"Selamat Tahun Baru Imlek 2561/2010"

Selamat Tahun Baru Imlek 2561/2010
“ Gong Xi Fa Cai ”


Mohon Maaf Lahir dan Batin kepada
warga keturunan Tionghoa dan Bangsa Indonesia.
Semoga Bangsa Indonesia Makmur Sejahtera dan Bahagia

Oleh Jin Hitam Giri Manggolo
Penyunting: Jin Hitam Sampiran
Rohaniwan & Pemerhati Sosial.


Belajar Ilmu sampai ke Negeri China.

Masyarakat Tionghoa di seluruh dunia merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari Minggu tanggal 14-15 Februari 2010. Secara tradisi zaman dulu, bahwa hari itu bertepatan dengan awal musim semi (gugur), yang ditandai dengan daun-daun pohon mulai berguguran. Dan bunga-bunga mulai mekar beraneka warna, sangat indah dan menawan hati bagi semua penduduk di China. Para sesepuh di China berpendapat, bahwa awal musim semi adalah hari yang paling indah dengan bermekarannya bunga-bunga di taman, disertai aroma yang harum semerbak di pekarangan rumah, dan di taman-taman bunga istana raja. Sebab itu, hari awal mula musim semi akhirnya diperingati dan dirayakan sebagai hari Tahun Baru Imlek.

Maka, berkumandanglah peringatan dan perayaan tahun baru imlek itu ke seluruh pelosok negeri China. Tak ayal warga Tionghoa berkumpul di rumahnya masing-masing pada hari itu untuk mengenang jasa baik orangtua dan para leluhurnya, lalu bersilaturahmi atau yang diistilahkan mengucapkan saling memohon maaf lahir dan batin dari yang muda kepada yang tua. Lalu yang tua, biasanya akan memberikan angpao atau amplop berisi uang, untuk memberikan bekal modal semangat dalam bekerja dan berkarya serta dalam belajar bagi para anak sekolah. Tujuannya ialah, dengan cara tersebut diharapkan kepada para anak-cucu mereka akan saling mengenal, mengingat dan yang utamanya ialah tahu berbakti membalas budi jasa baik para orangtua dan leluhurnya. Bila ditinjau dari segi psikologi ialah hari raya tahun baru imlek mengingatkan kepada para anak-cucu keturunan Tionghoa harus berbakti dan membalas budi jasa baik orangtua dan para leluhurnya. Kalau dirunut dengan kaca mata ajaran agama berarti para anak-cucu keturunan Tionghoa harus tahu berterimakasih dan mau membalas budi jasa baik orangtua dan para leluhhurnya, sungguh bagus dan indah.

Tradisi budaya peringatan dan perayaan tahun baru imlek di China sejak dulu hingga kini disambut semarak, riang-gembira, penuh suka-cita. Bahkan sebelum hari menjelang perayaan tahun baru imlek, masyarakat China dimanapun berada sudah menyambut dengan aneka dekorasi. Khususnya di China para warganya di perantauan yang bekerja jauh dari kampung halamannya, mereka berduyun-duyun pulang dengan membawa oleh-oleh untuk keluarganya. Begitupula warga keturunan China yang berada di seluruh dunia misalnya; Taiwan, Jepang, Korsel-Korut, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Indon, mereka semua menyiapkan acara menyambut perayaan tahun baru imlek dengan berbagai dekorasi lampu lampion di mana-mana. Lihat saja di Mall-Mall, Wihara, Bank, rumah-rumah keturunan China mereka semarak menyambut perayaan tahun baru imlek, dengan aneka lampu lampion khas dari China berwarna merah yang artinya bahagia dan suka cita.

