ALAM- Binatang mempunyai banyak jenis yang tak terhitung jumlahnya, namun secara garis
besarnya dapat dibedakan menjadi Empat Macam, yakni:
1. Yang tak berkaki seperti ular, ikan, cacing dan
lain-lain (apada),
2. Yang berkaki dua seperti ayam, bebek, burung dan
lain-lain (dvipada),
3. Yang berkaki empat seperti gajah, kuda, kerbau dan
lain-lain (catuppada),
4. Yang berkaki banyak seperti kelabang, udang, kepiting
dan lain-lain (bahuppada).
Dalam pandangan Kristen serta agama-agama “Ketuhanan”
lainnya, semua binatang akan musnah setelah kematian. Binatang dianggap tidak
mempunyai roh. Binatang hanya diakui memiliki naluri (instinct), tanpa akal
budi. Karena itu, mereka tidak perlu mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka.
Kebahagiaan maupun penderitaan yang dialami bukan ditentukan oleh perbuatan
mereka baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan kehidupan yang lampau;
melainkan merupakan wewenang serta kehendak Tuhan. Binatang diciptakan
semata-mata untuk kepentingan umat manusia yang lebih luhur. Tidak ada surga
maupun neraka bagi binatang. Ini menimbulkan dilemma bagi umat Kristen yang
menginginkan agar binatang peliharaannya dapat hidup bersama lagi di surga sebagaimana
di bumi.
c). Peta-yoni ( pa+ita ).
Secara harafiah, artinya adalah makhluk-makhluk yang telah
meninggal, atau makhluk-makhluk yang sama sekali tanpa kebahagiaan. Mereka
bukan arwah atau setan yang tidak berwujud. Mereka memiliki bentuk tubuh yang
cacat yang besarnya bermacam-macam, pada umumnya tidak terlihat dengan mata
telanjang. Mereka tidak memiliki alam sendiri, tetapi tinggal di hutan-hutan,
lingkungan yang kotor, didalam rumah-rumah kosong, dan lain-lain.
Alam Setan ‘Peta‘ terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘pa‘
yang berarti ‘ke depan, menyeluruh’, dan ‘ita‘ yang berarti ‘telah pergi, telah
meninggal’. Berbeda dengan makhluk yang berada di alam neraka yang menderita
karena tersiksa, peta atau setan hidup sengsara karena kelaparan, kehausan dan
kekurangan. Kejahatan yang membuat suatu makhluk terlahirkan sebagai setan
ialah pencurian, dan karma-karma buruk lainnya. Seperti binatang, setan tidak
mempunyai alam khusus milik mereka sendiri. Mereka berada di dunia ini dan
bertinggal di tempat-tempat seperti hutan, gunung, tebing, lautan, kuburan, dan
sebagainya. Beberapa jenis setan mempunyai kemampuan untuk menyalin rupa dalam
wujud seperti dewa, manusia, pertapa, binatang, atau hanya menampakkan diri
secara samar-samar seperti bayang-bayang gelap dan lain-lain.
Setan terbagi menjadi empat jenis, yakni:
1. Yang hidup bergantung pada makanan pemberian orang lain
dengan cara penyaluran jasa dan sebagainya (paradattupajîvika),
2. Yang senantiasa kelaparan, kehausan dan kekurangan
(khuppîpâsika),
3. Yang senantiasa terberangus (nijjhâmataóhika),
4. Yang tergolong sebagai iblis atau makhluk yang suram
(kâlakañcika).
Jenis yang pertama itu dapat menerima pelimpahan jasa
karena mereka bertempat tinggal di sekitar atau di dekat manusia, sehingga
dapat mengetahui pemberian ini dan beranumodanâ [menyatakan kebahagiaan atas
kebajikan yang diperbuat oleh makhluk lain]. Apabila mereka tidak tahu kalau
ada pelimpahan jasa dan tidak beranumodanâ, pelimpahan jasa ini tidak dapat
diterima. Orang yang pada saat-saat menjelang kematian mempunyai kemelekatan
yang amat kuat pada kekayaan, harta benda, sanak-keluarga, dan sebagainya
niscaya akan terlahirkan di alam setan ini.
Dalam Vinaya dan Lakkhaóa-samyutta, disebutkan adanya 21
macam setan, yaitu:
1. Yang hanya bertulang tanpa daging (aööhisaõkha-sika),
2. Yang hanya berdaging tanpa tulang (maõsapesika),
3. Yang berdaging benjol (maõsapióòa),
4. Yang tak berkulit (nicchavirisa),
5. Yang berbulu seperti pisau (asiloma),
6. Yang berbulu seperti tombak (sat-tiloma),
7. Yang berbulu seperti anak panah (usuloma),
8. Yang berbulu seperti jarum (sûciloma),
9. Yang berbulu seperti jarum jenis kedua
(duti-yasûciloma),
10. Yang berpelir besar (kumbhaóòa),
11. Yang terbenam dalam tahi (gûthakûpanimugga),
12. Yang makan tahi (gûthakhâdaka),
13. Yang berjenis betina tanpa kulit (nicchavitaka),
14. Yang berbau busuk (duggandha),
15. Yang bertubuh bara api (ogilinî),
16. Yang tak berkepala (asîsa),
17. Yang berperawakan seperti bhikkhu,
18. Yang berperawakan seperti bhikkhunî,
19. Yang berperawakan seperti calon bhikkhunî (sikkhamâna),
20. Yang berperawakan seperti sâmanera,
21. Yang berperawakan seperti sâmanerî.
Sementara itu, Kitab Lokapaññatti serta Chagatidîpanî
menyebutkan adanya 12 macam setan, yaitu:
1. Yang makan ludah, dahak dan muntahan (vantâsikâ),
2. Yang makan mayat manusia atau binatang (kuópâsa),
3. Yang makan tahi (gûthakhâdaka),
4. Yang berlidah api (ag-gijâlamukha),
5. Yang bermulut sekecil lubang jarum (sûcimukha),
6. Yang terdorong keinginan tiada habis (taóhaööita),
7. Yang bertubuh hitam pekat (sunijjhâmaka),
8. Yang berkuku panjang dan runcing (satthaõga),
9. Yang bertubuh sangat besar (pabbataõga),
10. Yang bertubuh seperti ular piton (ajagaraõga),
11. Yang menderita di siang hari tetapi menikmati
kesenangan surgawi di malam hari (vemânika),
12. Yang memiliki kesaktian (mahiddhika).
Contoh nyata makhluk-makhluk alam –Peta ini adalah :
Hantu-hantu “Lawang-Sewu” ( Semarang ), hantu-hantu yang tinggal disudut-sudut
rumah kita yang gelap, pekat, dan tidak terjamah oleh kita, hantu-hantu yang
tinggal di pohon-pohon tertentu.
Umumnya, kita tidak bisa melihatnya dengan mata telanjang,
jika kita belum mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi setara dengan Jhana
I.
Tapi, seringkali, manusia mampu melihat keberadaan makhluk-makhluk
Peta ini. Contohnya :
1. Anda semua tentunya pernah mengalami “tindihen”, yaitu
keadaan tidur terlelap yang kemudian seakan ada yang “menindih” badan kita, dan
kita kemudian tersadar bahwa tubuh kita tidak dapat digerakkan, mulut kita
serasa terkunci, terkadang telinga kita “mendengung” keras hingga tak bisa
mendengar apa-apa. Pada saat seperti itu, jika kita menggunakan mata batin
kita, kita akan melihat, bahwa didekat kita ada makhluk Peta yang hadir dan
memandangi kita. Bahkan, tak jarang, jika kita membuka mata, kita bisa
melihatnya dengan mata telanjang ! Ada suami dari teman saya, yang meninggal
karena mengalami hal ini. Mengapa ? Karena jantungnya lemah, ia “shock”,
sehingga mengalami serangan jantung, meski detik-detik menjelang berhentinya
jantungnya istrinya telah berusaha membangunkannya.
2. Teman sekantor saya pernah suatu ketika, kerja hingga
lembur menjelang maghrib. Disaat konsentrasi kerjanya, dimana ia sendirian,
tiba-tiba ia dikagetkan munculnya sesosok hantu yang berwujud anak-kecil yang
menyeringai dan kemudian berlari.
3. Saya pribadi, seringkali melihat makhluk-makhluk ini di
beberapa tempat, seperti di atas genting, di sudut rumah, dan di atas pohon.
Makhluk-makhluk seperti ini tidak selalu menetap ditempat tersebut, ia seringkali
juga berjalan-jalan, seperti manusia juga.
Salah satu contoh yang pernah saya alami adalah sebagai
berikut. Teman sekantor saya, sebut saja bernama Adi, diganggu oleh salah satu
makhluk Peta ini. Saat ia konsultasi dikantor, saya sudah melihat makhluk
tersebut tinggal diatas genting, bersandar pada pohon mangga yang ada didepan
kamarnya. Rambutnya panjang, kulitnya putih pucat, pakaiannya putih panjang,
kukunya hitam panjang-panjang, kurang-lebih 3-4 cm.
Penglihatan saya ini
dibenarkan oleh teman saya tersebut, karena, sebelum ia minta tolong kepada
saya, ia sudah minta tolong kepada beberapa paranormal, termasuk praktisi2
Yoga, dan semuanya mengatakan makhluk tersebut tinggal diatas pohon yang saya
tunjuk itu, meski paranormal dan para praktisi Yoga tersebut tidak bisa
menerangkan dengan detail wujud makhluk ini.
Saat saya datang ke tempat kos-kosannya, makhluk tersebut
sudah memilih pergi ketempat lain. Dan atas permintaan teman saya, saya meminta
mbak “cantik” ini untuk tidak lagi mengganggu teman saya. Mbak “cantik” tidak
menjawab, hanya memalingkan muka, tidak mau menatap mata saya lagi. Lewat
bahasa tubuhnya ia menyatakan, bahwa ia tidak akan mengganggu teman saya ini,
hanya, ia akan tetap datang ke pohon tersebut, karena ia sudah lama sering singgah
disitu.
Usut punya usut, ternyata, yang menyebabkan teman saya ini senantiasa
merasakan kehadiran mbak “cantik” didekatnya, karena beberapa saat sebelumnya,
ada teman Si Adi, yang bernama ( sebut saja ) Yudi, “unjuk-kebolehan” untuk
memanggil “hantu” bersama-sama dengan Adi, dan prakteknya itulah yang
menyebabkan ia terpanggil untuk mendekati si Adi. Si Yudi sendiri, seperti
dikisahkan oleh Adi, beberapa kali ketika tidur dikamar kosnya, diganggu hingga
muntah darah.
Kini, kos-kosan Adi sudah aman dan nyaman, meski mbak “cantik
tetap ada disana. Bahkan, tak jarang Adi duduk bersebelahan dengan mbak
“cantik” ini di kursi panjang didepan kamarnya, ditemani lampu bohlam
remang-remang dan aroma lembab kamar mandi di ujung lorong dekat kamarnya,
hiiiii… ( hehehehehe ).
d).Asura-yoni
Ini adalah Alam Iblis ‘Asurakâya‘.‘Asurakâya‘ terbentuk
atas tiga kosakata, yaitu ‘a‘ yang merupakan unsur pembalik, ‘sura‘ yang
berarti ‘cemerlang, gemilang’, dan ‘kâya‘ yang berarti ‘tubuh’. Namun, yang
dimaksud dengan ‘tak cemerlang’ di sini bukanlah tidak adanya cahaya yang
memancar dari tubuh, melainkan suatu kehidupan yang merana dan serba kekurangan
sehingga membuat batin tidak berceria.
Istilah ‘asura’ juga berasal dari kisah kejatuhan dari
Surga Tâvatimsa [terkalahkan oleh Sakka dan pengikutnya] akibat minuman
memabukkan (surâ). Asurakaya adalah alam
Iblis penentang Dewa. Mereka senantiasa menebarkan “peperangan” terhadap para
Dewa. Karena sebelumnya pernah bertinggal di alam kedewaan, asurakâya
kadangkala juga disebut sebagai ‘pubbadevâ‘.
Kisah ini serupa dalam kisah Kekristenan mengenai kejatuhan
LUCIFER dari alam para Malaikat ( Surga ) dan kemudian Lucifer dan para
pengikutnya menjadi penentang Tuhan. Sangat serupa penggambaran tentang
“peperangan di surga” antara Lucifer dengan para malaikat Tuhan, dimana Saint
Michael berperan sebagai salah satu malaikat Tuhan yang turut “mengalahkan”
Lucifer. Mengapa kisah ini bias sama ? Karena sesungguhnya yang dikisahkan
adalah “sama”. Sehingga yang dimaksud oleh Kekristenan kisah “peperangan di
surga” antara Lucifer dan para pengikutnya melawan Tuhan dan para malaikatnya,
adalah kisah peperangan antara Asura dengan Dewa Sakka dan para pengikutnya.
Asurakâya atau iblis terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Iblis berupa dewa(deva-asurâ)
2. Iblis berupa setan (peti-asurâ),
3. Iblis berupa penghuni neraka (niraya-asurâ).
Deva-asurâ terdiri atas vepacitti, râhu, subali,pahâra,
sambaratî, dan vinipâtika. Peti-asurâ terdiri atas kâlakañcika,vemânika, dan
âvuddhika. Niraya-asurâhanya terdiri atas satu jenis, yaitu yang menderita
kelaparan dan hidupnya bergelantungan seperti kelelawar.
Komentar