IHWAL SANGGHA yg BENAR me-NURUT ajaran BUDDHA GOTAMA…
[Dampak-Akibat dari para biku Indon mem-Bentuk Sanggha baru
STI-Sanggha Theravada Indonesia dengan nama bebasnya sendiri di Indon itulah
yang boleh di istilah katanya “me-Memecah-Belah Sanggha” dengan cara Tindakan
mem-Beda2kan kepada para biku yang tidak mau masuk Anggota Sangghanya di Indon
yang malah menyebut biku palsu, biku Gadungan dsb…Hal ini Mirip dengan Tindakan
Dewadatta di zaman Buddha Gotama msh hidup dulu]
Sssttt.. Silah Simak dulu-Kaji-Pahami dg Suasana Hati-Pikiran yg
Positif-Tenang-Bahagia, Silah Analisis-Selidiki dulu dg Benar sesuai
Buddha-Dharma Gunakan Akal Sehat-mu dg Kelapa Dingin... Serie-ke-1…
SANGGHA Tidak Sama dg
ORGANISASI Biku di Indon…Seri eke-1…
Pengertian SANGGHA dan Sejarah Awal Mula-nya me-Nurut Ajaran Buddha
Gotama…
Sanggha itu artinya Komunitas [kumpulan] para bhikkhu yang mulai dari
jumlah 4-5 para bhikkhu, dst...
Sejarah Awal Sanggha terbentuk dan di-Nyatakan atau di-Sebut Sanggha
oleh Buddha Gotama sendiri di Taman Rusa Isipatana, setelah ada 5 Murid2-nya
di-Tahbiskan [Upasampada] jadi bhikkhu menurut Tradisi Ajaran Buddha Gotama, di
Taman Rusa Isipatana oleh Buddha Gotama langsung yang disebut ‘EHI’ bhikkhu
Upasampada.
Penahbisan bhikkhu ini dilakukan se-Usai Buddha Gotama Khotbah Dhamma-Cakkapathana-Sutta
yang berisi 4 Kesunyataan Mulia. Yakni: 1. Adanya Derita Lahir-Batin, 2.
Akar-Sumber Derita Lahir dan Batin, 3. Musnahnya atau Lenyapnya Derita Lahir-Batin,
dan 4. Jalan Mulia beruas Delapan untuk me-Lenyapkan Derita Lahir dan Batin.
5 Murid2-nya bernama: Mahanama, Asajji, Kondanya, Badhiya, Wappa.
Dalam Dhamma Cakkapawathana-Sutta: men-Jelang Murid2-nya berpisah Buddha
Gotama berpesan; “Murid2-ku, silahkan kalian pergi sendiri2 ke-Jalur masing2
sebarkan Dharma demi Kasih-sayang dan Kesejahteraan serta Kebahagiaan manusia
dan para Dewa… Jangan pergi ber-Dua dalam satu Jalur Jalan…
Jangan pergi ber-dua2 dengan Jalur yang sama”.
Komentar: Mengingat waktu itu para bhikkhu masih sedikit 5 bhikkhu.
Selanjutnya Buddha Gotama: “Andaikata ada Umat yang mau di-Tahbiskan
[Upasampada] bhikkhu, masing2 bhikkhu boleh me-Nahbiskan [Upasampada] bhikkhu
di-tempat itu langsung”.
Komentar; Hal ini demi me-Ringkas Pekerjaan para bhikkhu yang masih
sedikit, dengan tujuan Mulia Buddha Gotama yang penting Dharma bisa me-Nyebar
ke seluruh Pelosok Negeri India masa itu.
Perkembangan Murid2-nya Buddha Gotama terus bertambah, akhirnya
disimpulkan bahwa Penahbisan bhikkhu sebaiknya oleh 5 bhikkhu Senior sebagai
Saksi-nya, dan terus di-perbaiki cara Penahbisan bhikkhu sampai saat ini cara
Penahbisan [Upasampada] bhikkhu wajib di hadiri Saksi Minimal 10 bhikkhu Senior
dengan satu Upajjaya sebagai Gurunya.
Kalau kita mau ikuti Jejak Ajaran Buddha Gotama, sebenarnya ‘Sanggha’
ini sudah terbentuk langsung oleh Buddha Gotama seperti ditulis kisah
singkatnya diatas.
Artinya, bila ada 4-5 bhikkhu sudah di sebut ‘Sanggha’ cara ini
di-Akui di-Negara2 Buddhis dan di Indon, tidak Peduli para bhikkhu itu berasal
dari Gurunya siapa, Sektenya apa, Alirannya apa , yang penting ada surat2nya
lengkap dan jelas. Hal ini di-Lestarikan di-Negara Buddhis seperti Thailand,
Mynamar, Srilanka, bahkan di Australia Ajarn Bramhawangsa dkk. Intinya diakui
di Dunia Buddhis.
Yang jadi Masalah Krusial ialah Cuma di Indon ini Kenapa sampai ada
nama2 Sanggha yang ber-Beda2 ciri dan cara ber-tindaknya. Faktanya: 1. Sagin
[Sanggha Agung Indonesia], 2. STI [Sanggha Theravada Indonesia], 3. STT
[Sanggha Theravada Thailand], 4. Sanggha Mahayana Indonesia. Masa Depan Siapa Tahu
akan Muncul lagi Sanggha2 Nama Baru…
Akibatnya, timbulah per-Pecahan antar bhikkhu dan Umat yang di-Motori
oleh para biku2 yang ber-Naung masuk Anggotanya STI [Sanggha Theravada
Indonesia] dan dalam nama Sanggha2 Indonesia, hingga Umatnya ikut2an menuding,
menghujat bahwa biku yang tidak masuk Anggota Sanggha disebut biku Liar, biku palsu, biku Gadungan dsb.
Faktanya, bhikkhu Piyasilo dari Tangerang selama kira2 5 tahun lebih
sepulang dari Thailand Upasampada Tahbis bhikkhu datang ke Tangerang tidak mau
masuk Anggota STI [Sanggha Theravada Indonseia] langsung di-Serang oleh biku
Cittanando dkk bersama Umat STI disebut: biku Liar lah, biku Palsu lah, biku
Gadungan lah, dsb, termasuk bhikkhu Sudhammacaro … Kalau tdk percaya silahkan
Tanya langsung kpd biku Piyasilo di Tangerang…
Kalian pasti bisa ber-Pikir Jernih, kalau biku dan Umatnya sudah Berani
dan Sadistis me-Nyebut2 biku palsu, biku gadungan dsb terhadap biku yang tidak
bernaung masuk Anggotanya dalam Sanggha Indon… itu berarti biku STI dan
Umat2nya me-Nyebut para biku semua dalam kalangan Buddha Sasana Ajaran Budda
Gotama baik di Indon maupun di Negara Buddhis tsb, maupun di Amerika, Australia
dsb...
Hal ini tentunya sangat berbahaya kalau diukur secara Hukum Karma
Berat Sekali.
Sementara biku Indon yang sudah di-Tabiskan [Upasampada] biku di Thai
itu banyak juga yang tidak mau masuk Anggota Sanggha di Indon, dengan Dalil:
biku [saya] kan di Tahbiskan [Upasampada] di Thai/Myanmar/Srilanka itu oleh
Sanggha disana sudah lebih dari cukup Saksinya, malah di Thai Upajjayanya [Guru
Penahbis] ada yang Sanggharaja dan para bhikkhu saksinya dengan 40-60 Wassa
jadi sangat senior sekali, begitu pula di Myanmar dan Srilanka.
Lalu para biku yang tidak mau masuk Anggota Sanggha Indon apa yang
‘SALAH’? Cuma karena tidak mau masuk Anggota Sanggha Indon… di Indon yang
dibentuk secara Aklamasi oleh sendiri para biku Indon...
[Dampak-Akibat dari para biku Indon mem-Bentuk Sanggha baru
STI-Sanggha Theravada Indonesia dengan nama bebasnya sendiri di Indon itulah
yang boleh di istilah katanya “me-Memecah-Belah Sanggha” dengan cara Tindakan
mem-Beda2kan kepada para biku yang tidak mau masuk Anggota Sangghanya di Indon
yang malah menyebut biku palsu, biku Gadungan dsb…Hal ini Mirip dengan Tindakan
Dewadatta di zaman Buddha Gotama msh hidup dulu]
Karma Buruk [Perbuatan Buruk] dan Karma Baik Pasti ber-Buah entah
Kapan, Umat Buddha pasti me-Ngerti hal ini dari Ajaran Buddha Gotama tentang
Hukum Karma [Hukum Perbuatan]. Sebab itu, Jangan Sembarang Bicara dan
ber-Tindak Jahat, karena Akibatnya sangat ber-Bahaya bagi diri sendiri maupun ber-Pengaruh
bagi banyak Orang…
Semoga berguna dan
mohon maaf bila tidak berkenan di hati anda sadhu.
Next On…Serie ke-2…
Sumber: Buku2 Dharma Universal…
Penyelaras: Orang Jadul Peneliti Dharma Universal-Yakin Hukum
Karma-Hukum Alam…
Komentar:
Sis.Mudita Dewi tlg
Umat2 di Tuntun ke Jalan yg Benar sesuai Dharma, dan jng Takut, krn ini adalah
Tugas anda saat ini Moment yg Tepat sdh di-Angkat sebagai Staf Ahli Dharma di
Depag sy Ucapkan Selamat men-Jalankan Tugas Mulia sm dg para bhikkhu cuma
bedanya pake Jubah dan pakean biasa sj, tp Beban dan Tugasnya sama sj...kasian
Umat ini sdh di-Kelabui selama Buddha sasana di Indon berkembang...tp akhirnya
Melenceng dari Rel-nya hingga Umat Bingung Utamanya Umat tdk men-dapatkan
Berkah yg Benar sesuai Dharma ajaran Buddha Gotama, sadhu.
Somdet Sanggha Raja Thailand saat Upasampada
di Wihara/Wat Nyanasangwararam Chonburi Thai, yg membelakangi adalah bhante Win
Wijjano semua sdh Wafat/Alm. sy Ucapakan Terimakasih kpd Upajjaya Somdet
Sanggha Raja Thailan dan Guru Pembimbing bhante Win Wijjano semoag Beliau2
terlahir di-alam Bahagia ter-Tinggi hingga akhirnya mencapai Pembebasan Abadi
Nibbana sadhu.
Inilah Moment yg amat ber-Harga selama Hidup
sy saat ini, semoga kelak lahir di Alam Manusia sy mampu meneruskan Perjalanan
Dharma dlm Hidup-ku hingga akhirnya meraih Pembebasan Abadi Nibbana, demi
Kebahagiaan dan Kesejahteraan manusia dan para Dewa, sadhu.
Namo Buddhaya .Kebhikkuan seseorang bukan
dinilai dari organisasi yang dimasukinya. Bhikku itu bukanlah gelar.Sesuatu
yang tidak memerlukan pengakuan secara organisatoris. Bhikku adalah sebuah
pencapaian, pemahaman akan Dhamma yang baik, sanggup menjalani Pancasila dan
sila-sila lain dalam agama Buddha yang dapat memperbaiki sifat, sikap ke arah
yang lebih baik,baik dan baik. Bhikku adalah seseorang yang telah mencapai hal
itu,seseorang yang tidak mementingkan diri sendiri tetapi berbuat kebaikan
untuk kebahagiaan semua makhluk. Sebagai perumpamaan, seorang anak dinyatakan
naik kelas atau tidak ditentukan oleh pihak sekolah ( secara organisatoris),
tetapi saat seorang anak rajin, patuh , sopan, cerdas - sehingga orang-orang
menyebutnya anak baik, predikat anak baik ini tentunya tidak memerlukan
pengakuan secara organisatoris karena ini adalah sebuah pencapaian.
Dana Kathina cukup hanya
beberapa orang mewakili berdana jubah, selebihnya danakanlah barang2 lain yg
lebih tepat guna dan tepat sasaran,karena ini seperti lingkaran setan, kalau
setiap tahun ribuan umat dana jubah, sedangkan kebutuhan Sangha hanya sedikit, ini
menjadi buah Simalakama, dijual salah, ngak dijual mubazir, he he he, perlu
ahli pikir untuk memikirkan jalan terbaiknya,iya toh?
Komentar