KISAH WANG CHONG
“Pola pikir & kearifan seseorang bukanlah
pembawaan dari lahir, akan tetapi merupakan hasil dari ketekunan kita belajar
& praktek dalam kehidupan nyata sehari-hari. Seiring dengan berjalannya
waktu, ilmu pengetahuan yang kita pelajari kian banyak, makin banyak kesempatan
untuk mempraktekkan hasil belajar. Setiap fase dalam kehidupan ini harus gigih
berjuang untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan kegigihan niscaya akan dapat
meraih apa yang dicita-citakan. Untuk mencapai taraf penguasaan ilmu
pengetahuan & pembinaan diri yang tinggi juga diperlukan kegigihan”
Wang
Chong adalah seorang ahli pikir yang hidup pada jaman dinasti Han Timur. Saat
masih kecil, Wang Chong tekun belajar, berpengetahuan luas, keteladanannya
patut kita tiru.
Saat
Wang Chong berusia 15 tahun, ia dikirim oleh kedua orang tuanya ke kota Luo
Yang untuk belajar di sebuah perguruan tinggi. Di sekolah tersebut, Wang Chong
berhasil menjadi seorang sarjana muda.
Pada
saat menimba ilmu di perguruan tinggi, Wang Chong mendirikan sebuah tujuan baru
yang hendak dicapai, memiliki semangat yang tinggi untuk mempelajari ilmu
pengetahuan. Guru Wang Chong adalah seorang pelajar terkenal yang bernama: Ban
Biao(ayah dari Ban Gu & Ban Chao). Di bawah bimbingan Ban Biao, Wang Chong
mempelajari banyak sekali literatur-literatur kuno yang penuh dengan
nilai-nilai pendidikan moral. Dalam waktu singkat, Wang Chong bisa menjadi
pelajar teladan. Sang guru Ban Biao sangat menyukai siswa berbakat seperti Wang
Chong.
Seiring
dengan berjalannya waktu, Ban Biao mendapati cara belajar Wang Chong dengan
pelajar yang lain berbeda. Pelajar-pelajar lain setelah usai pelajaran di
sekolah, segera pulang & menghafal materi yang baru di dapat. Walaupun
mereka telah menghafal materi, akan tetapi ketika diajak berdiskusi tidak dapat
diajak bertukar pendapat. Saat masih kecil Wang Chong telah banyak membaca
buku, sekarang ia tidak perlu bersusah payah untuk menghafalnya sudah dapat
menguasai materi dengan baik. Kini Wang Chong mengajak buku berdiskusi, ia
serta merta sependapat dengan apa yang tertulis dalam buku. Selain itu, buku
yang dipelajari oleh Wang Chong tidak terbatas pada buku-buku kuno, buku-buku
pengetahuan yang lain juga ia pelajari. Sambil membaca sebuah buku, Wang Chong
membuat catatan. Lambat laun seluruh isi buku yang terdapat dalam perpustakaan
sekolah telah ia baca semua.
Suatu
hari, sang guru bersama beberapa pelajar membicarakan Wang Chong. Ban Biao
memuji Wang Chong sebagai seorang yang berpengetahuan luas & memiliki daya
ingat yang baik. Sang guru, Ban Biao berkata:”Siapa diantara kalian yang dapat
dibandingkan dengan Wang Chong?” salah seorang pelajar berkata:”Siapa yang mengatakan
tidak ada yang bisa menandingi Wang Chong? Beberapa hari yang lalu, saat saya
hendak membeli sesuatu, di tengah jalan bertemu dengan Wang Chong. Ia sedang
berada di sebuah kios buku memmbaca-baca buku.” Pelajar yang lain berkomentar: ”Untuk apa membaca buku di
kios buku? Bukankah lebih baik kita membeli & mempelajarinya di rumah?”
Pelajar ketiga menimpali: ”Kalian
rupanya belum tahu jika Wang Chong berasal dari keluarga kurang mampu. Tidak
bisa membeli sebuah buku. Dia sering sekali ke kios buku untuk membaca-baca
buku. Buku yang terdapat di kios buku sangat beraneka macam, banyak sekali
terdapat buku yang tidak ada di perpustakaan sekolah kita.” Siswa terakhir
berkata: ”Tidak
heran jika pengetahuan Wang Chong sangat luas. Ia tidak saja menguasai kitab-kitab
klasik, akan tetapi juga pandai di bidang ilmu perbintangan & kedokteran.”
Sang guru, Ban Biao yang sejak dari awal menyimak perbincangan para pelajar
hanya tersenyum. Sang guru berkata kepada para pelajar:”Sudah seharusnya kalian
maneladani Wang Chong.”
Semoga berguna utk menambah
Pengetahuan Dharma dan buka Wawasan, mohon maaf kalau tdk berkenan dihati anda.
Penulis: Xie
Zheng Ming.
Ahli Sejarah
Kuno Conficius dan bahasa Mandarin.
Komentar