Jadi ISTILAH 1. A.K. adalah sepanjang 10 pangkat 14 tahun, jauh diatas hitungan “jutaan-trilyun” tahun.
Kemudian, seperti apakah Brahma ini ? Brahma memiliki tubuh
yang sangat halus, tidak semua orang bisa bertemu Brahma, bisa meninjau alam
Brahma. Bila dilihat dengan mata batin / mata daging seseorang yang sudah
melatih Sila, Samadhi, Panna dan telah mencapai tataran Jhana-Jhana dalam
Samadhi,maka Brahma ini bertubuh transparan, sangat transparan, diliputi cahaya
putih, terang, gemerlapan dan sinarnya mampu menerangi bahkan satu desa, satu
kota, sangat terang dan menyilaukan ! .
Itulah makanya tidak semua orang, tidak semua spiritualis
bisa bertemu yang dikenal dengan “Bapa-Di-Sorga” ini. Jika anda ingin mencapai
alam Brahma, dan melihat para Brahma, maka anda harus mensucikan diri,
melepaskan nafsu keduniawian, dan senantiasa bersamadhi hingga berhasil
mencapai Jhana, jika tidak, maka adalah dusta jika seseorang menyatakan mampu
melihat Brahma.
Brahma ini berbeda dengan para Dewa dari Kamadhatu, berbeda
dengan Kanjeng Ratu Kidul, berbeda dengan Kwan-Kong, dan lain-lain Dewa
Kamadhatu.
Alam Rupaloka / Rupadhatu / Rupabhumi ini terdiri dari enam
belas ( 16 ) alam menurut Jhana atau Kegembiraan Luar Biasa yang terlatih.
Mereka adalah :
1. Tiga alam bagi peraih Jhâna pertama (pathama jhana
bhumi),
2. Tiga alam bagi peraih Jhâna kedua (dutiya jhana bhumi),
3. Tiga alam bagi peraih Jhâna ketiga (tatiya jhana bhumi),
4. Dua alam bagi peraih Jhâna keempat (catuttha jhana
bhumi),
5. Dan lima alam Suddhâvâsa.
a). Alam Jhana Pertama ( Pathama Jhana Bhumi );
1. Pârisajjâ: alam kehidupan bagi Brahma pengikut (
dewan-dewan Brahma ) , yang tidak memiliki kekuasaan khusus, usia mereka sepanjang 1/3 Asankkheyya Kappa.
2. Purohitâ: alam kehidupan bagi brahma penasihat ( para
menteri Brahma ), yang berkedudukan tinggi sebagai pemimpin dalam
kegiatan-kegiatan, usia mereka mencapai ½ Asankkheyya Kappa.
3. Mahâbrahmâ: alam kehidupan bagi Brahma yang memiliki
kebajikan khusus yang besar. Usia mereka mencapai 1 Asankkheyya Kappa.
Yang tertinggi dari tiga pertama ini adalah : Maha Brahma.
Maha Brahma ini memiliki muka empat, oleh karenannya masyarakat Tionghoa
menyebutnya “Se Mien Fuo”, atau Buddha berwajah Empat, meskipun sesungguhnya
Maha Brahma bukanlah seorang Buddha.
Disebut “Maha-Brahma: karena penghuni Alam Maha-Brahma ini
melebihi yang lain dalam kebahagiaan, keindahan, dan batas usia karena kebaikan
hakiki dari perkembangan batin mereka.
b).Alam Jhana Kedua ( Dutiya Jhana Bhumi );
4. Parittâbhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya
lebih sedikit / kurang bercahaya daripada brahma yang berada di atasnya. Usia
mereka mencapai 2 A.K.
5. Appamânabhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya
cemerlang nirbatas ( tanpa batas ). Usia mereka mencapai 4 A.K.
6. Âbhassarâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bersinar
/ bercahaya menyebar luas dari tubuhnya.
Usia mereka mencapai 8 Maha Kappa.
c).Alam Jhana Ketiga ( Tatiya Jhana Bhumi ) ;
7. Parittasubhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya
indah tapi lebih sedikit daripada brahma yang berada di atasnya. Usia mereka
mencapai 16 Maha Kappa.
8. Appamânasubhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya
indah nirbatas ( tanpa batas ). Usia mereka mencapai 32 Maha Kappa.
9. Subhakinhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya
indah di sekujur tubuhnya, dengan cahaya yang tetap cemerlang tanpa sedetikpun
surut. Usia mereka mencapai 64 Maha Kappa.
d).Alam Jhana keempat ( Catuttha Jhana Bhumi ) ;
10).Vehapphala – Alam para Brahma dengan pahala yang besar
/ sempurna, terbebas dari segala bahaya. Usia makhluk di alam ini mencapai 500
Maha Kappa.
11).Asannasatta – Alam para makhluk tanpa pikiran. Dalam
alam ini sama sekali tidak ada unsur batiniah. Kelahiran di alam ini terjadi
karena pengembangan perenungan yang memuncak terhadap unsur batiniah yang
menjijikkan sehingga makhluk ini tak menginginkannya lagi (saññâvirâgabhâvanâ).
Usia makhluk di alam sama dengan alam Vehapphala, yakni mencapai 500 Maha Kappa.
Dialam Asannasatta ini makhluk-makhluk dilahirkan tanpa suatu kesadaran.Disini
hanya terjadi perubahan jasmaniah secara terus menerus. Pikiran untuk sementara
dihentikan ketika kekuatan Jhana berlangsung. Dengan kekuatan meditasi sangat
mungkin untuk memisahkan jasmani dan pikiran seperti dalam alam ini. Karena
tidak dilengkapi dengan unsur-unsur batiniah, di alam ini sama sekali tidak ada
kesempatan untuk mengembangkan kebajikan. Makhluk-makhluk yang terlahirkan
secara jasmaniah hanya sekadar menghabiskan akibat perbuatan lampaunya.
12).Suddhavasa – secara harafiah artinya, Tempat Kediaman
Sejati. Suddhâvâsabhûmi adalah suatu alam kehidupan bagi mereka yang telah
terbebas dari nafsu birahi (kâmarâga), keserakahan, kebencian, ikatan terhadap
upacara-upacara keagamaan, dan lain sebagainya, yaitu para Anâgâmî ( Yang Tak
Pernah Kembali ) yang berhasil meraih pencerapan Jhâna kelima. Makhluk-makhluk
lain yang belum mencapai kesucian tingkat Anâgâmî, meskipun berhasil meraih
pencerapan Jhâna kelima, tidak akan terlahirkan di alam ini. Di sinilah para
Anâgâmî akan meraih kesucian tingkat Arahatta.
Para Bodhisatta tidaklah pernah terlahirkan di alam ini
sebab makhluk-makhluk yang terlahirkan di alam ini tidak akan terlahirkan
kembali di alam-alam lain yang lebih rendah dari ala mini ( alam Jhana V
sub-bagian dari alam Rupaloka ) . Kadangkala, ketika tidak ada Buddha yang
muncul dalam kurun waktu yang lama, alam ini kosong melompong tanpa penghuni.
Alam ini lebih lanjut dibagi menjadi lima, yaitu :
i.Aviha – Alam yang dapat bertahan lama.
Para Brahma di alam ini tidak meninggalkan tempat
tinggalnya hingga usia hidupnya habis. Para Anagami yang berkemampuan menonjol
dalam bidang keyakinan ( saddhindriya ) akan terlahir disini. Usia para Brahma
di alam ini mencapai 1.000 Maha Kappa.
ii.Atappa – Alam yang tenteram
Para Brahma di alam ini senantiasa hidup dalam ketentraman
/ ketenangan yang menyejukkan. Para Anagami yang berkemampuan menonjol dalam
bidang semangat ( viriyindriya ) akan terlahir di alam ini. Usia para Brahma di
alam ini mencapai 2.000 Maha Kappa.
iii.Sudassa – Alam yang indah
Para Brahma di alam ini memiliki tubuh indah yang sangat
menawan hati. Para Anagami yang memiliki “Perhatian Penuh” / “Penyadaran Jeli”
( Satindriya ) akan terlahir di alam ini. Usia para Brahma di alam ini mencapai
4.000 Maha Kappa.
iv.Sudassi – Alam dengan penglihatan tajam
Jika para Brahma di alam Sudassa mempunyai “Perhatian
Penuh” / “Penyadaran Jeli”, maka para Brahma di alam Sudassi mempunyai
perhatian / penglihatan yang jauh lebih tajam bila dibandingkan dengan para
Brahma dialam Sudassi. Para Anagami yang memiliki “Pemusatan Perhatian
Sempurna” ( Samadhindriya ) akan terlahir di alam ini. Usia para Brahma di alam
ini mencapai 8.000 Maha Kappa.
v.Akanittha – Alam yang Tertinggi.
Para Brahma disini dilengkapi dengan harta surgawi dan
kebahagiaan yang tak tertandingi oleh makhluk di alam manapun juga yang berada
dibawahnya. Para Anagami yang penuh “Kebijaksanaan” ( Pannindriya ) akan
terlahir di alam ini. Usia para Brahma di alam ini mencapai 16.000 Maha Kappa.
Hanya mereka yang telah melatih Jhana atau Kegembiraan yang
Luar Biasa ( Baca Lagi topik “Samadhi-Benar” / “Samma-Samadhi” ) yang dapat
terlahir di Alam-alam yang lebih tinggi ini. Mereka yang telah mengembangkan Jhana
pertama dilahirkan di alam Jhana pertama, yang kedua dan ketiga di alam
Jhanakedua, yang keempat dan kelima dialam Jhana ketiga dan alam Jhana keempat.
III. ARUPALOKA / ARUPADHATU ( Alam Brahma Tak Berbentuk )
Adalah alam yang sama sekali tanpa jasmani. Baik dialam
Rupaloka maupun Arupaloka tidaklah terdapat perbedaan jenis kelamin. Para
makhluk di alam ini hanya terdiri dari batin semata, tanpa suatu landasan
materi, karenanya bentuk jasmani / fisik di alam ini sepenuhnya telah lenyap.
Banyak yang salah paham, menganggap ini adalah alam Para Buddha. Pandangan ini
keliru, karena Arupadhatu ini bukanlah Nirvana, bukan “Yang-Kekal” /
“Yang-Mutlak”.
Arupadhatu / Arupabhumi adalah suatu alam tempat kelahiran
batiniah para Brahma nirbentuk ( tanpa bentuk / rupa ). Meskipun disebut
sebagai suatu alam ‘alam’ yang mengacu pada tempat atau bentuk, di sini
sesungguhnya sama sekali tidak ada unsure jasmaniah sehalus apa pun dan dalam
wujud apa pun. Sebutan ini terpaksa dipakai untuk dapat mengacu pada kemunculan
serta keberadaan unsur-unsur batiniah tersebut. Kelahiran di alam brahma
nirbentuk ini terjadi karena pengembangan perenungan yang memacak terhadap
unsur jasmaniah yang menjijikkan sehingga tak menghasratinya
(rûpavirâgabhâvanâ).
Arupaloka dibagi menjadi empat ( 4 ) alam menurut empat ( 4
) Arupa Jhana, mereka adalah:
1.Akasanancayatana – Alam ruang yang tak terbatas.
Para makhluk di alam ini berdiam di dalam alam yang tidak
berbatas, tidak ada sekat-sekat materi yang bisa dibayangkan seperti apapun
juga, luas, sangat luas, tanpa batas. Makhluk yang terlahir disini adalah para
makhluk suci yang telah berhasil meraih samadhi tingkat pathama-arupahhana yang
berobjek pada angkasa yang nirbatas. Usia para makhluk disini mencapai 20.000
Maha Kappa.
2.Vinnanancayatana – Alam kesadaran yang tak terbatas.
Para makhluk di alam ini berdiam dalam kesadaran / batin
yang tidak terbatas, menembus segala bentuk batasan ruang dan waktu.Yang
terlahir disini adalah para makhluk suci yang berhasil meraih samadhi tingkat
dutiya-arupajhana yang berobjek pada kesadaran nirbatas. Usia para makhluk
disini mencapai 40.000 Maha Kappa.
3.Akincannayatana – Alam Kekosongan.
Disini para makhluk berdiam dalam “kekosongan” akan semua
hal. Tidak ada “Aku”, tidak ada “Kamu”, jauh lebih halus daripada dua alam
Arupadhatu dibawahnya. Makhluk yang terlahir disini adalah makhluk suci yang
berhasil meraih samadhi tingkat tatiya-arupajhana yang berobjek pada kehampaan
/ kekosongan. Usia para makhluk dialam ini mencapai 60.000 Maha Kappa.
4.N’eva Sanna Nasannayatana – Alam Tiada Pemahaman maupun
Tiadanya Tiada Pemahaman.
Para makhluk di alam ini berdiam dalam batin yang “padam”,
tiada pikiran, batin yang tidak bergerak sama sekali. Yang terlahir disini
adalah makhluk suci yang berhasil meraih samadhi tingkat catuttha-arupajhana
yang berobjek pada “bukan-ingatan-bukan-pula-tanpa-ingatan”. Usia makhluk di
alam ini mencapai 84.000 Maha Kappa.
Demikianlah, ke-31 Alam Kehidupan yang terangkum dalam : 1.
Kamadhatu, 2. Rupadhatu, dan, 3. Arupadhatu, telah selesai kita bahas.
DIMANAKAH “YANG-MUTLAK, YANG-TIDAK-TERCIPTA” ;
“KANG-LANGGENG-TANPA-WANGENAN-TANPA-WEKASAN” BERADA ?
Pertanyaannya, “ Dimanakah letak “Yang-Mutlak,
Yang-Tidak-Tercipta, Yang-Tidak-Terbentuk, Yang-Tidak-Terlahir”, “Jalan-Keluar”
dari roda samsara itu berada ?” Jawabannya, “ Tidak di ke-31 Alam Kehidupan
itu.”
Pada dahulu kala, para Brahmana, dan hingga kini pun ummat
manusia umumnya, mengenal “Sangkan-Paraning-Dumadi” adalah sebagai “Brahma”,
yaitu“Sang-Pencipta” , “Bapa-Semua-Makhluk-dan-Alam-Semesta”. Namun, pandangan
keliru itu diluruskan oleh Sang Buddha. Karena meskipun para Brahmahidup dalam
usia yang sangat panjang, bahkan para Brahma diatas Maha Brahma hidup hingga
16.000 Maha Kappa ( 1 Maha Kappa = 4 Asankheyya Kappa, 1 A.K = 20 Antara Kappa
( 1 pangkat 14 tahun ( angka 1 diikuti 140 angka nol ) , 1 Kappa = 1
“world-cycle”, 1 siklus hidup alam semesta ), namun mereka tetaplah :
TIDAK-KEKAL. Karena merekapun kelak, ketika karma-karma baiknya yang
menyebabkan mereka terlahir di alam tersebut telah habis, mereka akan
bertumimbal lahir ke alam-alam lain diantara ke-31 alam kehidupan tersebut. Dan
yang tidak-kekal, bukanlah “Yang-Mutlak”, karena “Yang-Mutlak”, adalah
“Kekal-Abadi”.
Lalu, apakah “Yang-Mutlak” itu adalah di Arupadhatu ? Juga
tidak. Karena, makhluk-makhluk Arupadhatu juga tidak-kekal, mereka kelak juga
akan bertumimbal lahir di antara salah satu dari ke-31 alam kehidupan tersebut.
Ilusi mengenai kekekalan dan keabadian alam para Dewa dari
alam Kamadhatu, hingga Rupadhatu dan Arupadhatu adalah karena usia mereka yang
sangat panjang, terutama mulai Para Brahma dari Rupadhatu hingga Arupadhatu
yang bisa melampaui jutaan-tilyun bahkan maha jutaan-trilyun tahun, sedangkan
manusia paling lama hanya hidup dalam masa 100 tahun ( Untuk saat ini, akan
tetapi, dalam suatu masa dimana moralitas terjaga dengan sangat baik, manusia
mampu hidup hingga delapan puluh ribu ( 80.000 ) tahun ) . Karena manusia
membandingkan usia mereka yang pendek dengan usia para Dewaapalagi jika
dibandingkan dengan para Brahma dari Rupadhatu hingga Arupadhatu, maka manusia
keliru menyimpulkan :
“ hidup dialam manusia tidak-kekal , “mung-mampir-ngombe”,
tetapi hidup di surga adalah kekal, “Sungguh berbahagia bila kita bisa berada
diatas pangkuan BAPA !” .
Sebegitu gelapnya pandangan manusia. Hingga suatu masa
lahirlah seorang Samma-Sambuddha, yang mampu menembus semua hakekat, mampu
menembus Kebenaran-Sejati, dan menyatakan, bahwa “Yang-Mutlak”, bukanlah di
ke-31 alam kehidupan itu. “Yang-Mutlak” ini, tidak bisa diungkapkan dengan
kata-kata, karena saat semua fenomena telah lenyap, maka tidak ada satu katapun
yang dapat mengungkapkannya. Itu adalah :NIRVANA ( Pali : Nibbana ).
Sehingga, masihkah ada yang percaya diri telah mengenal
“Yang-Mutlak” ? Karena, paling jauh umumnya manusia hanya mengenal “Tuhan” ,
dari alam Kamadhatu hingga “Brahma” di alam Rupadhatu, yang kemudian dikenal
dengan “Bapa-Segenap-Alam-Semesta”.
Apapun sebutannya ( karena bervariasi,
sesuai latar belakang budaya dan agama masing-masing ), tapi apa yang mereka
pahami baru sebatas itu. Karena, “Yang-Mutlak” ini bukanlah“makhluk”, sedangkan
yang umumnya dikenal oleh para spiritualis adalah makhluk, yang meskipun mereka
tidak mampu menggambarkannya, tapi tetap merupakan sesosok makhluk, yang bisa
berbicara, yang bisa memberi wangsit, yang bisa memberi perintah, yang bisa
memberi larangan, yang bisa memberi hadiah, yang bisa memberi hukuman.
“Yang-Mutlak” adalah “Tidak-Berbentuk”, “Tidak-Tercipta”, dan yang sedemikian
ini “Tidak-Bicara”, “Tidak-Marah”, “Tidak-Memberi”, “Tidak-Menghukum”.
Inilah jati-sejati-jatinya “Tan-Kena-Kinaya-Ngapa”,
“Kang-Langgeng-Tanpa-Kawitan-Tanpa-Wekasan”. Jauh melampaui Dewa, jauh
melampauiBrahma, jauh melampaui sosok “makhluk” yang tidak kelihatan yang
seperti apapun yang bisa diimajinasikan oleh manusia, yang disebut “Tuhan”.
Yang-Mutlak , Yang-Tak-Tercipta tersebut “Tak-Berbicara”, “Tak-Berbuat”,
“Tak-Berbentuk”, “Tak-Memberi”, “Tak-Menghukum”, ia adalah : “ANATTA”, tanpa
“AKU”, bukan “AKU”, bukan pula “AKU adalah AKU”. Karena “AKU” dan “AKU adalah
AKU” masih bisa bicara, dan yang bicara adalah “Berbentuk”. “Berbentuk”
bukanlah “Yang-Mutlak”, dan yang “Tak Mutlak” itu tak kekal.
Komentar