Tahun Baru Imlek 2561 tahun sebelum Agama lahir.
Peringatan dan perayaan tahun baru imlek ini muncul 2548 tahun yang lalu, berarti sebelum ada ajaran agama lahir seperti Katolik, Kristen, Islam, Hindu dan Buddha. Sedangkan penggagas atau pelopor peringatan dan perayaan tahun baru imlek ini rupanya dicetuskan oleh Kong Fu Cu (Con Fu Cius, Kong Fu Tze), yang terkenal disebut Nabi oleh sebagian masyarakat Tionghoa. Karena ajaran-Nya yang amat mulia dan luhur tentang ‘Moralitas, berbakti dan tahu membalas budi jasa baik orangtua dan para leluhurnya’. Sebab itu, ajaran Kong Fu Cu tetap populer di kalangan masyarakat keturunan Tionghoa dari zaman dulu hingga kini. Ciri-ciri masyarakat keturunan Tionghoa di manapun berada, mereka akan tetap memegang kuat adat tradisi budaya (culture) tentang ‘berbakti dan membalas budi jasa baik orangtua dan para leluhurnya’. Yang paling mudah dilihat ialah bahwa setiap tahun baru imlek dan bulan ke tujuh penanggalan Tionghoa (ceng beng – cau tuo), mereka suka membuat acara sembahyang terhadap para orangtua dan leluhurnya yang sudah meninggal. Dan sembahyang tersebut adalah persembahan sesaji makanan dan minuman yang beraneka ragam, sesuai kesukaan para orangtua dan leluhurnya ketika masih hidup. Jadi, dalam acara persembahan sesaji makanan dan minumannya, para anak cucu harus ingat benar kesukaan orangtua dan leluhurnya ketika masih hidup.

Pada saat acara persembahan sesaji makanan dan minuman untuk para orangtua dan leluhur yang telah meninggal ini, sudah siap di letakkan di atas meja sembahyang, maka para anak-cucu harus sembahyang dengan membakar dupa harum tiga batang yang di tancapkan di tempat dupa. Satu persatu anak cucu ikut sembahyang dengan mengundang para orangtua dan leluhur yang telah meninggal untuk hadir di rumah dan menerima jamuan makan dan minum yang telah disediakan di atas meja sembahyang. Adakalanya diiringi ucapan selamat datang dan selamat tahun baru imlek kepada para orangtua dan leluhur yang telah meninggal, disamping mohon doa restu agar hidupnya dibantu dalam bekerja dan berkarya atau dalam belajar bagi anak sekolah agar sukses dan tercapai cita-citanya.

Ternyata Culture atau ‘Tradisi Budaya’ keturunan Tionghoa ini menular deras hingga marasuk ke umat agama lain (Islam, Hindu, Katolik), bahkan masyarakat dunia kagum dan ikut melakukannya, meskipun berbeda culture (budaya). Betapa indahnya andaikata semua masyarakat dunia mau mengajarkan Culture atau ‘Tradisi Budaya’ keturunan Tionghoa ini. Alasan logisnya ialah, bahwa sudah seharusnya bagi anak-cucu untuk membalas budi jasa baik terhadap orangtua dan leluhurnya, yang merasa telah dilahirkan dan dirawat serta dibesarkan, diberi pendidikan yang maksimal oleh orangtua. Sebaliknya, tak ada alasan apapun namanya, bagi anak-cucu ‘untuk tidak’ membalas budi jasa baik terhadap orangtua dan leluhurnya, yang merasa telah dilahirkan dan dirawat serta dibesarkan diberi pendidikan yang maksimal oleh orangtua. Bila anak-cucu tak tahu membalas budi jasa baik orangtua dan leluhurnya, maka masyarakat umum akan menilai dan menyebutnya “Anak Durhaka” atau “Anak Kuwalat”. Biasanya anak yang dicap atau dinilai anak durhaka atau anak kuwalat hidupnya akan tambah susah, lebih menderita. Sebab, masyarakat yang tahu tak akan lagi percaya pada anak durhaka tersebut, bahkan sering dianggap ‘anak pembawa sial’ rejekinya seret dan sulit.

Riwayat lahirnya Kong Fu Cu

Kong Fu Cu lahir.
Ayah Kong Fu Cu bernama Siok Liang Git adalah seorang bangsawan agung, keturunan dari kaum kerajaan Siang. Siok Liang Git sudah memiliki sembilan anak tapi semuanya perempuan. Lalu istrinya meninggal akibat usia tua dan berbagai penyakit. Siok Liang Git meskipun telah berusia lanjut, namun rupanya masih penasaran karena belum memiliki putra. Maka, disisa usianya Ia meminang lagi tiga gadis dari keluarga Gan, dengan harapan bisa mendapatkan seorang putra yang kelak bisa meneruskan warisan dan keturunan yang baik menurut tradisi saat itu (zaman kuno). Waktu lamaran itu disampaikan langsung kepada tiga gadis itu (menurut tradisi kuno), tidak ada yang menjawab, melainkan mereka saling memandang satu sama lainnya. Perempuan yang pertama dan kedua rupanya kurang senang bila mempunyai suami yang usianya sudah lanjut walaupun memiliki derajat tinggi, kaya dsb.

Namun, yang paling muda bernama Tien Tjay punya pikiran lain, waktu Ia melihat kedua kakaknya diam saja, maka Ia memberitahukan kepada Ayahnya bahwa; Ia bersedia menerima pinangan dan mau menikah dengan orang tua itu, hanya demi menyenangkan hati orangtuanya (berbakti). Dari contoh ini ternyata bahwa Ibu Kong Fu Cu bernama Tien Tjay sejak kecil sudah memiliki bakat watak dan tabiat yang sangat baik yaitu ‘Berbakti pada Orangtua’ (U Hauw). Setelah menikah, tak lama kemudian Tien Tjay sebagai istri yang masih muda itu memohon izin suaminya, untuk pergi ke gunung bertekad memohon kepada Dewa Gunung Nikiu supaya bisa mendapatkan seorang anak lelaki. Sepuluh bulan kemudian, benar juga permohonannya dikabulkan karena akhirnya Kong Fu Cu dilahirkan (551-479 SM). Waktu lahir diberi nama Kiu alias Tiong Ni, nama ini diambil dari nama gunung dimana Tien Tjay memohon kepada Dewa gunung untuk mendapatkan anaknya, guna meneruskan warisan dan keturunannya.

Dipandang secara Dharma (kebenaran universal), Tien Tjay dengan rasa bakti, pengorbanan diri, dan maksud hatinya yang mulia, serta pikiran sucinya sebagai seorang Ibu telah menarik segala sifat-sifat baik dan rasa berbakti dari alam halus para Dewa hingga berkenan melahirkan seorang anak lelaki (Kong Fu Cu). Yang kemudian menjadi seorang Guru Filsuf yang bertabiat mulia dan berbudi pekerti dan tahu berbakti kepada orangtua, hingga akhirnya terkenal ke seluruh dunia sampai saat ini. Bahkan Kong Fu Cu dihormati oleh bangsa Tiongkok khususnya, dan ajaran-Nya hingga menembus masuk keseluruh pelosok dunia. Tak ayal lagi masyarakat dunia mengakuinya dan menjadikan Kong Fu Cu sebagai ‘Simbol’ seorang Guru Filsuf yang memberi inspirasi umat manusia di dunia untuk belajar dan praktik ‘Budi Pekerti dan Berbakti’ pada orangtua khususnya juga kepada semua orang seperti yang kita pelajari saat ini.

Semua orang boleh saja mengharapkan dikaruniai anak yang baik meskipun tidak persis sama seperti Kong Fu Cu. Namun, yang penting dipetik sebagai pelajaran disini ialah bahwa sebagai seorang pria maupun wanita yang mau menikah hendaklah disertai maksud dan tujuan yang diisi dengan hati mulia seperti ayah Kong Fu Cu bernama Siok Liang Git dan Ibunya bernama Tien Tjay. Dengan demikian dilihat dari kisah klasik ini bahwa sifat seorang anak banyak bergantung dari sikap orangtua. Terutama Ibunya yang rendah hati mau menerima dan menikah, melahirkan, membesarkan dan mendidik serta menasihati anak-anaknya. Sebab, dengan cara yang baik itu akan berpengaruh terhadap anak tersebut dikemudian hari hingga menjadi dewasa dan bisa berguna bagi orang banyak seperti yang dicontohkan oleh Kong Fu Cu. Zaman dulu percaya bahwa sikap orangtua yang buruk dan jahat, bisa menarik elemen-elemen jahat lagi dari alam semesta hingga terbawa ke dalam kandungan hingga melahirkan, yang kemudian bisa berpengaruh kuat terhadap sang anak jika sudah dewasa kelak. Jadi, tak salah bila ada anak nakal sejak kecil, dan sulit diberi nasihat dan pendidikan yang baik dan benar, sebab dari awal orangtuanya sudah terbiasa dengan bentuk-bentuk kejahatan.

