“ PASUTRI SUDAH CERAI, KUMPUL KEBO LAGI “
DISKUSI DHARMA FACEBOOK.
Diskusi Dharma; Tanya: Bhante, saya Pasutri sudah bercerai resmi, lalu bertemu lg d hidup bersama seperti layaknya suami istri, tanpa menikah KK (Kumpul Kebo), karena masing2 sudah merasakan repotnya mengurus perceraian melalui hukum, dan mereka tidak mau dicap oleh keluarga besar masing-masing jika suatu saat mereka gagal lagi. Apa Hukum Karmanya orang yang KK spt ini? Teman2 tlg ks koment yg benar dan berguna, sadhu.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna.
1. Malam Bhante, menurut jwban bodoh sy, jk pasangan itu berkumpul tdk resmi bhs kerennya kumpul kebo meski dahulu pernah resmi tp saat kembali menjd tdk resmi bknkah itu sm halnya selingkuh dan bila terlhrkembali bs menjadi banci (perempuan tdk dan lelakipun bkn). Demikian jwban bodoh dari sy dan jk salah mhn petunjuknya Bhante, terima kasih. ***Salam Metta***
2. Dasarnya sudah resmi jadi suami istri,lalu berpisah dan kembali lg jadi suami istri. Klu secara hukum negara merupakan pelangaran hukum.Tapi hukum karma menurutku tdk ada karma buruk.Biar bagai manapun lebih baik bersatu kembali daripada berpisah. Di dunia ini segala sesuatu tdk ada yg mengalami perubahan. Nomo buddhaya, salam bahagia.
3. mlm bhante. jika mereka sdh ada keturunan/anak.., sy rasa hampir tdk ada hukum karmanya..., skalipun ada sprtinya lbh ringan ketimbang mereka hrs berpisah..
Namo buddhaya bhante.saat sy mmbca REPOT MENGURUS PERCERAIAN dan JIKA GAGAL LAGI,mk sy branggapan mrk tdk pny niatan untk mnjadi keluarga yg lbh baik dr yg krmn krn kalw mrk mmg bnr2 ign mnjd lbh bk lg mrk tdk akn pny pkiran sprti.mnrt sy mrk hny nafsu sj bhante,maaf kalw ada yg slh bhante..sadhu 3 x.
4. Jaman dahulu 웃 berkomitmen Jύƍά Ğªќ pake surat2 Ɣğ penting mereka mempunyai niat baik bagi sy Ъќ masalah.
5. rumit sekali yaaa kalau sedikit2 hrs dikaitkan dgn hukum karma, kalau sudah timbul pengertian dan pandangan benar bukannya tindak tanduk kita tidak dihantui momok hukum karma lagi.
6. Bagaimanapun juga mereka ud bercerai kalo mau rujuk ya harus scr syah lg.kalo kk gt sama aja nantinya akan melanggar sila ke 3 pancasila buddhis.kalo ud bgt ya pasti bakalan ada karma buruk yg akan diterimanya.thx.
7. menurut pandangan sy ,sebaiknya nikah lg secara agama aja d wihara jd tdk ush repot2 nikah secara negara ,emg kalo nnt ga cocok lg malu dong sm kucing sebelah masa cerai 2x dng org yg sama ,ud ga getrend tuh.prinsipnya gini:kalo jd janda ... lg nafsu mw kemana ? kalo jd duda lg nafsu mw kemana ? kalo cari pasangan yg yg morotin aja trus ud tua d buang kan susah tuh ,kalo ada anak jg ,anak kan jd senang org tua bersama lg ,kehidupan rmh tangga jalani yg aman aja sesuai kondisi ,agama sgb pondasi dan protektor,hukum karma... nantilah d urus d akherat ,suami istri yg bersatu lg adalah yg terbaik kalo emg suami istri itu msh ada jodoh . mksd sy kalo cr pasangan baru ,tp dptnya yg suka morotin trus ud tua malah d buang kan jd susah lg.
8. Intinya mrk hrs paham apa Ɣãƞƍ membuat mrk kembali rujuk. Kalo memang krn kasih dan pengertian kenapa hrs berfikir repot urus cerai lagi? Itu artinya mrk tdk bersungguh2 dan jelas karmanya mereka akan menderita dgn perasaan "kumpul kebo" nya.
9. Namo Buddhaya,Bhante.klo menurut sy gk jd masalah klo mereka rujuk lg tp tanpa bikin surat nikah lg,kªη sama2 masih ∫ę∏∂iя̲̅i Jªϑί gak Äϑα Чğ dirugikan.just do it..thx.
10. hukum karma tak ada hubungannya dengan hukum negara, hukum karma tak memerlukan surat menyurat karna itu hukum karma tak dapat diperjual belikan layaknya hukum negara.
hukum negara memang sering dipersulit dan berbelit2, jadi wajar bila mereka mengambil keputusan seperti itu karna mereka sudah mengalaminya sendiri betapa banyak tenaga, waktu dan biaya yg dihabiskan untuk mengurus surat menyurat tsb. sedangkan secara hukum karma, seperti yg di utarakan sdri Huang, hukum karma memang tak memerlukan surat menyurat, tak perlu legalitas duniawi, hukum karma lebih dipengaruhi oleh niat/kehendak, dan niat yg baik inilah yg merupakan komitmen dasar yg justru paling kuat membentengi kehidupan rumah tangga dibandingkan segala macam bentuk surat menyurat. Bila sudah yakin untuk melanjutkan rumah tangga yg dulu sempat tidak harmonis hingga bercerai, mengucapkan ikrar kembali didepan altar dengan keluarga dan para dewa sebagai saksinya adalah sudah lebih dari cukup. sedangkan masalah hukum negara, untung ruginya (materi dan non materi) silakan diperhitungkan masing2 pihak (suami dan istri). Namun menurut saya kalau mau menikah yg lebih dulu dipikirkan adalah untung rugi secara materi maka pernikahan tsb tak ada bedanya dengan kawin kontrak (yg justru syah dimata hukum).
11. Di cerita tdk tertulis mrk kawin agama tdk. Krn memang nikah negara tdk ada hub dgn karma. Jelas maksud sy adalah mereka tetap hrs menikah secara agama. Krn kt manusia tdk menggunakan hukum rimba. Kalo mrk tdk menikah secara agama sm halnya mrk tdk manusiawi. Dan Karma Ɣãƞƍ mrk terima tetap akan berbuah kesulitan.
12. kalau sudah pernah bercerai berarti dulunya pernah menikah secara resmi donk non vivi :), sedangkan secara buddhis, sang Buddha tak pernah membuat aturan khusus mengenai pernikahan, semuanya dikembalikan pada tradisi masing2 tempat. itu sebabnya pernikahan secara buddhis di indonesia lebih mengikuti tradisi masing2 aliran, dengan kata lain pernikahan umat secara theravada dan dengan cara mahayana dan dengan cara tridharma memiliki keunikan masing2 mengikuti tradisinya masing2.
13. Kalau sudah pernah bercerai dan pd akhirnya kalian bersatu kembali itu berarti kalian memang sedang membayar karma di kehidupan yg lampau.. Dan kalau sudah menyadari kesalahan atas perceraian yg lalu mengapa kalian tidak memperlajari bagaimana dan mengapa timbul perceraian ? Kalau sudah bertemu maka alangkah baiknya kalian kukuhkan kembali tali pernikahan kalian scr resmi krn hal ini hrs kalian jalani... dan jangan pernah berpikir untuk "bercerai lagi"... namanya main-main....!
14. Bagaimana mungkin Sang Budha membuat peraturan khusus ttg pernikahan ? Sang Budha sendiri justru meninggalkan pernikahan & keluarga untuk menyucikan diri mencapai penerangan sempurna... Masalah tradisi itu bukan peraturan ttg pernikahan... dan bagus kok kalo setiap umat Budha masing2 aliran mempunyai tradisi sendiri2.
15. maaf kalau tidak salah jawaban Banthe di forum google seperti ini yah?? tidak sengaja tadi saya search di google dan pertannyaan juga di ajukan pada Bhante Sudhammacaro, anumodana Bhante :) : KK menurut agama Buddha tidak melanggar, selama masing-masing dapat menjaga dan mengendalikan hubungan intim. Andaikata sampai terjadi hamil pun, tidak ada hukumnya. Namun, kembali kepada hukum karma yaitu tanggung jawab pihak yang melakukan KK, untuk merawat kehamilannya, maksudnya agar jangan sampai Aborsi. Sebab, kalau sudah sampai Aborsi berarti membunuh seorang bayi (manusia) yang tidak bersalah. Dan akibat menanggung karma buruknya sangat berat, bila seorang telah melakukan Aborsi. Kesimpulan:
Kalau pernikahan bahagia yang harapkan dan diimpikan oleh anda, jalan satu-satunya anda harsu menjaga diri dengan baik dan benar. Termasuk tidak melanggar sila ke 3 dalam Buddhis, sebab yang akan rugi tetap anda sebagai wanita. Kehati-hatian anda untuk menghindari hal yang tidak diharapkan terjadi, seperti bagaimana kalau calon suami/mantan suami anda melarikan diri, atau menolak untuk menikah dengan anda? menurut saya : sebaiknya menikah lagi (tidak perlu di ramaikan) yang penting resmi menurut hukum dan tidak ada kata2 KK lagi... dan selalu bepikir positif, semoga hubungan lancar tanpa ada gagal u/ke2 kalinya, dewasa sebagai orang tua dan menjadi panutan bagi anak2.
16. Kita hidup menurut adat ketimuran, jd sebaiknya setiap orang jangan sampai melakukan KK krn hal ini akan mempermalukan diri sendiri dan orang tua walaupun dlm ajaran agama Budha hal tsb tdk melanggar aturan.
17. Ɣää....•̃⌣•̃ betul. Tdk perlu bertanya karma apa Ɣãƞƍ di dpt. Tetapi yakinilah apa Ɣãƞƍ sdh menjadi keputusan bersama tentu akan berjalan baik dan karma pun akan baik. Jd resmikan lah baik secara negara dan agama. Karena kt hidup di tempat Ɣãƞƍ bertata krama. Jd ikutilah sesuai dgn aturannya.
18. hehehehhh... sore ibu nini, ibu vivi dan ibu feny. Ibu2 kalo sudah bahas masalah keluarga udah kayak lagi arisan, menganggap masalah pernikahan keluarga itu simple, memang idealnya sih begitu, teori is easy, tapi pada kenyataannya tidak sesederhana itu, silakan ibu2 yg menganggap kehidupan rumah tangga itu lurus2 aja untuk melihat tayangan reality show "masihkah kau mencintaiku" disana kalian akan melihat betapa rumit dan kompleksnya masasalah pernikahan itu sehingga peranan 2 orang konsultan, 1 orang pakar dan 2 orang guide sangat diperlukan, bahkan tidak jarang konsultanpun dibantah hanya demi idealisme semata.
19. komentar saya prihal kk dari sudut orang yg sudah bercrai lalu balik kembali adalah bukan kumpulkebo sebab pemberkatan pernikahannya didepan altar dihadapan rupang budha dan berjanji untuk saling setia dan mengasihi. sekali berjanji didepan altar budha ia adalah istriku sampai mati ia tetap istriku, ia adalah suamiku sampai matipun ia tetap suamiku. apabila sudah punya anak terjadi perceraian masa bapaknya dibilang itu bekas bapakmu atau ibunya itu bekas ibumu. dan hukum karmanya tidak ada melainkan kekuatan cinta yang mempersatukan anda kembali. dan jangan mendengarkan istilah kumpul kebo toh ia adalah tetap suamiku.
