allah Muslim, tidak menolak Allah sang Nabi Musa? Apakah seorang Muslim tidak menolak Allah bangsa Yahudi (sementara sebagian Muslim hingga saat ini bebuyutan benci benar terhadap bangsa Yahudi), tidak menolak dengan keras tanpa kompromi Allah Kristen yang ada tiga namun tetap bersatu, Tritunggal, the three-in-one, yang mereka pandang sebagai kemusyrikan? Semua orang beragama, to the point saja, adalah teis, sekaligus ateis! This is the real fact! Jangan sangkal fakta ini!

Tetapi, fakta ini sudah dan terus disangkal oleh kebanyakan umat dari tiga agama monoteistik, Yahudi, Kristen dan Islam, bahkan juga oleh para pemuka keagamaan mereka masing-masing yang sebenarnya terpelajar. Umumnya mereka mengklaim, bahwa mereka semua sama-sama percaya dan menyembah Satu Allah, Allah Yang Maha Esa, Allah yang satu dan sama. Benarkah? Sama sekali tidak benar! Klaim ini hanya mitos, bukan fakta. Orang yang beragama Yahudi (Yudaisme), orang Kristen (yang menyembah the divine three-in-one), dan umat Muslim, meskipun masing-masing mengklaim percaya dan menyembah Satu Allah, konsep (baca: teologi) mereka tentang Allah Yang Esa ini berbeda tajam di sana-sini, bahkan bertentangan dalam banyak segi!

Bagi bangsa Yahudi YHWH itu Allah, bagi umat Kristen Bapa di surga (dan Yesus, dan Roh Kudus) itu Allah, dan bagi umat Muslim Allohu Akbar itu Allah. Problem buat mereka semua: konsep mereka masing-masing tentang Allah tidak ada yang sama, bahkan berbenturan satu sama lain. Allah mana yang paling benar, paling asli, dari tiga Allah agama monoteistik ini? Masing-masing akan mengklaim, Allah sendirilah yang paling benar, paling asli, lalu mereka berkelahi, saling menjelekkan, saling bersaing memperebutkan para pengikut, dan... bunuh-bunuhan!  

Orang Kristen mengklaim, Allah Yang Maha Esa sudah menjelma menjadi satu manusia suci yang bernama Yesus Kristus, yang menjadi satu-satunya mediator yang menghubungkan surga dan Bumi, Allah dan manusia, lewat dirinya dan lewat ajaran-ajarannya; tapi, orang Yahudi hingga kini tidak bisa menerima klaim Kristen ini, sebab bagi mereka, mediator mulia dan agung antara YHWH dan bangsa Yahudi hanyalah Nabi Musa yang memberi bangsa Israel Taurat Allah. Begitu juga, sangat mustahil seorang Muslim bisa menerima kepercayaan teologis Kristen bahwa Allah YME telah menjelma menjadi manusia, yang namanya Yesus Kristus; sebab, dalam pandangan agama Islam, Allah YME, yang mereka panggil Allohhu Akbar SWT, adalah Allah yang sangat transenden, berada jauh di atas dunia kodrati, sang Khalik yang berbeda sangat tajam dari manusia sebagai makhluk. Konsep teologis inkarnasi (“Allah menjadi daging/manusia”) hanya ada dalam kekristenan, tidak ada dalam Islam dan dalam Yudaisme.  

Sementara orang Kristen mengklaim bahwa kitab suci Yahudi (yang orang Yahudi namakan Tenakh, yang dengan keliru dan pejoratif dinamakan Perjanjian Lama orang orang Kristen) sudah digenapi oleh tulisan-tulisan apostolis yang mereka namakan Perjanjian Baru, orang Yahudi tidak menerima klaim ini, dan mereka memandang kitab suci mereka, Tenakhmereka, sudah penuh dan sempurna pada dirinya sendiri dan tak perlu digenapi oleh kitab-kitab suci lain yang ditulis belakangan.

Selain itu, bagi orang Yahudi, Allah Yang Esa yang mereka sembah, mustahil disamakan dengan seorang manusia yang bernama Yesus Kristus; syahadat mereka mengenai keesaan Allah, yang dikenal sebagai Shema, melarang keras mereka untuk menyamakan manusia manapun dengan Allah Yang Maha Esa yang mereka sembah. Jadi, sementara orang Kristen tidak bisa hidup jika tidak menyembah Tuhan Yesus, orang Yahudi akan mati jika menyembah manusia Yesus, apalagi menyamakan sang manusia ini dengan Yahweh Elohim mereka. Selain itu, sebagai seorang mukmin Yahudi yang memegang kuat-kuat Tawhid Yahudi, yang diungkap dalam syahadat Shema, mustahil Yesus dari Nazareth memandang dirinya sendiri sebagai Tuhan Allah. Orang Kristen musti menyadari, kalau mereka yakin  bahwa Yesus itu Tuhan, inibukan karena Yesus dari Nazareth pada dirinya sendiri Tuhan (Yahweh Elohim bangsa Yahudi), melainkan karena dia oleh gereja-gereja Kristen perdana dulu dijadikan Tuhan, di-apotheosis-kan, di-deifikasi-kan, sebuah praktek religio-politis yang lazim dilakukan di dunia Yunani-Romawi, kawasan yang dari dalamnya kekristenan dilahirkan.

Masih banyak hal yang sebetulnya bisa diperlihatkan bahwa kendatipun umat Yahudi, umat Kristen dan umat Muslim masing-masing mengklaim percaya pada Allah Yang Esa, teologi mereka berbeda tajam di sana dan di sini, dan bertolakbelakang dalam banyak segi. Untuk saat ini, ulasan-ulasan yang saya sudah berikan di atas cukup memadai. Hanya perlu ditegaskan sekali lagi: Klaim bahwa mereka percaya dan menyembah Allah Yang Esa yang sama dan sebangun, adalah mitos. Jika klaim ini bukan mitos, mustinya tidak pernah terjadi persaingan sengit, bahkan peperangan, antara umat tiga agama ini yang masing-masing menyatakan diri sebagai penganut monoteisme, dan mustinya tiga agama mereka sudah bisa dilebur jadi satu dengan harmonis sejak dulu. 

Nah, pendek kata, saya sudah tak mau lagi hidup dalam dunia keagamaan yang takabur dan bengis semacam itu, yang penuh konflik dan penuh kemunafikan. Tapi, saya punya sebuah  alternatif yang signifikan, sebuah spiritualitas alternatif. 

(60) Isi spiritualitas yang saya hayati tidak bisa diberi nama apapun, karena melampaui dan ada di atas semua nama,beyond every name, above every name, scientifically transcendent.

(61) Di hadapan kawasan yang mentransendir sains ini, kawasan yang weird and marvellous, so great to be conquered by the human mind, saya tunduk. Seperti tunduknya Albert Einstein di hadapan kemahabesaran jagat raya yang dilihatnya tertata dengan begitu mengagumkan, yang membuatnya terpesona, dazzled, sementara dia sendiri sudah tidak bisa lagi percaya pada Allah YHWH personal yang ditakuti nenek moyang Yahudinya. Sama seperti Baruch de Spinoza, juga seorang Yahudi, bisa menemukan Allah hanya sebagai nature, jagat raya, alam ini, sehingga dia menulis Deus sive Natura!

(62) Kawasan yang mentransendir sains ini juga too great, too big, too weird, too huge, to be conquered and absorbed by any religious system.

(63) Kawasan yang di hadapannya saya tunduk ini too immense, too enermous, too large, to be absorbed completely by any holy scriptures.

(64) Agama dan kitab suci apapun, sistem kepercayaan keagamaan apapun, jauh terlalu kecil, jauh terlalu terbatas, far too limited, far too small, untuk bisa menyerap kawasan ini.

(65) Media yang dapat mendekati kawasan yang “scientifically transcendent” ini bukan agama, tetapi sains dan nalar manusia, dan human affection, cinta kasih yang ada pada manusia.

(66) Nah, jika orang menamakan penghayatan saya yang semacam itu tentang dunia transenden saintifik sebagai “agama” atau “spiritualitas”, silakan.

(67) Orang itu, sesudah lama terdiam, berkomentar: Oh, jadi Pak Ioanes juga punya spiritualitas, punya agama?

(68) Jawab saya: Ya, saya memiliki spiritualitas yang sangat dalam, sebuah “agama” yang saintifik, dalam terma-terma yang sudah saya uraikan tadi.

(69) Katanya dengan senang dan dengan mata berbinar-binar: Jadi Pak Ioanes bukan seorang ateis?

(70) Saya menjawab tegas: Hingga saat ini saya tak pernah menyatakan diri saya ateis kok. Cuma, orang-orang yang tak kenal saya dengan semberono menuduh saya ateis, lalu mengancamkan ini dan itu kepada saya. Para penuduh saya ini, maklumlah, adalah orang-orang beragama yang anti-sains. Too young to know me!  Terlalu muda untuk bisa kenal saya! Too proud to be humble! Terlalu sombong untuk bisa rendah hati!

Jakarta, 13 September 2012
ioanes rakhmat 

Baca juga: 

Komentar

JAKARTA INVESTORS GROUP mengatakan…
Nada tulisannya somse..

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “