Klaim Myanmar dan Laos soal Upaya Bebas dari Virus Corona-CNN Indonesia | Senin, 23/03/2020 17:15 WIB
Kendati demikian, dilansir, Laos dan Myanmar memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan, terutama peralatan untuk pemeriksaan Covid-19. Kedua negara ini juga dilaporkan baru melakukan pemeriksaan virus corona terhadap 300 orang dari total populasi kedua negara sebanyak 60 juta.
Sementara itu, hingga hari ini kasus virus corona telah menginfeksi 337.553 orang di dunia dengan jumlah kematian 14.654. Sebanyak 98.884 pasien corona dari seluruh dunia juga telah dinyatakan sembuh.Berdasarkan data pemerintah Myanmar, total terdapat 176 pasien suspect corona terhitung sejak Januari hingga akhir pekan lalu.Dikutip, pemerintah Myanmar menyatakan seluruh suspect corona itu telah diperiksa dan semuanya dinyatakan negatif Covid-19. Sementara itu, per hari ini, Senin (23/3), Kementerian Kesehatan Myanmar mencatat 12 pasien suspect corona baru yang masih menunggu hasil pemeriksaan.
"Hingga kini, tidak ada orang di negara kami yang terinfeksi Covid-19," ucap pemimpin de facto Myanmar, Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, dalam pidatonya di televisi pada awal pekan lalu seperti dilansir dari.Seorang juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, menjelaskan bahwa tidak ada yang anomali jika negaranya memiliki nihil virus corona di negaranya. Ia mengklaim "gaya hidup dan pengaturan pola makan" adalah dua hal yang menjadikan warga Myanmar kebal virus corona.Htay juga menuturkan penggunaan uang tunai dari pada kartu kredit dalam setiap transaksi membantu mengurangi penyebaran penyakit.Pernyataan tanpa dasar itu memicu kekhawatiran dari sejumlah pihak seperti ahli medis hingga aktivis kemanusiaan.
Pasalnya, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pola makan dan penggunaan uang kertas dapat menghentikan virus Covid-19 yang telah menyebar ke 192 negara dan wilayah di dunia ini."Pernyataan tidak bertanggung jawab seperti itu berbenturan dengan semua fakta yang telah diketahui soal pandemi ini, juga menentang kenyataan, dan hanya memberikan rasa aman palsu kepada rakyat negara tersebut tentang penyakit dan risiko mereka terhadap penularan," kata Wakil Direktur Human Rights Watch Kawasan Asia, Phil Robertson.Kepada, salah satu dokter bedah di RSU Mandalay Myanmar, Aung Aung, bahkan merasa ragu bahwa negaranya telah memiliki teknik modern untuk melacak virus corona. Lanjut ke halaman berikutnya: Karantina dan Pembatasan Perjalanan
Komentar
dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q