Kisah Pemuda dengan se-Batang Padi
Alkisah,
hiduplah seorang pemuda yang ingin mengubah nasibnya menjadi orang yang kaya.
Selama beberapa waktu, ia telah pergi mengembara ke berbagai tempat untuk
mencari tahu cara menjadi orang kaya. Sayang, sampai sekarang tanda-tanda
keberhasilan belum juga tampak. Kini, ia menjadi seorang pengembara yang
berpakaian compang-camping & lusuh. Pada akhirnya ia teringat akan
Bodhisatva Avolokitesvara. Dia dengar cerita bahwa Bodhisatva Avolokitesvara
adalah Bodhisatva yang penuh kasih, selalu menolong penderitaan umat manusia di
dunia fana. Segera ia merapikan & membersihkan diri untuk berdoa kepada
Bodhisatva Avolokitesvara di kuil terdekat. Pemuda ini dengan penuh ketulusan
hati memohon petunjuk dari Bodhisatva Avolokitesvara. Karena ketulusan hati si
pemuda, Bodhisatva Avolokitesvara berkenan memberikan petunjuk.
Mendengar
suara: “Untuk menjadi orang yang kaya mudah, tidak sulit. Setelah keluar dari
kuil ini, hargai & sayangilah setiap benda/orang yang kau temui. Setiap
bertemu dengan orang lain, berpikirlah bagaimana caranya untuk berderma
untuknya. Dengan cara ini, kau akan dapat segera merealisasikan apa yang
dicita-citakan.”
Si
pemuda dengan senang hati mendengarkan petunjuk dari sang Bodhisatva, ternyata
caranya sederhana sekali, tidak sulit untuk melakukannya. Setelah mengucapkan
terima kasih, si pemuda pamit dari hadapan sang Bodhisatva.
Karena
terlalu gembira, si pemuda kurang berhati-hati dalam berjalan. Baru saja keluar
dari kuil, ia sudah jatuh tersandung batu. Pada saat hendak bangkit, tangannya tanpa
sengaja memegang sebatang padi. Ia ingin sekali membuang apa yang dipegang,
akan tetapi karena teringat pesan sang Bodhisatva urung melaksanakan niatnya.
Dengan hati-hati ia membawa sebatang padi. Saat kembali berjalan belum jauh, si
pemuda kembali bertemu dengan seekor kumbang. Kumbang itu hinggap di ujung
batang padi yang sedang ia bawa. Pesan sang Bodhisatva oleh si pemuda
benar-benar dicamkan, ia tidak meneruskan perjalanan dengan membawa serta
sebatang padi yang ujungnya dihinggapi oleh seekor kumbang.....
Tiba-tiba,
ia mendengar suara tangisan seorang anak kecil. Walaupun telah ditimang &
dibujuk oleh sang ibu dengan berbagai cara, tangis anak kecil tidak kunjung
berhenti. Saat si pemuda melintas di hadapan mereka, si anak kecil melihat
sesuatu yang dibawa oleh si pemuda. Ia merasa ingin tahu & tertarik. Rasa
tertarik & ingin tahu membuat si anak kecil berhenti menagis. Si pemuda
kembali teringat pesan dari sang Bodhisatva, segera ia memberikan sebatang padi
yang ujungnya dihinggapi oleh seekor kumbang kepada si anak kecil. Sebagai
ucapan terima kasih, ibu si anak kecil memberikan 3 buah jeruk kepada si
pemuda.
Setelah
menerima & mengucapkan terima kasih, si pemuda kembali berjalan. Baru saja
berjalan belum jauh, si pemuda bertemu dengan seorang saudagar kain yang sedang
duduk tersimpuh dengan nafas terengah-engah. Ia bertanya kepada sang saudagar: ”Mengapa
engkau duduk tersimpuh, apa yang dapat saya bantu? ”Sang saudagar menjawab: ”Saya
kehausan. Sangat kehausan sahingga tidak mampu lagi untuk berjalan. ”Teringat
oleh pesan Bodhisatva Avolokitesvara, si pemuda segera memberikan 3 buah jeruk
untuknya. Setelah memakan jeruk pemberian dari si pemuda, sang saudagar kembali
bersemangat & memiliki tenaga untuk berdiri. Sang saudagar memberikan
sehelai kain sutera yang halus sebagai wujud syukur atas pertolongan si pemuda.
Tak
jauh beranjak dari tempat yang semula, si pemuda melihat seekor kuda terjatuh.
Sang pemilik kuda tidak tahu harus berbuat apa? Si pemuda lantas memohon kepada
pemilik kuda untuk menukar kudanya dengan sehelai kain sutera. Dengan senang
hati sang pemilik kuda menyetujui permintaan si pemuda. Si pemuda segera
bergegas menuju ke sungai mengambil air untuk diberikan kepada kuda tersebut,
dengan telaten merawatnya. Tak disangka, beberapa saat kemudian kuda itu mampu
berdiri kembali. Ternyata kuda tersebut hanya kehausan sehingga terjatuh.
Si
pemuda kembali melanjutkan perjalanan dengan menunggang kuda. Setelah beberapa
saat, si pemuda melintas di depan sebuah rumah dengan halaman yang luas.
Tiba-tiba, dari dalam rumah keluar seorang tua. Sang orang tua memegang tangan
si pemuda,dengan nada memohon berkata: ”Bolehkah saya meminjam kuda anda? ”Si
pemuda teringat oleh pesan Bodhisatva Avolokitesvara, segera turun dari kuda.
Ia berkata kepada sang orang tua: ”Baiklah. Silahkan anda meminjamnya.” sang
orang tua menjawab: ”Saya adalah pemilik rumah dengan halaman yang luas ini.
Sekarang saya ada kepentingan mendesak. Setelah saya kembali kemari, barulah
akan memberikan hadiah kepada anda sebagai tanda terima kasih. Jika saya tidak
kembali, engkau boleh memiliki semuanya. Untuk sementara waktu tinggallah
disini, sembari menunggu saya kembali.”
Si
pemuda kemudian tinggal di rumah tersebut, menunggu sang orang tua kembali. Tak
disangka, sang orang tua tidak juga kunjung kembali. Ia lantas menjadi pemilik
rumah dengan halaman yang luas, mengalami kehidupan sebagai seorang yang
kaya-mulia. Saat itu, ia baru tersadar: Pemuda itu berpikir: ”Bertahun-tahun
saya mencari cara agar dapat menjadi orang yang kaya, ternyata begitu
mudah-tidak sulit.”
Kaya
& mulia adalah keinginan semua orang, akan tetapi cara mendapatkannya harus
benar. Sering kali orang menempuh jalan pintas untuk menjadi kaya & mulia.
Kebanyakan orang juga kurang memahami apa hakekat kaya & mulia yang
sebenarnya.
“Cara yang tepat untuk menjadi orang kaya-mulia bukanlah
dengan jalan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya / mengejar nama dan keddudukan, melainkan
menyayangi setiap benda dan setiap orang, kapan saja-di mana saja senantiasa
memikirkan bagaimana caranya berderma. Berderma bisa berupa uang, tenaga, ide, semangat/pemikiran.
Tiada cara lain untuk mendapatkan penghidupan yang baik selain menyayangi
setiap “jodoh” & berderma. Menyayangi setiap “jodoh” membuat kita tidak
memiliki perasaan menyesal. Berderma menjadikan seseorang menjadi orang kaya
yang sebenarnya”
Catatan: Jodoh disini ialah
buah Karma Baik.
Penulis: Xie
Zheng Ming.
Ahli Sejarah
Kuno Conficius dan bahasa Mandarin.
Komentar