20. Namo Buddhaya Bhante, saya merasa sedih sekali dan juga turut bahagia melihat postingan Pasutri... knapa saya turut bahagia, karena mereka termasuk pasangan yang gagal tapi berusaha u/ memperbaikinya walaupun masih dalam tahap kumpul kebo mereka.
kenapa saya merasa sedih, karena sekarang ini saya sedang menghadapi prses perceraian dengan suami saya... perceraian dikarenakan kami tinggal serumah(dirumah mertua) dengan kakak ipar(kakak dari suami(belum menikah) dan juga orang tua lelaki suami)yang suka ikut campur.
sampai2 sebelum perceraian ini(agar keluarga kecil ini tidak berantakan) kami berkonsultasi(atas ajakan suami) kepada Bhante di Dhammacakka jaya dan gereja katholik(dijakarta). karena jawaban Bhante kami harus pisah rumah dari kakak ipar, dan sepertinya suami saya tidak setuju atas jawaban Bhante(kalau saya setuju sekali)... oleh sebab itu saya menyarankan juga konsul ke gereja dengan Pastor... tapi jawaban yang kami terima pun sama... tetap saja suami dan keluarga suami saya tidak terima kalo harus pisah rumah dgn kakaknya...(yang tinggal serumah). yang sampai akhir seperti ini rumah tangga saya... kalau saya masih di rumah mertua, saya stress(kakak ipar suka mengganggu saya), ga kuat Bhante sampai berat badan saya turun drastis... akhirnya saya bersama anak ninggalin suami dan keluarganya u/pulang kerumah mama saya (dengan maksud agar suami mau pindah dan tinggal bersama saya dan anak) tapi pada kenyatan malah berbalik, suami tetap pada pendiriannya (karena jika suami bersama saya, kakak perempuannya itu akan menarik saham di perusahaan keluarganya)... akhirnya kami berdua sepakat u/bercerai.. menurut pengacara suami saya : kakak ipar saya itu cemburu karena suami saya yang tadi nya selalu bersama dia sekarang sudah bersama saya. dan menurut pengacara suami hal itu adalah wajar. tapi menurut pengacara saya dan pandangan saya itu tidak wajar, karena suami saya sudah punya tanggung jawab terhadap saya dan anak. kami sempat mediasi melalui pengacara suami dan suami juga setuju u/ tinggal bersama saya, tapi setelah dibicarakan dengan keluarga suami, keingginan suami u/ rujuk dan tinggal bersama saya pun tidak ada lagi... knapa hal ini bisa terjadi Bhante...?, ya saya sadar.. ini karma buruk saya yang sedang berbuah... yahh... betapa buruknya.. pahit, malu, tapi saya harus tegar u/ saya dan anak saya... saya harus berjuang u/ hidup dan menghidupi anak saya... semoga dalam persidangan nanti suami saya mau bertanggung jawab atas pembiayaan terhadap anak kami....(jadi sedikit meringankan beban saya dalam mencari nafkah), semoga anak saya tumbuh sehat dan pintar, semoga karma baik berbuah pada kami(atas jasa dan kebajikan yang telah kami perbuat), semoga saya dan anak saya berbahagia, semoga orang tua dan keluarga saya berbahagia, semoga semua makhluk berbahagia Sadhu sadhu sadhu.maaf Bhante saya jadi curhat...oya Bhante jika dilihat dari cerita saya sebab karma buruk apa dan bagaimana akibatnya (walaupun tidak tau pasti akan terjadi seperti apa nantinya) dan kebajikan apa saja yang dapat mengikisnya Bhante.. anumodana Bhante..
21. Lebih baek begitu... Smoga bisa kembali rukun.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun. Ven. Sudhammacaro.
Diskusi Dharma; Tanya: Bhante, saya Pasutri sudah bercerai resmi, lalu bertemu lg d hidup bersama seperti layaknya suami istri, tanpa menikah KK (Kumpul Kebo), karena masing2 sudah merasakan repotnya mengurus perceraian melalui hukum, dan mereka tidak mau dicap oleh keluarga besar masing-masing jika suatu saat mereka gagal lagi. Apa Hukum Karmanya orang yang KK spt ini? Teman2 tlg ks koment yg benar dan berguna, sadhu.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna.
1. Malam Bhante, menurut jwban bodoh sy, jk pasangan itu berkumpul tdk resmi bhs kerennya kumpul kebo meski dahulu pernah resmi tp saat kembali menjd tdk resmi bknkah itu sm halnya selingkuh dan bila terlhrkembali bs menjadi banci (perempuan tdk dan lelakipun bkn). Demikian jwban bodoh dari sy dan jk salah mhn petunjuknya Bhante, terima kasih. ***Salam Metta***
2. Dasarnya sudah resmi jadi suami istri,lalu berpisah dan kembali lg jadi suami istri. Klu secara hukum negara merupakan pelangaran hukum.Tapi hukum karma menurutku tdk ada karma buruk.Biar bagai manapun lebih baik bersatu kembali daripada berpisah. Di dunia ini segala sesuatu tdk ada yg mengalami perubahan. Nomo buddhaya, salam bahagia.
3. mlm bhante. jika mereka sdh ada keturunan/anak.., sy rasa hampir tdk ada hukum karmanya..., skalipun ada sprtinya lbh ringan ketimbang mereka hrs berpisah..
Namo buddhaya bhante.saat sy mmbca REPOT MENGURUS PERCERAIAN dan JIKA GAGAL LAGI,mk sy branggapan mrk tdk pny niatan untk mnjadi keluarga yg lbh baik dr yg krmn krn kalw mrk mmg bnr2 ign mnjd lbh bk lg mrk tdk akn pny pkiran sprti.mnrt sy mrk hny nafsu sj bhante,maaf kalw ada yg slh bhante..sadhu 3 x.
4. Jaman dahulu 웃 berkomitmen Jύƍά Ğªќ pake surat2 Ɣğ penting mereka mempunyai niat baik bagi sy Ъќ masalah.
5. rumit sekali yaaa kalau sedikit2 hrs dikaitkan dgn hukum karma, kalau sudah timbul pengertian dan pandangan benar bukannya tindak tanduk kita tidak dihantui momok hukum karma lagi.
6. Bagaimanapun juga mereka ud bercerai kalo mau rujuk ya harus scr syah lg.kalo kk gt sama aja nantinya akan melanggar sila ke 3 pancasila buddhis.kalo ud bgt ya pasti bakalan ada karma buruk yg akan diterimanya.thx.
7. menurut pandangan sy ,sebaiknya nikah lg secara agama aja d wihara jd tdk ush repot2 nikah secara negara ,emg kalo nnt ga cocok lg malu dong sm kucing sebelah masa cerai 2x dng org yg sama ,ud ga getrend tuh.prinsipnya gini:kalo jd janda ... lg nafsu mw kemana ? kalo jd duda lg nafsu mw kemana ? kalo cari pasangan yg yg morotin aja trus ud tua d buang kan susah tuh ,kalo ada anak jg ,anak kan jd senang org tua bersama lg ,kehidupan rmh tangga jalani yg aman aja sesuai kondisi ,agama sgb pondasi dan protektor,hukum karma... nantilah d urus d akherat ,suami istri yg bersatu lg adalah yg terbaik kalo emg suami istri itu msh ada jodoh . mksd sy kalo cr pasangan baru ,tp dptnya yg suka morotin trus ud tua malah d buang kan jd susah lg.
8. Intinya mrk hrs paham apa Ɣãƞƍ membuat mrk kembali rujuk. Kalo memang krn kasih dan pengertian kenapa hrs berfikir repot urus cerai lagi? Itu artinya mrk tdk bersungguh2 dan jelas karmanya mereka akan menderita dgn perasaan "kumpul kebo" nya.
9. Namo Buddhaya,Bhante.klo menurut sy gk jd masalah klo mereka rujuk lg tp tanpa bikin surat nikah lg,kªη sama2 masih ∫ę∏∂iя̲̅i Jªϑί gak Äϑα Чğ dirugikan.just do it..thx.
10. hukum karma tak ada hubungannya dengan hukum negara, hukum karma tak memerlukan surat menyurat karna itu hukum karma tak dapat diperjual belikan layaknya hukum negara.
hukum negara memang sering dipersulit dan berbelit2, jadi wajar bila mereka mengambil keputusan seperti itu karna mereka sudah mengalaminya sendiri betapa banyak tenaga, waktu dan biaya yg dihabiskan untuk mengurus surat menyurat tsb. sedangkan secara hukum karma, seperti yg di utarakan sdri Huang, hukum karma memang tak memerlukan surat menyurat, tak perlu legalitas duniawi, hukum karma lebih dipengaruhi oleh niat/kehendak, dan niat yg baik inilah yg merupakan komitmen dasar yg justru paling kuat membentengi kehidupan rumah tangga dibandingkan segala macam bentuk surat menyurat. Bila sudah yakin untuk melanjutkan rumah tangga yg dulu sempat tidak harmonis hingga bercerai, mengucapkan ikrar kembali didepan altar dengan keluarga dan para dewa sebagai saksinya adalah sudah lebih dari cukup. sedangkan masalah hukum negara, untung ruginya (materi dan non materi) silakan diperhitungkan masing2 pihak (suami dan istri). Namun menurut saya kalau mau menikah yg lebih dulu dipikirkan adalah untung rugi secara materi maka pernikahan tsb tak ada bedanya dengan kawin kontrak (yg justru syah dimata hukum).
11. Di cerita tdk tertulis mrk kawin agama tdk. Krn memang nikah negara tdk ada hub dgn karma. Jelas maksud sy adalah mereka tetap hrs menikah secara agama. Krn kt manusia tdk menggunakan hukum rimba. Kalo mrk tdk menikah secara agama sm halnya mrk tdk manusiawi. Dan Karma Ɣãƞƍ mrk terima tetap akan berbuah kesulitan.
12. kalau sudah pernah bercerai berarti dulunya pernah menikah secara resmi donk non vivi :), sedangkan secara buddhis, sang Buddha tak pernah membuat aturan khusus mengenai pernikahan, semuanya dikembalikan pada tradisi masing2 tempat. itu sebabnya pernikahan secara buddhis di indonesia lebih mengikuti tradisi masing2 aliran, dengan kata lain pernikahan umat secara theravada dan dengan cara mahayana dan dengan cara tridharma memiliki keunikan masing2 mengikuti tradisinya masing2.
13. Kalau sudah pernah bercerai dan pd akhirnya kalian bersatu kembali itu berarti kalian memang sedang membayar karma di kehidupan yg lampau.. Dan kalau sudah menyadari kesalahan atas perceraian yg lalu mengapa kalian tidak memperlajari bagaimana dan mengapa timbul perceraian ? Kalau sudah bertemu maka alangkah baiknya kalian kukuhkan kembali tali pernikahan kalian scr resmi krn hal ini hrs kalian jalani... dan jangan pernah berpikir untuk "bercerai lagi"... namanya main-main....!
14. Bagaimana mungkin Sang Budha membuat peraturan khusus ttg pernikahan ? Sang Budha sendiri justru meninggalkan pernikahan & keluarga untuk menyucikan diri mencapai penerangan sempurna... Masalah tradisi itu bukan peraturan ttg pernikahan... dan bagus kok kalo setiap umat Budha masing2 aliran mempunyai tradisi sendiri2.
15. maaf kalau tidak salah jawaban Banthe di forum google seperti ini yah?? tidak sengaja tadi saya search di google dan pertannyaan juga di ajukan pada Bhante Sudhammacaro, anumodana Bhante :) : KK menurut agama Buddha tidak melanggar, selama masing-masing dapat menjaga dan mengendalikan hubungan intim. Andaikata sampai terjadi hamil pun, tidak ada hukumnya. Namun, kembali kepada hukum karma yaitu tanggung jawab pihak yang melakukan KK, untuk merawat kehamilannya, maksudnya agar jangan sampai Aborsi. Sebab, kalau sudah sampai Aborsi berarti membunuh seorang bayi (manusia) yang tidak bersalah. Dan akibat menanggung karma buruknya sangat berat, bila seorang telah melakukan Aborsi. Kesimpulan:
Kalau pernikahan bahagia yang harapkan dan diimpikan oleh anda, jalan satu-satunya anda harsu menjaga diri dengan baik dan benar. Termasuk tidak melanggar sila ke 3 dalam Buddhis, sebab yang akan rugi tetap anda sebagai wanita. Kehati-hatian anda untuk menghindari hal yang tidak diharapkan terjadi, seperti bagaimana kalau calon suami/mantan suami anda melarikan diri, atau menolak untuk menikah dengan anda? menurut saya : sebaiknya menikah lagi (tidak perlu di ramaikan) yang penting resmi menurut hukum dan tidak ada kata2 KK lagi... dan selalu bepikir positif, semoga hubungan lancar tanpa ada gagal u/ke2 kalinya, dewasa sebagai orang tua dan menjadi panutan bagi anak2.
16. Kita hidup menurut adat ketimuran, jd sebaiknya setiap orang jangan sampai melakukan KK krn hal ini akan mempermalukan diri sendiri dan orang tua walaupun dlm ajaran agama Budha hal tsb tdk melanggar aturan.
17. Ɣää....•̃⌣•̃ betul. Tdk perlu bertanya karma apa Ɣãƞƍ di dpt. Tetapi yakinilah apa Ɣãƞƍ sdh menjadi keputusan bersama tentu akan berjalan baik dan karma pun akan baik. Jd resmikan lah baik secara negara dan agama. Karena kt hidup di tempat Ɣãƞƍ bertata krama. Jd ikutilah sesuai dgn aturannya.
18. hehehehhh... sore ibu nini, ibu vivi dan ibu feny. Ibu2 kalo sudah bahas masalah keluarga udah kayak lagi arisan, menganggap masalah pernikahan keluarga itu simple, memang idealnya sih begitu, teori is easy, tapi pada kenyataannya tidak sesederhana itu, silakan ibu2 yg menganggap kehidupan rumah tangga itu lurus2 aja untuk melihat tayangan reality show "masihkah kau mencintaiku" disana kalian akan melihat betapa rumit dan kompleksnya masasalah pernikahan itu sehingga peranan 2 orang konsultan, 1 orang pakar dan 2 orang guide sangat diperlukan, bahkan tidak jarang konsultanpun dibantah hanya demi idealisme semata.
19. komentar saya prihal kk dari sudut orang yg sudah bercrai lalu balik kembali adalah bukan kumpulkebo sebab pemberkatan pernikahannya didepan altar dihadapan rupang budha dan berjanji untuk saling setia dan mengasihi. sekali berjanji didepan altar budha ia adalah istriku sampai mati ia tetap istriku, ia adalah suamiku sampai matipun ia tetap suamiku. apabila sudah punya anak terjadi perceraian masa bapaknya dibilang itu bekas bapakmu atau ibunya itu bekas ibumu. dan hukum karmanya tidak ada melainkan kekuatan cinta yang mempersatukan anda kembali. dan jangan mendengarkan istilah kumpul kebo toh ia adalah tetap suamiku.
20. Namo Buddhaya Bhante, saya merasa sedih sekali dan juga turut bahagia melihat postingan Pasutri... knapa saya turut bahagia, karena mereka termasuk pasangan yang gagal tapi berusaha u/ memperbaikinya walaupun masih dalam tahap kumpul kebo mereka.
kenapa saya merasa sedih, karena sekarang ini saya sedang menghadapi prses perceraian dengan suami saya... perceraian dikarenakan kami tinggal serumah(dirumah mertua) dengan kakak ipar(kakak dari suami(belum menikah) dan juga orang tua lelaki suami)yang suka ikut campur.
sampai2 sebelum perceraian ini(agar keluarga kecil ini tidak berantakan) kami berkonsultasi(atas ajakan suami) kepada Bhante di Dhammacakka jaya dan gereja katholik(dijakarta). karena jawaban Bhante kami harus pisah rumah dari kakak ipar, dan sepertinya suami saya tidak setuju atas jawaban Bhante(kalau saya setuju sekali)... oleh sebab itu saya menyarankan juga konsul ke gereja dengan Pastor... tapi jawaban yang kami terima pun sama... tetap saja suami dan keluarga suami saya tidak terima kalo harus pisah rumah dgn kakaknya...(yang tinggal serumah). yang sampai akhir seperti ini rumah tangga saya... kalau saya masih di rumah mertua, saya stress(kakak ipar suka mengganggu saya), ga kuat Bhante sampai berat badan saya turun drastis... akhirnya saya bersama anak ninggalin suami dan keluarganya u/pulang kerumah mama saya (dengan maksud agar suami mau pindah dan tinggal bersama saya dan anak) tapi pada kenyatan malah berbalik, suami tetap pada pendiriannya (karena jika suami bersama saya, kakak perempuannya itu akan menarik saham di perusahaan keluarganya)... akhirnya kami berdua sepakat u/bercerai.. menurut pengacara suami saya : kakak ipar saya itu cemburu karena suami saya yang tadi nya selalu bersama dia sekarang sudah bersama saya. dan menurut pengacara suami hal itu adalah wajar. tapi menurut pengacara saya dan pandangan saya itu tidak wajar, karena suami saya sudah punya tanggung jawab terhadap saya dan anak. kami sempat mediasi melalui pengacara suami dan suami juga setuju u/ tinggal bersama saya, tapi setelah dibicarakan dengan keluarga suami, keingginan suami u/ rujuk dan tinggal bersama saya pun tidak ada lagi... knapa hal ini bisa terjadi Bhante...?, ya saya sadar.. ini karma buruk saya yang sedang berbuah... yahh... betapa buruknya.. pahit, malu, tapi saya harus tegar u/ saya dan anak saya... saya harus berjuang u/ hidup dan menghidupi anak saya... semoga dalam persidangan nanti suami saya mau bertanggung jawab atas pembiayaan terhadap anak kami....(jadi sedikit meringankan beban saya dalam mencari nafkah), semoga anak saya tumbuh sehat dan pintar, semoga karma baik berbuah pada kami(atas jasa dan kebajikan yang telah kami perbuat), semoga saya dan anak saya berbahagia, semoga orang tua dan keluarga saya berbahagia, semoga semua makhluk berbahagia Sadhu sadhu sadhu.maaf Bhante saya jadi curhat...oya Bhante jika dilihat dari cerita saya sebab karma buruk apa dan bagaimana akibatnya (walaupun tidak tau pasti akan terjadi seperti apa nantinya) dan kebajikan apa saja yang dapat mengikisnya Bhante.. anumodana Bhante..
21. Lebih baek begitu... Smoga bisa kembali rukun.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun. Ven. Sudhammacaro.
Komentar