" Raja Dewa Sakka & Alam Surga 33 Dewa "

oleh Mustika Dhamma pada 30 Desember 2010 jam 10:33


Pada suatu ketika, saat Raja Magadha memerintah, ada seorang pemuda yang disebut, “Magha yang Baik”. Ia tinggal di desa terpencil yang hanya terdiri dari tiga puluh keluarga. Ketika ia masih muda, orang tuanya menikahkannya dengan seorang gadis yang memiliki kualitas karakter yang serupa dengan dirinya. Mereka sangat bahagia bersama, dan istrinya memberikannya beberapa orang anak.

Para penduduk desa menghormati Magha yang Baik karena ia selalu mencoba untuk membantu dalam mengembangkan desa, untuk kebaikan semuanya. Karena mereka menghormatinya, ia mampu untuk mengajarkan Lima Sila, untuk menyucikan pikiran, ucapan dan perbuatan mereka.

Cara Magha dalam mengajarkan adalah dengan praktik. Salah satu contoh hal ini terjadi ketika suatu hari para penduduk desa berkumpul untuk mengerjakan kerajinan tangan. Magha yang Baik membersihkan sebuah tempat untuk dia duduk. Sebelum dia duduk, seseorang yang lain telah mendudukinya. Jadi ia dengan sabar membersihkan tempat yang lain. Seorang tetangga duduk di tempatnya lagi. Hal ini terulang dan terulang lagi, sampai ia sudah dengan sabar membersihkan tempat duduk untuk semua yang hadir. Hanya dengan demikian ia dapat duduk di tempat yang terakhir.

Dengan menggunakan contoh kesabaran seperti itu, Magha yang baik mengajarkan sesama penduduk desa cara untuk bekerjasama antara satu dengan yang lainnya, tanpa pertengkaran. Bekerjasama dengan cara ini, mereka mendirikan beberapa bangunan dan membuat kemajuan yang menguntungkan bagi semua desa.

Melihat hasil yang patut dihargai dari kesabaran dan kerjasama, berlandaskan mengikuti cara yang lembut dari Lima Sila, semua rakyat desa menjadi lebih tenang dan damai. Efek samping yang terlihat secara alami adalah tindak kriminal dan perbuatan yang tidak baik yang ada sebelumnya hilang seutuhnya!

Akan tetapi, ada satu orang yang tidak menyukai situasi baru seperti ini sama sekali. Ia adalah kepala desa, seorang politikus yang hanya peduli dengan posisinya sendiri.
Awalnya, ketika ada para pembunuh dan pencuri, ia yang menangani hukuman-hukumannya. Hal ini meningkatkan posisi kekuasaannya, dan menyebabkan para penduduk desa takut terhadapnya. Ketika suami atau istri berselingkuh dengan yang lainnya, kepala desa itu mengumpulkan uang denda.

Dengan cara yang sama, ketika reputasi seseorang dihancurkan oleh kebohongan, atau perjanjian tidak dipatuhi, ia juga mengumpulkan denda. Ia bahkan mendapatkan pajak dari keuntungan perdagangan minuman keras. Ia tidak keberatan dengan keadaan bermabuk-mabukan yang menyebabkan banyak tindakan kriminal.

Hal ini mudah dimengerti mengapa kepala desa menjadi marah kehilangan begitu banyak kehormatan, kekuatan dan uang, karena orang-orang hidup bersama dengan damai. Lalu ia pergi kepada raja dan berkata, “Tuanku, beberapa desa kecil dirampok dan dijarah oleh para penjahat. Kami butuh bantuan anda.”
Raja berkata, “Bawalah semua pelaku kriminal ini padaku.”

Politikus yang tidak jujur itu menangkap semua ketiga puluh kepala keluarga dan membawa mereka sebagai para terpidana kepada raja. Tanpa menanyai mereka, raja memerintahkan agar mereka diinjak sampai mati oleh gajah-gajah.

Ketiga puluh orang ini diperintahkan untuk berbaring di halaman istana dan gajah-gajah itu dibawa masuk. Mereka menyadari bahwa mereka akan diinjak sampai mati, Magha yang Baik berkata kepada mereka, “Ingatlah dan berkonsentrasilah pada kedamaian dan kesucian sebagai hasil dari mengikuti Lima Sila, sehingga kalian akan merasakan cinta kasih terhadap semua. Dengan cara ini, hindarilah rasa marah kepada raja yang tidak adil, kepada kepala desa yang berbohong, ataupun gajah-gajah yang tidak beruntung.”

Gajah pertama digiring masuk oleh pawangnya. Tetapi ketika ia mencoba mendesak gajahnya untuk menginjak para penduduk desa yang tidak berdosa, gajah itu menolak. Gajah meraung kemudian pergi. Dengan sangat mengagumkan, hal ini terulang pada setiap gajah-gajah raja. Tidak ada satu pun yang ingin menginjak mereka.
Para pawang gajah mengeluh kepada raja bahwa ini bukanlah kesalahan mereka. “Ini pasti,” mereka berkata, “orang-orang ini mempunyai obat yang dapat membuat bingung gajah-gajah itu.”

Raja memerintahkan penduduk desa digeledah, namun mereka tidak menemukan apa pun. Kemudian para penasihat raja mengatakan, “Orang-orang ini pasti tukang sihir yang telah melemparkan mantra-mantra yang jahat kepada gajah-gajah anda yang kuat.!”

Para penduduk desa ditanya, “Apakah kamu memiliki mantra-mantra semacam itu?” Magha yang Baik berkata, “Ya, kami punya.” Hal ini membuat raja menjadi sangat penasaran. Kemudian raja bertanya langsung kepada Magha, “Apakah mantra-mantra itu dan bagaimana cara kerjanya?”

Magha yang Baik menjawab, “Tuanku Raja, kami tidak melemparkan mantra yang sama seperti mantra yang dilemparkan oleh orang lain. Kami melemparkan mantra-mantra cinta kasih dengan pikiran-pikiran yang disucikan karena mengikuti Lima Sila”

“Apakah Lima Sila itu?” tanya raja. Magha yang baik berkata, “Kita semua sudah menghindari lima perbuatan yang tidak berfaedah, yaitu adalah membinasakan kehidupan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan cara-cara seksual yang salah, berbicara tidak benar dan kehilangan kesadaran karena alkohol.

Melalui jalan ini kita menjadi tidak kejam, sehingga kita dapat memberikan kebebasan dari ketakutan kepada semua. Oleh karena itu, gajah-gajah itu kehilangan rasa takut mereka terhadap para pawang dan tidak ingin melukai kami. Gajah-gajah itu pergi dengan mengeluarkan suara kemenangan. Inilah perlindungan kami, yang anda sebut sebuah ‘mantra’.”

Akhirnya melihat kebajikan dan kebijaksanaan dari semua orang ini, raja bertanya kepada mereka dan mengetahui kebenarannya. Ia memutuskan untuk menyita semua harta dari kepala desa yang tidak jujur dan membagikannya kepada para penduduk desa.

Para penduduk desa itu kemudian bebas untuk melakukan bahkan mengerjakan hal-hal yang baik untuk memberikan keuntungan bagi seluruh desa. Tak lama kemudian mereka mulai membangun sebuah penginapan yang besar di tepi jalan, di sebelah kanan persimpangan jalan raya.

Ini merupakan proyek terbesar yang juga sudah pernah dikerjakan oleh mereka. Para pria memiliki rasa percaya diri karena mereka telah mempelajari dengan baik bagaimana bekerjasama dengan setiap orang untuk tujuan yang sama.

Tetapi mereka belum pernah belajar bekerjasama dalam pekerjaan ini dengan para perempuan desa. Tampaknya mereka berpikir bahwa itu adalah “pekerjaan pria.”

Pada saat itu Magha yang Baik memiliki empat orang istri, Mereka bernama Good-doer (Pelaku kebaikan), Beauty (Kecantikan), Happy (Kebahagiaan) dan Well-born (Kekayaan). Dari kesemuanya, istri yang pertama, Good-doer, adalah istri yang paling bijaksana. Ia ingin membuka jalan untuk para perempuan demi kebajikan dari bekerjasama dalam melakukan pekerjaan yang baik. Demikian perlahan-lahan ia menjadi bersahabat dengan seorang hartawan yang menangani proyek penginapan di tepi jalan.

Karena ia ingin berkontribusi dengan menolong dalam cara yang besar, ia memberikan sebuah hadiah kepada hartawan itu, ia bertanya kepadanya, “Dapatkah kamu memikirkan sebuah cara yang dapat menjadikan saya kontributor yang paling penting dalam pekerjaan yang baik ini?”

Hartawan itu menjawab, “Saya mengetahui caranya!” Kemudian hartawan itu dengan diam-diam membangun bagian yang terpenting dari bangunan tersebut, tiang langit-langit yang dapat menyatukan atap menjadi satu. Ia membungkus dan menyembunyikannya bersama Good-doer, sehingga tiang itu menjadi kering sampai pada saat diperlukan untuk menjadi kokoh dan kuat.

Sementara itu, para pria di desa itu melangsungkan proyek pembangunan itu dengan bahagia. Akhirnya tiba saatnya bagi mereka memasang tiang langit-langit. Mereka mulai untuk menyusun tiang yang pertama, tetapi hartawan itu menghentikan mereka.

Ia berkata, “Kawan-kawanku, kita tidak dapat menggunakan kayu hijau yang masih muda untuk membuat atap. Itu akan mudah bengkok dan rapuh. Kita harus memiliki tiang yang kering dan tua untuk tiang langit-langit. Temukanlah tiang itu!”

Ketika mereka mencarinya di desa. Mereka menemukan Good-doer memiliki tiang langit-langit yang sempurna. Bahkan memiliki ukuran yang cocok! Mereka bertanya apakah mereka dapat membeli tiang itu darinya. Good-doer berkata, “Ini bukan untuk dijual berapa pun harganya. Aku bermaksud untuk menyumbangkan tiang langit-langit ini secara gratis, tetapi hanya jika kalian membiarkan aku ikut berpartisipasi dalam membangun penginapan ini.”

Para pria takut merubah cara-cara sukses mereka. Jadi mereka berkata, “Para perempuan tidak pernah menjadi bagian dari proyek ini. Hal Ini mustahil.”

Kemudian para pria itu kembali menemui hartawan tersebut dan menceritakan apa yang telah terjadi. Ia berkata, “Mengapa kalian mencegah para perempuan? Para perempuan adalah bagian dalam segala hal di dunia ini. Marilah kita bermurah hati dan membagi keselarasan serta kebaikan dari pekerjaan ini dengan para perempuan. Kemudian proyek dan desa kita ini bahkan akan lebih sukses.”

Demikianlah mereka menerima tiang langit-langit dari Good-doer, dan ia membantu menyelesaikan pembangunan penginapan. Kemudian Beauty memiliki taman yang indah dibuat di sebelah penginapan, yang disumbangkan olehnya. Taman itu memiliki semua jenis bunga-bungaan dan pohon-pohon yang berbuah. Begitu juga, Happy memiliki kolam buatan yang indah, yang ditumbuhi oleh bunga-bunga teratai yang indah di dalamnya. Tetapi Well-born, sebagai istri yang termuda dan sedikit manja, tidak melakukan apa pun untuk penginapan itu.

Pada sore harinya, Magha yang Baik mengadakan pertemuan di tepi jalan penginapan. Ia mengajarkan orang-orang untuk membantu orang tua dan saudara-saudara mereka yang lebih tua, serta menghindari perkataan kasar, membicarakan orang lain di belakang mereka, dan kikir.

Dikatakan bahwa alam surga terendah yang terdiri dari dewa-dewa dari empat penjuru, Utara, Timur, Selatan dan Barat. Karena ia telah mengikuti ajarannya sendiri, Magha yang Baik meninggal dengan perasaan bahagia di dalam hatinya. Ia terlahir kembali sebagai Sakka, raja dari alam dewa terendah tingkat kedua.

Pada waktu itu, ketigapuluh kepala keluarga lainnya dari desa itu, beserta Good-doer, Beauty dan Happy pun meninggal. Mereka terlahir kembali sebagai para dewa di bawah pimpinan Raja Sakka. Hal ini kemudian dikenal dengan “Surga Tiga Puluh Tiga Dewa” atau “Tavatimsa”.
~~~**~~~
Pada saat itu, ada beberapa dewa jelek tidak beruntung yang disebut “Asura”. Mereka dibawa untuk tinggal di alam surga tingkat kedua.

Magha yang Baik, sekarang adalah Sakka, Raja dari alam Surga 33. Ia berpikir, “Kenapa kita harus, yang merupakan tiga puluh tiga dewa, tinggal di alam surga kita dengan para Asura jelek tidak beruntung ini? Karena ini adalah dunia kita, marilah kita hidup bahagia dengan diri kita sendiri.”

Kemudian ia mengundang para Asura ke sebuah pesta dan menyuruh mereka mabuk dengan minuman keras yang sangat memabukan. Tampaknya, dengan dilahirkan kembali, Raja Sakka telah melupakan beberapa ajarannya sendiri sebagai Magha yang Baik. Setelah membuat para Asura mabuk, ia membawa mereka pergi ke alam surga yang lebih rendah, yang sama besarnya dengan alam Surga 33.

Ketika mereka tak mabuk dan menyadari bahwa mereka telah ditipu sampai pergi ke alam surga yang lebih rendah, para Asura menjadi marah. Mereka bangkit dan mengadakan peperangan melawan Raja Sakka. Sesaat kemudian mereka menang dan Sakka terpaksa melarikan diri.

Saat ia mundur dengan kereta perang besarnya, ia tiba di hutan yang luas dimana para Garuda membuat sarangnya. Mereka adalah dewa yang sayangnya, tidak memiliki kekuatan super. Sebaliknya mereka dipaksa untuk berkeliling dengan mengepakkan sayap besar nan kuatnya.

Ketika kereta perang raja Sakka melewati hutan mereka, keretanya menerbalikan sarang mereka dan membuat para bayi Garuda terjatuh. Mereka menangis dalam ketakutan dan kesakitan. Mendengar ini, Sakka menanyakan pengendali keretanya darimana suara tangisan kesedihan itu berasal. Ia menjawab, “Ini adalah jeritan yang berasal dari bayi Garuda, yang sarang dan pohonnya dihancurkan oleh kereta perang anda yang kuat.”

Mendengar adanya penderitaan ini, Raja Sakka menyadari bahwa semua kehidupan, termasuk dirinya sendiri, hanyalah sementara. Mendengar penderitaan ini, kasih sayang dari Manusia yang Luar Biasa, yang telah melewati dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, muncul dalam dirinya dan berkata, “Biarkan para makhluk kecil ini tidak lagi memiliki ketakutan. Latihan yang pertama tidak boleh dilanggar. Tidak ada pengecualian. Aku tidak akan menghancurkan bahkan satu kehidupan pun demi kepentingan sebuah kerajaan surgawi yang suatu saat pasti akan berakhir. Malahan aku akan menawarkan hidupku untuk kemenangan para Asura. Putar balik kereta perang ini!”

Kemudian kereta perang kembali menuju ke arah alam Surga 33. Para Asura melihat Raja Sakka berputar arah dan berpikir bahwa ia pasti memiliki bala bantuan dari dunia-dunia lain. Jadi mereka lari, tanpa melihat ke belakang, turun menuju alam surga mereka yang lebih rendah.
~~~**~~~
Raja Sakka kembali dengan kemenangan ke kerajaannya di alam Surga 33. Di sebelahnya, berdiri rumah megah milik istrinya yang pertama, tumimbal lahir Good-doer. Di luar rumah megah itu ada taman milik istrinya yang kedua, tumimbal lahir Beauty. Dan ada juga kolam surgawi milik istrinya yang ketiga, tumimbal lahir Happy.

Akan tetapi, Well-born telah meninggal dan terlahir kembali sebagai seekor bangau kecil di dalam hutan. Karena dewa Sakka merindukannya, ia menemuinya dan membawanya ke alam Surga 33 untuk singgah. Ia menunjukkan kepadanya rumah yang megah, taman dan kolam surgawi milik dari ketiga istrinya. Ia berkata kepadanya bahwa, dengan melakukan perbuatan yang baik, ketiga istri lainnya telah memperoleh jasa kebajikan. Jasa kebajikan ini telah memberikan mereka kebahagiaan, baik dalam kehidupan mereka sebelumnya dan pada kelahiran-kelahiran mereka.

Ia berkata, “Kau, bangauku tersayang, dalam kehidupanmu sebelumnya sebagai Well-born, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang baik semacam itu. Sehingga kau tidak memperoleh jasa kebajikan ataupun kebahagiaan, dan telah terlahir sebagai bangau hutan. Aku menasihatimu untuk mulai berada pada jalan kesucian dengan mengikuti Lima Sila.” Setelah diajarkan tentang Lima Sila, bangau yang cantik itu memutuskan untuk mematuhinya. Lalu ia kembali ke dalam hutan.

Tidak lama sesudah itu, Raja Sakka ingin tahu tentang bagaimana si bangau melakukannya. Kemudian ia menyamar sebagai ikan dan tergelepar di hadapannya. Bangau mengangkat ikan itu melalui kepalanya. Dia hampir saja menelan Raja Surga 33, ketika ikan tersebut menggoyang-goyangkan ekornya.
Tiba-tiba bangau berpikir, “Ikan ini pastilah masih hidup!” Mengingat kembali akan latihan moral yang pertama, ia melepaskan ikan hidup itu ke dalam sungai. Muncul dari dalam air, Raja Sakka kembali ke wujud dewanya dan berkata, “Sangat baik sekali, bangauku sayang, kamu mampu untuk mematuhi Lima Sila.” Kemudian ia kembali ke alam Surga kedua.

Setelah habis masanya, bangau mati. Mengikuti Lima Sila telah memberikannya jasa kebajikan dan juga pikiran yang damai. Kemudian ia terlahir kembali dengan rupa yang cantik, di dalam sebuah keluarga pembuat tembikar di Benares, di India bagian utara.
Sekali lagi Raja Sakka tertarik dalam menemukan di mana seseorang yang dulunya adalah Well-born, dan kemudian sebagai bangau, terlahir kembali sekarang. Raja Sakka menemukannya di dalam sebuah keluarga pembuat tembikar, dan berkeinginan untuk membantunya dalam memperoleh jasa kebajikan dan menemukan kebahagiaan.

Kemudian Raja Sakka menyamarkan dirinya sebagai orang tua dan menciptakan pedati yang penuh dengan mentimun-mentimun emas, Ia pergi ke Benares dan menyerukan, “Mentimun! Mentimun! Aku punya mentimun!”
Ketika orang-orang datang untuk membeli mentimun-mentimun menakjubkan ini, ia berkata, “Mentimun-mentimun emas ini tidak untuk dijual, aku akan memberikan semuanya, tetapi hanya kepada seseorang yang baik, yaitu; seseorang yang mengikuti latihan Lima Sila.”

Orang-orang itu berkata, “Kami tidak pernah mendengar mengenai Lima Sila itu. Tetapi kami akan membeli mentimun-mentimun emasmu. Sebutkanlah harganya!” Ia mengulanginya, “Mentimun-mentimunku tidak untuk dijual. Aku sudah membawanya untuk diberikan kepada siapa saja yang mempraktikkan Lima Sila.” Orang-orang menjawab, “Orang ini datang kemari hanya untuk menipu kita.” lalu mereka meninggalkannya sendiri.
Sesaat Well-born mendengar tentang orang yang luar biasa ini. Meskipun ia telah dilahirkan kembali, ia masih memiliki kebiasaan untuk mengikuti Lima Sila. Kemudian ia berpikir, “Orang ini pastilah datang untuk mencariku.”

Perempuan itu pergi menemuinya dan meminta mentimun-mentimun emas tersebut. Ia berkata, “Apakah kamu menaati Lima Sila? Sudahkah kamu menghindari membunuh makhluk apa pun, menghindari mengambil barang yang tidak diberikan, menghindari melakukan cara seksual yang salah, menghindari berbicara yang tidak benar dan menghindari kehilangan kesadaran karena alkohol?” Ia menjawab, “Ya tuan, aku mematuhi latihan-latihan ini dan aku merasa damai dan bahagia.”

Kemudian laki-laki tua itu berkata, “Aku membawakan mentimun-mentimun emas ini khusus untuk kamu, untuk membuatmu bersemangat dalam menambah kebajikan dan kebahagiaan di masa mendatang.” Lalu ia meninggalkan pedati mentimun emas itu bersamanya dan kembali ke Surga 33.
Sepanjang sisa hidupnya, perempuan itu begitu bermurah hati dengan semua emas-emasnya. Membagikan kebahagiaan kepada yang lain, ia menambah jasa kebajikan.

Setelah meninggal, ia terlahir kembali sebagai putri dari Raja Asura. Ia tumbuh menjadi seorang dewi yang cantik rupawan. Bagi para Asura hal ini merupakan suatu keajaiban, karena sebagian dari mereka adalah yang terjelek dari semua para dewa.
Raja Asura merasa bahagia dengan kebaikan putrinya yang setara dengan kecantikannya yang telah termasyur. Ia mengumpulkan semua Asura dan memberikan kebebasan bagi putrinya untuk memilih seorang suami.

Sakka, Raja Surga 33, mengetahui tumimbal lahir yang terakhir dari seorang yang pernah menjadi istrinya – Well-born, kemudian menjadi seekor bangau dan seorang putri pembuat tembikar. Maka ia turun menuju ke alam surga yang lebih rendah dan menyerupai bentuk Asura jelek umumnya. Ia berpikir, “Jika Well-born memilih seorang suami yang memiliki kualitas kebajikan yang sama seperti dirinya, kami akan bersatu kembali pada akhirnya!”

Karena hubungan lampaunya dengan Magha yang Baik, tumimbal lahir sebagai Raja Sakka, sekarang menyamar sebagai Asura umumnya, putri yang cantik pun tertarik kepadanya. Lalu putri Asura memilih dirinya di antara semua para Asura.

Raja Sakka membawa ia menuju ke alam Surga 33, menjadikan dirinya sebagai istri yang ke-empat, dan mereka hidup bahagia selamanya.
Sumber : Selfy Parkit. Diedit dan diceritakan kembali oleh Mustika Dhamma.

Komentar

Hindu blog mengatakan…
saya suka baca blog ini sngt brguna

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “