Pengertian Paritta Secara Lengkap. Tolong Baca habis agar timbul Pengertian yg Benar.

 





Pengertian Paritta Secara Lengkap

Paritta artinya Perlindungan, secara luas Paritta (bahasa Pali) adalah sarana media yang memiliki kekuatan, energi, mistik, spiritual positif yang putih, bersih dan yang berdaya guna. Karena telah diucapkan oleh Buddha Gotama langsung berkenaan dengan peristiwa yang mendahuluinya, dari permohonan-pertolongan para Bhikkhu maupun umat kepada Buddha Gotama, ketika menghadapi kegentingan atau saat-saat kritis. Yang akhirnya keluarlah ucapan Beliau bercorak syair-syair Paritta dan Sutta-Gatha. Namun, secara umum bisa juga disebut doa, mantra, atau permohonan. Paritta bisa melindungi orang yang menggunakannya, asalkan didasari dan diniati oleh keyakinan serta permohonan yang sungguh-sungguh. Karena hal ini didorong oleh sebab ketakutan, kebutuhan atau keinginan dari pemohon. Mantra artinya meluruskan pikiran, Man artinya pikiran dan Tra artinya meluruskan. Dengan membaca mantra berulang-ulang maka pikiran akan tenang dan lurus.

Coba kita membaca terjemahan Bojjhangga Paritta, Karaniya Metta Sutta, Ratana Sutta, Anggulimala Paritta, Abhaya Paritta, 8 Jayamanggala. Hampir semua Paritta ada kaitannya dengan keperluan/kebutuhan manusia pada waktu itu dalam keadaan mendesak. Paritta tersebut dibacakan pada saat peristiwa tertentu, seperti peristiwa yang menimbulkan penderitaan fisik, sakit jasmani (kisah Bojjhangga Paritta), terjadinya wabah pes (kisah Ratana Sutta), wanita yang mau melahirkan sulit dan menderita (kisah Anggulimala Paritta). Maupun penderitaan batin misalnya, ketakutan karena diganggu hantu peta (kisah Karaniya Metta Sutta), dan paritta lainnya.

Jadi, Paritta dalam ajaran Buddha Gotama bukan sekadar untuk dibaca asal, atau cukup hanya dihafal. Setelah hafal lalu dianggap siapa pun yang membacanya pasti mendapatkan perlindungan. Meskipun Paritta itu artinya Perlindungan, namun dalam pengertiannya, bahwa Paritta mengandung nilai-nilai luhur dan mulia. Yang berisi ajaran (Dhamma) Buddha Gotama yang tujuannya tidak lain ialah bahwa setiap makhluk hidup, sebaiknya menjalankan atau melaksanakan Dhamma yaitu: Kebenaran, cinta-kasih, belas-kasih, toleransi, saling menolong dan menghormati satu sama lain, empati (kepedulian). Sebab dengan cara inilah akhirnya setiap makhluk dapat hidup bahagia, sejahtera, aman dan damai.


Santet atau mistik ada di zaman belum Buddha lahir.

Sejak zaman sebelum Buddha lahir, santet-mistik-magic itu sudah ada di India dan digunakan oleh orang-orang primitif yang tinggal di hutan-hutan, gunung, goa, dll. Melalui media mantra-jampi dan air, bunga-bunga, minyak wangi, dan seterusnya, untuk keperluan berkenaan dengan segala macam problema kehidupan. Sampai saat ini masih tetap dilestarikan, seperti di India, Nepal, Tibet, Tiongkok, Afrika, Timur Tengah. Bahkan di Indonesia sendiri misalnya di Papua daerah pedalaman, juga di seluruh Pulau Jawa. Akhir-akhir ini, ilmu santet, mistik, magic hitam, Gendham sudah diperdagangkan, atau dijual secara bebas dan murah-meriah. Coba saja lihat majalah Liberty, Misteri, koran yang banyak memasang iklan mistik-santet-magic komplit dengan taripnya masing-masing. Juga di TV dengan acara-acara seperti Pemburu Hantu, Hipnosis-Mentalis, Gendham dst…

Dengan demikian, pengaruh akibat-dampak negatifnya sangat membahayakan, karena bisa saja merugikan, merusak tatanan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Alasannya ialah, karena setiap orang dapat dengan mudahnya membeli dan menggunakan ilmu mistik-santet-magic hitam, Gendham. Yang semestinya digunakan untuk keperluan positif, baik menjaga keselamatan dan ketentraman. Tapi justru saat ini ilmu santet, mistik, magic, dan Gendham banyak dipakai untuk mencari uang dengan menghalalkan segala cara, dan memuaskan nafsu keinginan, melampiaskan kebencian, keserakahan, sirik-dengki, iri-hati, juga untuk merampok, dan segala macam kejahatan dengan modus yang aneh-aneh.

Sebaiknya, umat Buddha harus ekstra hati-hati dalam pergaulan dengan siapa saja, jangan mudah percaya (ingat kalama sutta) meskipun terhadap Bhikkhu di zaman modern ini, yang sudah berbeda jauh dengan zaman Buddha Gotama. Jadi untuk melindunginya, Paritta adalah satu-satunya energi-kekuatan spiritual positif, yang mampu melindungi dan menangkalnya, juga menolong kita dalam segala keadaan.

Paritta adalah seperti halnya bangunan yang berisi dari berbagai macam bahan bangunan misalnya, kayu, batu-bata, semen, kapur-air, besi, dll. Ketika akan mulai dibuat menjadi sebuah bangunan. Maka yang pertama kali dibuat ialah pondasi dasar bangunan, lalu disusun ke atas semua bahan-bahannya. Setelah dibentuk bisa menjadi sebuah bangunan yang kokoh-kuat dan siap digunakan oleh kita. Demikian pula Paritta, agar dia bisa menjadi sebuah alat yang kuat demi kebutuhan kita, untuk melindungi kita dari segala macam marabahaya, ketakutan, gangguan, serangan, atau untuk usaha demi meraih sukses, harus ada landasan yang kokoh.
Syarat agar Paritta dapat bermanfaat maksimal.

Agar Paritta dapat berfungsi maksimal dan bermanfaat bagi kita sebagai pengguna, maka menurut Dhamma, ada tiga faktor/syarat yang perlu dipersiapkan terlebih dulu sebelum kita menggunakannya yaitu Saddha (keyakinan), Sila (perilaku yang baik-melaksanakan 5 sila) dan Sati (perhatian penuh-konsentrasi) pada waktu membacanya. Mari kita uraikan satu per satu:

1. Saddha atau keyakinan kepada Buddha Gotama sebagai Guru Agung yang telah mencapai Pencerahan Sempurna, yakin kepada Dhamma ajaran Buddha yang berisi kebenaran mulia termasuk Paritta ini, yakin kepada Sanggha sebagai pewaris ajaran yang meneruskannya.
2. Sila atau perilaku yang baik termasuk melaksanakan Pancasila dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, 1.menghindari pembunuhan makhluk hidup, 2.menghindari pencurian, 3.menghindari perbuatan asusila, 4.menghindari berbohong, menipu, omong kosong, 5. menghindari pemabukan.
3. Sati atau perhatian penuh konsentrasi dan tekad waktu membaca Paritta, pikiran jangan melamun kemana-mana, pusatkan perhatian kita kepada pembacaan Paritta dengan maksud dan tujuannya.
Dengan demikian, makna dan tujuan kita membaca Paritta akan membawa hasil sesuai dengan arti Paritta.


Himbauan baca Paritta secara rutin pagi dan malam.

Mengingat Paritta adalah salah satu kebutuhan umat Buddha yang sangat penting, apalagi melihat kehidupan manusia di zaman sekarang ini yang sangat kompleks. Penuh dengan lika-liku, persaingan global dalam segala bidang, hingga menimbulkan banyak ketegangan, ketakutan, stres, depresi, stroke dan lainnya. Juga dampak dari kebangkitan kekuatan mistik, spiritual, yang banyak digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, hanya demi mencari materi sudah jelas hal ini akan menimbulkan gangguan yang sangat serius di semua lini kehidupan.

Bukankah sebaiknya kita menjaga diri sebelum terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Bawalah payung sebelum hujan, peribahasa ini masih berlaku sampai saat ini, dan sungguh tepat bila dikaitkan dengan kehidupan kita saat ini. Tak ada pilihan lain jika kita ingin hidup selamat, bahagia, sejahtera, aman dan damai. Kecuali kita mau mulai membaca Paritta secara rutin pagi dan malam diisi dengan meditasi dan diakhiri dengan pelimpahan jasa bagi para leluhur, ortu, sanak family serta semua makhluk yang sudah meninggal. Boleh juga untuk yang masih hidup, disertai 3 syarat di atas, hasilnya pasti pikiran kita akan lebih tenang karena terbebas dari stres, ketakutan, kegelisahan. Dengan modal inilah maka kita akan timbul semangat hidup dalam segala bidang usaha dan pekerjaan. Juga dalam berumah-tangga akan terasa lebih harmonis, rukun dan bahagia bersama keluarga.

Sebab hal ini merupakan buah karma baik kita mau melaksanakan Dhamma. Para Dewa lebih suka terhadap umat yang praktik Dhamma, dan baca paritta. Untuk melengkapinya, kami menghimbau agar umat Buddha di rumahnya berusaha menyediakan meja sembahyang yang dilengkapi dengan Buddharupang dan Kwan Im Phu Sah. Persembahan air minum, buah-buahan, bunga dan dupa yang harum, lampu pelita, dan lainnya. Semua ini adalah sebagai simbol kita melakukan puja dan hormat serta selalu mengingat keluhuran Buddha, Dhamma dan Ariya Sanggha serta Kwan Phu Sah, sekaligus mendidik dan mengajar diri kita sendiri dan keluarga, untuk selalu bakti dan tahu membalas budi.

Penulis: Bhante Sudhammacaro.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “