Kisah Tiga Orang Kakek
Alkisah,
hiduplah 3 orang kakek tua. Mereka bertiga sepakat setiap setahun sekali
mengadakan pertemuan, makan bersama & bersenda-gurau sepuasnya. Pada sebuah
pertemuan, di tengah-tengah senda gurau terdapat seorang kakek yang
mengeluhkan:”Tak terasa kita semua sudah tua, usia dari tahun ke tahun kian
bertambah renta. Makin renta, fisik makin mengalami keterbatasan.
Sangat
bersyukur kali ini kita masih dapat berkumpul bersama. Entah apakah tahun depan
kita masih dapat berkumpul bersama lagi? Mungkin saja salah satu diantara kita
ada yang telah mendahului berpulang?” kakek yang lain menimpali:”Jangan
berpikir terlalu jauh. Saya kuatir, malam hari nanti setelah melepas sepatu
& kaos kaki untuk berajak tidur. Apakah, esok hari masih dapat
mengenakannya kembali?” kakek yang ketiga berpendapat:”Kalian semua berpikiran
terlalu jauh. Saya merasa risau, apakah setelah menghembuskan nafas keluar
masih dapat menghirup kembali udara?”
Setiap
orang tentunya menginginkan agar panjang usia, bisa menikmati masa tua dengan
penuh kebahagiaan. Akan tetapi, pada kenyataannya panjang usia tidak menjamin
kebahagiaan seseorang. Sering kali kita mendengarkan pembicaraan diantara para
lanjut usia seperti di atas. Tak jarang dialognya lebih membuat yang
mendegarkan merasa trenyuh. Kadang mereka juga mengeluhkan kesehatan/perilaku
kita sebagai anak/menantu yang kurang berkenan.
“Makna dari
kehidupan seseorang tidak diukur dengan panjangnya usia. Akan tetapi, bila
kehidupan terlalu singkat, bagaimana dapat menjadi dewasa? Sayangilah kehidupan
yang tidak kekal ini sehingga tiada penyesalan”
Kehidupan
ini bagaikan selembar kertas, bagaimana kita hendak menorehkan tinta di
atasnya? Marilah kita isi lembar kehidupan kita dengan hal-hal yang membawa
manfaat bagi orang lain. Lihatlah bunda Theresa, dalam usianya yang lanjut
masih melayani sesama. Bodhisatva Avolokitesvara pada usia masih muda sudah
mencapai kesempurnaan, kini dipuja umat sedunia.
Semoga
berguna dan mohon maaf bila tidak berkenan di hati anda sadhu.
Penulis: Xie
Zheng Ming.
Ahli Sejarah
Kuno Conficius dan bahasa Mandarin.
Komentar