Moksha, Teori Sains, Legenda dan Filsafat-25 Mei 2012 10:26 Diperbarui: 25 Juni 2015 -04:48




 



Dalam ajaran Panca-Sraddha (5 dasar keyakinan) Hindu Bali,  moksha ditempatkan sebagai pencapaian tertinggi dalam kerohanian.

Tujuan agama Hindu ini adalah untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan hidup jasmani. Di dalam pustaka suci Weda tersebut, "moksartham jagadhitaraya ca iti dharma" yang artinya dharma atau agama itu ialah untuk Moksha (mokshatham) dan mencapai kesejahteraan mahkluk hidup (jagadhita). Moksha juga disebut "mukti" artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagiaan rohani yang langgeng. Moksha berarti kebebasan dari ikatan keduniawian, bebas dari karmapala, bebas dari samsara. 

Moksha akan tercapai hanya bila bebas dari ikatan-ikatan duniawi.
Moksha yang tertulis di atas adalah filsafat hidup seorang Hindu Bali, diajarkan di sekolah dan bebas dipelajari oleh siapa saja dari buku yang bersedia. Agama Hindu adalah warisan kepercayaan leluhur, seiring dengan waktu kebutuhan untuk membentuk struktur keagamaan mengharuskan untuk mengumpulkan intisari dari sejarah keHinduan di Nusantara. Simbol omkara Hindu Bali adalah bentuk aksara yang berenergi kemanunggalan umat Hindu Bali - Tuhan dan Alam.
Moksha di cerita Babad Leluhur mengenal moksha sebagai titik akhir melepaskan ikatan keduniawian dan kembali ke awal atau asal hidup.  Banyak legenda yang mendaulat cerita rakyat tentang kesaktian leluhur sejenis dematerialisasi atau teleportation (teleportasi),  melintasi dimensi ruang dan waktu dan tembus dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Di jaman Majapahit masih mengenal moksha sejenis dematerialisasi, tidak meninggalkan jasad. Cerita babad Dang Hyang Nirartha yang mencapai moksha di Pura Luhur Uluwatu, Selatan Bali terkenang sejak abad ke-15 sampai kini. Prabu Yudhistira, Mahabharata Dari saudara Pandawa, Prabu Yudishtira yang berkemampuan untuk mencapai moksha ketimbang saudara lainnya. Prabu Yudisthira dikenal sebagai anak titisan dari Sang Hyang Dharma dan Dewi Kunti.Ciri dari Prabu Yudisthira adalah tidak berani berbohong karena melanggar dharma atau kebaikan.

Siddharta Gautama Buddha Sosok spiritual yang diramalkan untuk hadir ke bumi dan menyebarkan ajaran Dharma.  Tidak disangka ajarannya adalah meniadakan "keakuan", dengan meninggalkan segalanya dan mencari jawaban dengan bersemadi dan mengheningkan cipta - karsa - rasa. Sampai kemudian dia membukakan mata dan melihat kegembiraan di dunia untuk pertama kalinya. 

Kesengsaraan adalah satu dengan kelahiran, ketentuan kelahiran adalah kematian dan kematian itu sendiri mempunya proses, dari penyakit dan penuaan. Sudah sepatutnya, manusia harus mengetahui tempat asal sebelum lahir untuk mencapai keheningan tanpa derita dan jadikan dunia sebagai tempat untuk mencari jalannya sendiri. Moksha dalam karma Karma adalah buah tindakan, tidak memilih untuk bertindak adalah sebuah tindakan pula, termasuk pengendalian diri. Karma yang baik menghasilkan hubungan baik, bahwasanya kelahiran membuka jalan untuk perjodohan, perjumpaan dan perpisahan. 

Tolak-ukur dari moksha dalam karma adalah "baik". Moksha dalam dharma Di tiap karma yang baik, dharma memberikan jalan kesinambungan untuk mencapai tingkatan kesadaran yang bertahap tentang keakuan yang sementara karena peran dan melepaskan peran dalam kesendirian, hanya ada Aku dan Sang Pencipta.  Sudah barang tentu, "keakuan" akan lepas sendiri dan menjadi permohonan "ampun" karena masih menganggap kekurangan atau kelebihan tetap ada kekurangan karena hari esok membawa suatu ketidakpastian yang hanya Tuhan sebagai pemberi restu hidup berjalan atau berakhir di tempat.

Perbuatan senonoh hanya bisa ditebus dengan kebersihan dan menyucikan pikiran berulang-ulang sampai rasa itu menjadi ringan. Rekaman ada dalam diri, bagaimana kita berinteraksi secara horisontal dan vertikal, perbuatan yang baik dan kurang baik kembali pada diri, kita terikat atau terbebaskan dari ikatan perbuatan apa bila mengetahui caranya menyucikan bathin dan mengetahui suatu rahasia hidup. Rahasia itu adalah pencapaian rohani secara individu. Mungkin itulah mengapa para leluhur terdahulu mencari tempat untuk moksha, menyepi dan bersemadi untuk menyatu dengan alam rahasia. Kepercayaan masa kini adalah mengampuni orang yang meninggal agar terlepas dari ikatan duniawi.

Teori Sains Tiap perbuatan menyimpan catatan dalam diri kita, mengingat sel tubuh adalah sel dan zat yang sama dengan alam dan mahkluk hidup lainnya. Misteri hidup adalah kemanakah setelah kematian? Apakah ada tempat daur-ulang seperti misalnya air yang memiliki siklus lengkap dari fase udara, cair dan padat, turun dari langit dan berakhir ke samudra yang asin? atau langsung berada di sisi Tuhan. Zat dalam tubuh kita adalah zat cahaya.

Kematian biasa adalah mengalami sakit dan penuaan, teori kematian moksha adalah mengetahui zat yang mana dalam tubuh yang kembali di semesta, proses dematerialisasi terjadi dengan ekskretasi zat tersebut seperti yang terjadi pada bintang supernova. -  renungan di sore hari, berbagi pengetahuan tentang budaya Bali dalam perspektip pikiran modern. Hihihi! mohon maaf kalau artikel ini campur-aduk.


Sumber: Niki Saraswati  
Cinta itu pelajaran Ilahi dan tindakannya adalah Cinta-Kasih.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “