Kisah Sayap sang Malaikat Kecil.
“Sebagai seorang guru, kita wajib menghayati
bagaimana perasaan anak didik yang sedang tumbuh & berkembang. Hanya dengan
senantiasa mempelajari isi hati para anak didik ditambah ilmu pengetahuan yang
kita miliki, barulah bisa berhasil mendidik mereka”
Alkisah,
terdapat seorang anak didik laki-laki yang merasa minder. Anak didik ini merasa
minder karena di punggungnya terdapat 2 goresan bekas luka yang terlihat sangat
jelas. Dua goresan luka itu membentang dari leher sampai ke pinggang. Karena
bekas luka inilah, si anak didik kurang menyukai dirinya sendiri. Ia ,merasa
sangat takut untuk berganti pakaian, apalagi saat pelajaran olahraga. Saat anak
didik yang lain dengan riang gembira mengganti seragam sekolah yang lengket
& tidak nyaman dikenakan dengan pakaian olahraga, si anak didik seorang
diri berada di sudut ruangan. Ia menempelakan punggungnya di tembok, dengan
secepat kilat mengganti pakaiannya. Si anak didik merasa kuatir & was-was,
jangan sampai ada teman-temannya yang mengetahui jika ia memiliki bekas luka
yang menakutkan.
Seiring
dengan berjalannya waktu, sepandai-pandainya menjaga rahasia, apa yang
disembunyikan oleh si anak didik terbongkar. Semua anak didik yang lain telah
mengetahui jika ia memiliki bekas luka yang menakutkan. Mereka dengan polos
berkomentar: ”Hiii...Menakutkan
sekali. Mengapa di punggung mu bisa terdapat bekas goresan luka yang begitu
panjang?” Mendapat perkataan demikian, si anak didik dengan menagis lari
meninggalkan kelas. Semenjak saat itu, ia tidak pernah lagi berganti pakaian di
dalam kelas, apalagi mengikuti pelajaran olahraga.
Sejak
kejadian itu, ibu dari si anak didik secara khusus mengajak putranya menemui
guru wali kelas. Sang guru wali kelas adalah seorang yang telaten & sabar,
beliau menyimak dengan seksama cerita dari orang tua murid si anak didik
tentang sejarah putranya.
“Putra
saya begitu dilahirkan mendapat sebuah penyakit serius. Saat itu, sebenarnya
kami hendak pasrah akan tetapi tidak sampai hati. Bagaimana bisa kami dengan
begitu mudah menghilangkan nyawa seorang bayi yang begitu lucu?” Tak terasa
mata sang orang tua murid menjadi merah & sembab, menitikkan air mata. Sang
orang tua murid melanjutkan perkataannya: ”Karena itulah, kami bertekat berusaha sekuat
tenaga untuk menolong nyawanya. Sangat beruntung, ada seorang dokter yang
berkenan melakukan operasi untuk menolong putra saya. Setelah menjalani operasi
beberapa kali barulah penyakit putra kami dapat disembuhkan. Dua goresan bekas
luka ini adalah bukti nyata perjuangan anak kami untuk bertahan hidup.”
Pada
saat pelajaran olahraga selanjutnya, si anak didik secara sembunyi-sembunyi
berganti pakaian. Kali ini dengan ekspresi wajah yang terkejut & perkataan
yang menjengkelkan teman-teman si anak didik berkata: ”Hiii...Mengerikan sekali.
Di punggungnya ada 2 ekor ulat yang sangat besar. ”Mendapat perlakuan
demikian, si anak didik tak kuasa menahan tangis.
Pada
saat si anak didik mulai menangis, sang guru wali kelas tampak sengaja datang. Beberapa
anak didik mendekati sang ibu guru sambil menunjuk ke arah punggung si anak
didik. Sang ibu guru berjalan dengan tenang mendekati si anak didik, setelah
mengamati bekas luka yang dimaksud oleh teman-temannya sang guru menunjukkan ekspresi
yang terkejut. Beliau berkata kepada semua anak didik: ”Dulu ibu guru pernah
mendengar sebuah kisah. Kalian dengarlah baik-baik”. Para anak didik gemar
sekali mendengarkan cerita, mereka segera membentuk sebuah lingkaran untuk
menyimak cerita dari ibu guru.
Sambil
menunjuk bekas luka si anak didik, sang guru berkata: ”Setiap anak-anak kecil
seperti kalian, dulunya adalah seorang malaikat. Saat hendak turun ke dunia
untuk menjadi anak-anak, sayapnya harus ditanggalkan. Sayang diantara para
malaikat juga ada yang bandel, belum sempat melepas sayapnya sudah turun ke
dunia. Akibatnya saat menjadi anak-anak terdapat 2 goresan bekas luka. Ada
salah seorang dari anak didik yang menyahut: ”Kalau begitu, goresan bekas
luka teman kami adalah sayap malaikat.” Dengan tersenyum, sang ibu guru
berkata: ”Betul
sekali, kau memang murid yang cerdas.” Seketika itu tangis si anak didik
berhenti. Tiba-tiba ada seorang anak didik perempuan yang berkata: ”Bu guru, boleh tidak saya
meraba sejenak sayap malaikat?”
Sang guru dengan tersenyum
mengedipkan mata berkata: ”Masalah
ini sebaiknya kita tanyakan langsung kepada sang pemilik.” Dengan memberanikan
diri si anak didik berkata: ”Baiklah. Silahkan meraba sejenak.” Si
anak didik perempuan dengan lembut meraba 2 goresan bekas luka tersebut, ia
dengan bangga berkata: ”Hebat,
saya bisa meraba sayap malaikat. ”
Mendengar perkataan tersebut, para anak didik yang lain saling berteriak juga
ingin meraba sayap malaikat.
Belakangan,
si anak didik tumbuh dewasa. Ia sangat berterimakasih kepada sang guru ibu guru
tk yang telah membangkitkan kembali rasa percaya dirinya. Saat ia SMA, berhasil
menjuarai lomba renang. Si anak didik memilih olahraga renang karena ia yakin 2
bekas goresan lukanya dengan kasih dari sang ibu guru tk telah berubah menjadi
sepasang sayap malaikat.
“Anak-anak begitu lugu & polos. Mereka
hanya mengungkapkan apa yang hendak mereka katakan, sama sekali tidak ada
maksud untuk mencelakai orang. Dari kasus di atas kita sebagai guru harus
menggunakan kearifan untuk menyelesaikan masalah. Sebagai guru di satu sisi
kita harus menghapus rasa sedih & kecewa yang ada dalam hati si anak didik
yang menjadi bahan perbincangan teman-temanya, di sisi lain kita juga harus
dapat menumbuhkan perasaan kasih dari anak-anak didik yang lain”
Demikianlah kisah sederhana ini semoga berguna untuk
menambah pengetahuan dan wawasan, terimakasih atas perhatiannya, mohon maaf
bila ada yang tidak berkenan dihati anda.
Semoga berguna utk menambah
Pengetahuan Dharma dan buka Wawasan, mohon maaf kalau tdk berkenan dihati anda.
Penulis: Xie
Zheng Ming.
Ahli Sejarah
Kuno Conficius dan bahasa Mandarin.
Komentar