Kong Fu Cu adalah Maha Guru.
Kong Fu Cu (Con Fu Cius, Kong Fu Tze), adalah seorang Maha Guru (panggilan khusus di Tiongkok berkat keteladanan yang baik dan benar), Beliau adalah seorang pakar pendidikan yang handal. Ajarannya sangat mempengaruhi kebudayaan Tiongkok, yang dewasa ini sudah tersebar ke seluruh dunia. Beliau sangat yakin, bahwa moralitas dan prilaku luhur serta disiplin yang baik adalah pola pendidikan dasar bagi anak-anak. Mereka sejak dini sudah harus didoktrin dengan pola dasar ini. Pada zaman Tiongkok kuno, orang tua membawa anaknya menghadap guru, orang tua dengan sangat hormat memberi sembah sujud kepada guru, lalu diikuti oleh anaknya. Berarti si anak mulai hari itu telah resmi menjadi murid sang guru. Jika orang tua mengetahui bahwa anaknya dihukum oleh guru, maka orang tua akan sangat berterimakasih kepada guru, karena telah mendidik anaknya dengan ketat dan benar (biasanya si anak bila mendapat hukuman dari guru, tidak berani memberitahukan kepada orang tua, karena bisa mendapat hukuman lagi dari orang tua).

Orang tua dulu berpendapat bahwa pendidikan yang benar harus diutamakan pembentukan prilaku luhur dan etika moral lebih dulu, setelah itu baru mempelajari ilmu yang lainnya. Alasannya, kalau anak tidak dididik dengan benar secara moralitas dan prilakunya lebih dulu, kemudian langsung mempelajari ilmu. Maka ilmunya akan menjadi ‘Bumerang’ bagi dirinya sendiri, dan keluarga menjadi tercemar serta akan merusak bangsa dan negara. Tujuan pendidikan ini ialah, untuk membentuk karater manusia seutuhnya, atau sejatinya manusia yang sehat jasmani dan rohani. Hingga bisa menjadi andalan keluarga juga bisa mengabdi kepada negara dan bangsa, demi manfaat orang banyak. Walaupun standar ini agak berlebihan bila ditinjau dari sudut pandang kehidupan saat ini. Karena keadaan saat ini sudah berubah jauh, ada anak yang tidak mau mendengar nasehat orang tua, ada guru takut mengajar dan menghukum murid, sebab banyak orang tua tidak terima akhirnya menuntut kepada gurunya.

Era kita saat ini adalah era kemerosotan moral yang menyeluruh, seperti hubungan antara manusia dengan lingkungan, hubungan orang tua dan anak, hubungan suami dan istri, hubungan atasan dengan bawahan, semuanya sudah tak beraturan lagi. Ada orang tua tidak bertindak sebagai orang tua, anak tidak berprilaku sebagai anak. Hati nurani manusia sudah tidak peka lagi, kerukunan berkeluarga sudah pudar, angka perceraian meningkat sampai ke titik memprihatinkan. Bahkan ada anak bunuh orang-tua, dan sebaliknya, kekerasan dalam rumah-tangga sering terjadi, ada suami bunuh istri malah dimutilasi dan sebaliknya. Bahkan ditengarai akhir-akhir ini banyak anak remaja, dewasa dan orangtua mudah sekali putus asa lalu bunuh diri. Menurut penelitian para ahli psiikologi, latar belakang orang nekad bunuh diri ialah persoalan ekonomi yang tidak mendukung hidupnya. Kami sangat khawatir kehidupan masa depan anak-cucu sebagai penerus bangsa akan bertambah rusak moralnya, yang akibatnya sangat berbahaya bagi kelangsungan berbangsa dan bernegara. Sebab itu, kami harapkan ajaran kuno Kong Fu Cu ini dapat memberi inspirasi segar dan boleh digunakan sebagai referensi atau pegangan dalam mendidik dan membimbing anak-anak kita. Semoga akhirnya mereka bisa hidup damai sejahtera dan bahagia. Keyakinan kami juga boleh jadi sebagai keyakinan para orang tua di seluruh dunia. Yang intinya amat diharapkan bagi orangtua untuk aktif mengajarkan syair-syair kuno dari ajaran Kong Fu Cu kepada anak-anaknya, hingga arti dan maknanya barangkali dapat dimengerti secara mudah. Bila perlu mengundang para pakar pendidikan agar mau bekerja sama untuk mengajarkan filsafat dari ajaran Kong Fu Cu agar lebih bagus lagi.

Belajar Ilmu sampai ke Negeri China.
Ungkapan di atas bukan Kesombongan dan Kebohongan, buktinya Negeri China pada tanggal 1 Oktober 2009 merayakan 60 tahun Merdeka, China sengaja unjuk Kekuatan, unjuk Kemampuan, kesuksesan dan keunggulan kepada masyarakat dunia. Dalam siaran langsung CCTV China (Sie Cuan News) perayaan 60 tahun kemerdekaan China, selama 8 hari pesta parade dan seni budaya yang amat memukau, hingga para penonton berdecak kagum. Jadi, pada kesempatan itulah yang sebenarnya China baru diketahui oleh masyarakat dunia bahwa China memang tanpa tandingan dan bisa memimpin dunia dalam segala bidang. Simpanan devisa negaranya mencapai lebih dari empat trilyun dolar US, dan termasuk paling tinggi di dunia, setelah mengalahkan negara Jerman.

China Negara berpenduduk lebih dari satu miliar, namun justru saat ini dapat julukan “Naga Raksasa Ekonomi” hingga sangat ditakuti dan menjadi sorotan dunia barat dan eropa, termasuk menguasai perekonomian di Asia. Membangun stadion Olimpiade Beijing 2008 di China adalah satu bukti nyata bahwa kesuksesan ekonomi China di dunia, hingga panitia berjanji kepada tiap negara yang memperoleh mendali emas akan dibangun sekolah satu buah, ini bukan hanya janji dan mimpi bung! coba renungkan! Dan fakta negera China adalah negara yang berhasil, sukses dalam segala bidang, buktinya dalam olimpiade Bejing 2008, China peraihan tertinggi 16 mendali emas. Dalam bidang hukum, banyak pejabat menteri yang dieksekusi mati akibat korupsi. Di bidang iptek, China telah menerbangkan pesawat super sonic ke luar angkasa.

Di bidang otomotif, China telah memproduksi mobil hemat bahan bakar, selain negera Jepang. China telah memproduksi segala jenis barang dari yang terkecil jarum, hingga pesawat terbang, kapal selam, dsb. Di bidang seni dan budaya contoh film-film Kung Fu terutama ‘Kung Fu Panda’ meraih sukses. Kesuksesan China hampir disegala bidang, ke semua lini kehidupan, sebab itu ada pepatah kuno ‘Belajar ilmu sampai ke negeri China’ hal ini bukan hanya slogan belaka, rasanya tak keliru, justru sangat tepat. Apalagi nanti China akan menjadi ancaman perdagangan bebas Asean, ini satu buktinya.

Negara-negara yang Culturenya sama dengan China.

Singapura.
Negeri Singapura yang kecil dan berpenduduk hanya tiga juta lebih, tapi pemerintahannya terkenal paling bersih dari korupsi di Asia. Singapura termasuk negara kecil tapi kaya dengan kekuatan sumber daya manusianya yang cerdas, cermat, cekatan, ulet, disiplin dan teratur. Padahal, Singapura tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, bahkan air minumpun harus beli dengan cara kontrak jangka panjang 30-50 tahun ke negara Malaysia dan Indon. Adakalanya air lautpun disuling atau difilter hingga bisa di minum dan digunakan untuk keperluan mencuci dsb. Sungguh amat mengagumkan masyarakatnya yang terkenal cerdas, disiplin tinggi dan sangat teratur dalam segala hal dan pekerjaan.

Jepang.
Negeri Jepang hampir sama tidak jauh berbeda dengan Singapura, hanya Jepang lebih terkenal dengan kemajuan dan kesuksesannya di bidang ekonomi karena capaian hasil produsen otomotif dan elektronik. Masyarakat dunia menilai, negara mana di dunia ini yang tidak punya hutang kepada negara Jepang? Mengapa? Coba anda pikir, banyak negara di dunia termasuk negara maju Amerika, Eropa, Australia, sampai seluruh Asia yang mengimpor barang-barang Jepang. Contohnya seperti barang otomotif mobil, motor, dsb, barang elektronik seperti TV, Kulkas, AC, dsb. Jadi, dengan mengimpor barang dari Jepang secara otomatis negara yang mengimpor berarti punya hutang terhadap negara Jepang yang mengirim barang tersebut. Hal ini sudah lumrah dalam dunia ilmu ekonomi atau bisnis. Negeri Jepang terkenal masyarakatnya pekerja keras (gila kerja), hingga pemerintahnya harus membuat peraturan baru tentang jam kerja yang dikurangi, agar para pekerja bisa lebih cepat pulang ke rumah dan bisa menikmati kehidupan rumahtangganya. Dengan tujuan agar populasi penduduk Jepang bisa bertambah, sebab saat ini penduduk Jepang usia tua makin surut, akibat kegiatan suami istri tersita oleh waktu kerja demi mengejar target. Namun, saat ini Jepang sedang dilanda demam PHK masal di banyak perusahaan otomotif dan elektroniknya, akibat imbas dari ‘krisis ekonomi global’.

Korea Selatan.
Korea Selatan dan Taiwan terkenal negara cukup maju dan kaya karena produksi otomotif dan Elektronik yang berhasil mengusai pangsa pasar di Asia dan Amerika, Eropa, dsb. Seperti perusahaan Elektronik Samsung yang tahun ini meraup keuntungan hingga 8 miliar dolar US. Begipula Taiwan yang memproduksi laptop merk Acer telah merambah ke pasaran Asia dan Amerika serta Eropa, dsb.

Indon.
Di Indon warga keturunan China masih dominan menguasai pasar ekonomi dan bisnis di segala bidang, sebut saja Indofood, Garudafood, Astra Motor, Jamu Jago, Jamu Sidomuncul, Rokok Gudang-Garam, Jarum, Sampurna, Ji Sam Su, dsb. Di bidang properti juga tetap keturunan China masih dominan, seperti Agung podomoro, Sinar Mas, dsb. Secara nasional warga keturunan China di Indon sudah banyak berjasa di segala bidang, seperti olahraga badminton sejak dulu Tan Yoe Hok, Rudi Hartono, Liem Swi King, Alan Budi Kusuma & Susanti. Bila dilihat dari peran serta program pemerintah, warga keturunan China Indon sangat berjasa karena telah memberi peluang dan lowongan kerja bagi jutaan penduduk Indon asli, dari banyaknya perusahaan besar yang dipegang oleh warga keturunan China.

Di bidang sosial, masyarakat Indon semua tahu dan melihat pengorbanan “Relawan Buddha Tzu Chi”, sering bakti sosial pengobatan gratis; operasi tumor, operasi bibir sumbing, operasi katarak, dsb. Membangun rusun untuk korban bencana dan musibah kebakaran khususnya di Jakarta, membangun sekolah di pesantren Parung Bogor plus 20 ton beras tiap bulan. Lihat Dai Ai TV yang programnya menyentuh hati, memberi semangat, mendidik secara cinta-kasih, menyadarkan kesombongan dan kesalahan, memberi contoh yang baik dan berguna tentang daur ulang sampah, dsb. Bakti sosial para pengusaha keturunan China pada waktu bencana alam Gempa Bumi, Kebakaran, membangun sekolah di Aceh, dsb. Hanya yang amat disayangkan bahwa kerja keras dan pengorbanan warga keturunan China Indon belum mendapatkan penghargaan dari Pemerintah.

Justru sebaliknya banyak para pejabat memandang warga keturunan China sebagai lahan basah untuk ditekan, dipersulit, diskriminasi, bahkan dijadikan sapi perah belaka oleh para pejabat dimana-mana. Contohnya dari mulai membuat KTP, Paspor, Izin Usaha, Izin membangun tempat Ibadah, dsb. Contoh diskriminasi; program pemberantasan mafia hukum; mengapa yang disorot dan di publikasikan hanya ruang tahanan Arthalita Suryani keturunan China yang mewah, kan narapidana banyak? Bahkan “Koruptor di zaman Orde Baru” saja malah jadi pejabat, ada yang sampai mati konyol. Apa matanya buta? Sungguh Ironis!

Lihat contoh; Adnan Buyung Nasution wawancara dengan reporter Kompas;
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Adnan Buyung Nasution secara tegas menyatakan tidak takut dengan siapa pun dalam mengungkap kebenaran.
Kenapa mesti takut dengan SBY. Saat menjadi Wantimpres, saya tidak takut dengan SBY. Yang penting tujuannya buat bangsa dan negara.
Dalam kesempatan itu, Adnan Buyung juga menyindir institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terkesan masih loyo. Dengan alasan, KPK tidak pro-aktif terhadap Pansus.
"Kalau KPK melihat adanya pelanggaran dari hasil penyelidikan Pansus, maka usut dan tangkap Sri Mulyani dan Boediono. Itu (pelanggaran) terlihat dari periode merger dan rapat KSSK," imbuhnya.

Medan – Kediri
Jin Hitam Giri Manggolo
Penyunting Jin Hitam Sampiran
Rohaniwan & Pemerhati Sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “