RENUNGAN DHARMA: "EFEK DARI METTA DAN KARUNA"

Renungan Dharma: “Efek dari Metta dan Karuna”.
(oleh bhikkhu Sudhammacaro)

Mengapa aku suka sekali mengkritik kesalahan orang lain, hingga kesalahan sendiri tak disadari? Alasannya, karena perbuatan buruk dan jahat itu pasti akan berbuah lambat atau cepat. Dan akibatnya lebih hebat, akan lebih berat dari yang dia lakukan kepada orang lain. Sama seperti berdana akan mendapat balasan berlipat-ganda. Jika dinilai dari inti ajaran Buddha, maka yang merugikan orang atau makhluk lain akan terus berputar dalam kehidupan yang penuh penderitaan, di mana saja pelaku kejahatan itu akan terlahirkan. Contohnya; bhikkhu Dewaddatta yang iri-hati dan sirik-dengki kepada Buddha, hingga mau membunuh berulang kali tidak berhasil. Akhirnya mati masuk ke alam Neraka Awici yang paling mengerikan siksaannya tak ada bandingnya sampai berjuta-juta tahun bahkan berkalpa-kalpa lamanya, padahal niatnya tidak tercapai.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.



Dalam pikiranku mengatakan; mengapa orang terhadap sesamanya tega berbuat seperti itu, istilahnya saling memangsa bagai binatang buas saja. Bahkan lebih buas dari binatang yang sangat buas, hanya motifnya saja berbeda. Sebenarnya kalimat ini agak kasar dan kurang bijak, namun kalau anda renungkan dengan penuh pengertian Dharma yang mendalam. Pasti akan berpikir dan berkata sama seperti diriku. Contohnya; Group Band Slank yang ikut dengan KPK menciptakan lagu bahwa; di Senayan banyak Mafia Korupsi yang membuat UUD artinya ujung-ujung-nya duit. Hingga membuat ketua BK DPR dan ketua DPR meradang dan mau menuntut ke pengadilan. Tapi baru beberapa jam niatnya diurungkan, karena malamnya ada anggota DPR korupsi tertangkap basah sedang transaksi di hotel mewah. Padahal siangnya Presiden SBY habis marah-marah saat pidato karena ada anggota DPRD dan para Bupati tertidur pulas. Barangkali anda tahu dan mengerti tapi tidak berani menyatakan nya seperti aku. Aku berpikir; kita punya hak untuk menyampaikan pejabat korupsi, alasannya kita mengingatkan mereka karena uang itu milik Rakyat hasil dari pajak. Sedangkan rakyatnya banyak yang menderita, miskin, kelaparan, kurang gizi, busung lapar. Lalu harga sembako naik terus, usaha macet, daya beli lemah. Masa depan kita akan menghadapi “Krisis Pangan”, tunggu saja! Wasssalam…
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.


Anehnya lagi ‘Irianjaya’ adalah pulau terkaya di Indonesia ; menurut penelitian ahli lingkungan hidup dunia bahwa Irianjaya hutannya terluas diantara Negara-negara di dunia. Dan para Penyelam dunia Internasioanl khusus datang ke Wakatobi Irianjaya hanya untuk membuktikan bahwa “Terumbu Karang” di laut tersebut sangat indah tak ada bandingnya di dunia. Juga Irianjaya masih banyak sumber minyak, emas, batu bara, timah, besi, baja, tapi kenapa masyarakatnya miskin, kelaparan, kurang gizi, buta huruf, termasuk masih pakai “Koteka”. Oh.. kejamnya dunia kehidupan manusia. Sebaliknya, jika dipikir secara akal sehat atau ‘Rasional’; Negara Singapura yang kecil tanpa sumber daya alam, bahkan air minum pun beli melalui kontrak jangka panjang 30-50 tahun di Indonesia dan Malaysia. Namun masyarakatnya maju, makmur, kaya, cerdas, dan malah sering membantu kita dalam masa bencana alam atau musibah, sungguh aneh dan terbalik lalu siapa yang salah?
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.



Akhir-akhir ini aku sering menitikan air mata, atau kadang air mata menggenang di kelopak mataku, ketika melihat setiap orang terutama anak kecil dan orang tua. Juga saat menatap hewan dikurung atau di ikat, ikan mulutnya kena pancing, apalagi menatap hewan yang di sembelih (hari raya Idhul Adha). Bahkan ketika diam ataupun mengetik dan beraktivitas apa saja, jika mengenang kehidupan manusia dan semua makhluk air mataku keluar. Entah kenapa, air mataku mudah sekali keluar, mirip orang cengeng saja, dulu tidak begitu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.


Setelah lama aku pelajari penyebabnya apa? Ternyata karena aku sudah lama berlatih Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha pada setiap usai puja bakti baca paritta dan diawal mau meditasi. Kira-kira 10 tahun lebih aku berlatih, ternyata efeknya baru muncul dan terasa saat ini setelah lewat 10 tahun, aku tadinya tidak mengerti. Berarti, benar juga Buddha mengatakan bahwa Dharma ajarannya akan membuahkan hasil secara bertahap, artinya tidak ada yang instant, harus melalui proses dan butuh waktu yang sangat lama.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.


Pengalaman berlatih Metta (cinta-kasih), Karuna (belas-kasih), Mudita (rasa peduli) dan Upekkha (batin seimbang) sungguh luar biasa terasakan. Setelah kini aku sering merasa sedih tanpa diketahui dengan jelas apa alasannya. Ketika menatap setiap orang atau semua makhluk. Terutama ketika menatap hewan di kurung dalam sangkar, atau di ikat dan hewan tersebut meronta-ronta mau keluar tidak bisa. Berarti ia tersiksa tidak bisa bebas, padahal yang memeliharanya bisa hidup bebas semaunya. Juga orang mancing, ikan mulutnya berdarah kena pancing lalu meronta-ronta, kenapa tidak mencoba sendiri bagaimana rasanya kalau mulut sendiri dimasuki pancing lalu ditarik sekuat tenaga. Apalagi hewan di sembelih matanya memelas seolah hewan itu sudah tahu, coba deh diri sendiri disembelih dengan golok besar rasanya bagaimana. Itulah sebabnya, ketika aku melihat sendiri atau di TV, langsung aku buang muka tak tega melihatnya. Disitu juga aku merasa sedih yang sangat dalam ke lubuk hati, kadang terasa enek ke hulu hati tak tahan benar, sampai kepalaku suka sakit menahan sedih yang amat dalam.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.


Banyak sekali pengalaman sedih ketika menatap setiap orang atau hewan, dan sudah lama juga aku ingin tanya kepada guru-guru meditasi. Namun aku malu sebab pertanyaannya agak lucu jika didengar orang, maka aku pelajari sendiri dengan mencari sumbernya. Betapa asyiknya dalam satu moment terjadi dua pengalaman yang sulit dimengerti. Secara otomatis aku menggunakan metode atau cara kerja hukum karma dalam memandang setiap orang atau semua makhluk. Baik hidup saat ini dan kehidupan selanjutnya, misalnya mengapa orang ini hidupnya seperti ini, atau kenapa hewan ini hidup seperti ini? Lalu bagaimana kelak kelahiran orang ini atau makhluk ini selanjutnya. Dan jawabannya selalu mengikuti apa yang diajarkan Buddha tentang hukum karma, seperti; perbuatan baik berakibat bahagia, perbuatan jahat hasilnya penderitaan.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.


Baru kutahu sebabnya mengapa demikian? Maaf, ini menurut pendapatku saja barangkali orang lain tidak demikian. Bahwa orang yang berlatih mengembangkan Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha, semakin lama makin sensitive. Artinya hati dan pikirannya makin peka dan tidak tega melihat penderitaan orang lain, termasuk ketika melihat hewan tersiksa atau disembelih. Karena tidak bisa menolong mereka akhirnya hanya bisa menangis atau mengeluarkan air mata karena merasa kasihan dalam hati dan pikiranku. Kadang terbayang sampai berhari-hari, dan di lain kesempatan masih terasa sedihnya, jika melihat hewan. Karena terbayang dalam pikiranku bahwa hewan hidup seolah tak berdaya, umur serta nyawanya ada di tangan manusia jahat. Kadang hanya untuk di siksa, dijadikan mainan, dikerjakan, lalu dimangsa jadi masakan enak oleh manusia. Padahal manusia sejak bayi minum susu sapi, tanpa adanya susu sapi rasanya manusia bagaimana? Coba pernahkah terpikir seperti itu? Petani menanam padi dengan tenaga kerbau, setiap hari dikerjakan, ketika sudah tua semuanya jadi mangsa manusia, sapi dan kerbau jika sudah tua bukan dihormati atau dirawat, malah dibunuh dan dijadikan masakan lalu dimakan sambil tertawa dengan mengatakan; oh, enaknya.. oh nikmat sekali. Demikian pula ‘Ayam’ dipelihara hanya untuk mendapatkan telurnya, setelah tak bertelur langsung dijual ke restoran atau di sembelih oleh tukang jagal, lalu dagingnya di goreng, di masak dan dimangsa oleh manusia. Mulai anak kecil hingga orang tua semua suka makan telur dan ayam goreng (Mc Donald). Kadang terpikir; Pantas banyak peristiwa pembunuhan, mutilasi, anak bunuh orang tua dan sebaliknya. Sungguh sangat unik kehidupan manusia itu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.




Dan baru kini kusadari, kenapa aku sering menulis di buku tentang kritikan atau mencela bahkan dinilai menghina orang lain malah kepada para bhikkhu. Semua itu aku lakukan ialah tidak lain sebagai ungkapan dari cinta-kasih dan rasa belas kasihan atau Metta dan Karuna terhadap kedua pihak, baik yang dirugikan atau yang merugikan orang lain. Secara kasarnya, jika melihat atau menilai orang lain tidak benar misalnya menipu, korupsi, menindas, melecehkan orang lain, maka hati dan pikiranku langsung berontak tak terkendali, jadi sensitif sekali. Contohnya; Mengapa Negara Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya alam bagaikan “Jamrud di Katulistiwa” namun rakyatnya kelaparan, busung lapar kurang gizi, buta-huruf, miskin. Sumber minyak dan gas banyak tapi masyarakat antri beli minyak tanah dan gas elpiji kadang sulit dicari, bahkan beras dan minyak gorengpun kadang mahal. Belum lagi akibat pemanasan global yang efeknya akan terjadi krisis air dan akhirnya krisis pangan, bersiap-siaplah.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.

Itulah satu alasan kuat mengapa Buddha melarang setiap orang berbuat jahat kepada siapa saja termasuk kepada semua makhluk misalnya binatang yang terkecil semut sekali pun. Dan ingat! Bahwa setiap penyesalan pasti datangnya selalu terlambat, maka akhirnya tak berguna. Kalau tidak demikian, apa gunanya Buddha mengajarkan Dharma kepada para Dewa dan manusia. Buddha mau mencegah kita berbuat jahat sebelum timbul penyesalan. Maka Beliau melarang orang berbuat jahat sebab akibatnya sangat menderita, kadang harus dialami berjuta tahun lamanya, berarti sia-sialah kehidupan makhluk itu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.



Andai saja kita mengerti dengan benar mengapa Buddha mengajarkan Dharma? Maka jawabannya tidak lain ialah sebab Buddha memiliki kebijaksanaan dan penuh belas kasih, alias tidak tega melihat makhluk lain tersiksa, didera oleh penderitaan dan siksaan terus menerus selama hidupnya. Buddha lebih tahu alasannya, bahkan tahu persis akar penyebabnya. Hanya kita yang agak bandel tak mau cepat tanggap dan mau mencegah tindakan salah kita, semua itu sebabnya tidak lain ialah akibat kebodohan dan kegelapan batin, akar dari ketidaktahuan segala sesuatu yang bermanfaat.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Jakarta , 7 - 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu.
Bhikkhu Sudhammacaro.



Aku belum sampai ke tingkat Buddha atau orang yang telah meraih kesucian batin, maka saat ini aku baru bisa menangis atau sering merasa sedih kalau menatap setiap orang atau semua hewan. Barangkali karena aku belum bebas dari kekotoran batin dan kemelekatan misalnya ego, serta kesombongan hingga aku berani-beraninya mencela, menghina, menyalahkan, mengkritik orang lain. Itulah bedanya aku dengan Buddha atau dengan orang suci batinnya, untuk itu melalui tulisan ini aku mohon maaf kepada siapa saja yang merasa dirugikan oleh tulisan atau perkataan aku, semoga dikemudian hari aku memiliki pengendalian diri dan terima kasih atas perhatiannya.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Wihara Buddha Metta Arama Jakarta .
Dari tanggal 7 – 10 April 2008.
Salam damai dan bahagia selalu..
Bhikkhu Sudhammacaro.


SABBE SATTA BHAWANTU SUKHITATTA.
SEMOGA SEMUA MAKHLUK HIDUP BERBAHAGIA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “