I. KAMALOKA / KAMADHATU
Yakni alam nafsu-keinginan, tempat keberadaan
makhluk-makhluk duniawi. Ada sebelas ( 11 ) alam kehidupan yang termasuk
didalam Kamaloka ini, yang terbagi dalam dua alam, yaitu :
1).Dugati ( Alam-alam menyedihkan ), dan,
2).Sugati ( Alam Bahagia ).
1.) Dugati ( Alam-alam menyedihkan )
Dugati terdiri dari empat (4) alam yang kesemuanya
merupakan tempat hidup “yang menyedihkan”. Alam ini disebut juga “Empat Alam
Kemerosotan”(Apâyabhûmi). Istilah ‘apâyabhûmi’ terbentuk dari tiga kosakata,
yakni ‘apa‘ yang berarti ‘tanpa, tidak ada’, ‘aya‘ yang berarti ‘kebajikan’,
dan ‘bhûmi‘ yang berarti ‘alam tempat tinggal makhluk hidup’. Apâyabhûmi adalah
suatu alam kehidupan yang tidak begitu ada kesempatan untuk berbuat kebajikan.
Delapan jenis suciwan tidak akan terlahirkan di alam ini, dan tidak ada satu
makhluk pun dalam alam ini yang mampu meraih kesucian dalam kehidupan sekarang.
Alam ini juga sering disebut sebagai ‘dugga-tibhûmi‘.
Yang menyebabkan suatu makhluk terlahir di alam “Dugati” /
empat alam menyedihkan ( disebut juga “apaya-bhumi” ) adalah karena :
1. Tidak pernah Berdana ( bersedekah )
2. Tidak menjaga Sila ( Moralitas : Setidaknya ada lima
Sila yang harus dijaga, yaitu : 1. Tidak membunuh makhluk hidup apapun juga
(termasuk binatang) , 2. Tidak mengambil barang yang tidak diberikan, 3. Tidak
berbuat sex yang menyimpang / tidak seharusnya ( perilaku cabul, perzinahan,
dll ). 4. Tidak berucap dusta, 5. Tidak meminum minuman / obat-obatan yang
menyebabkan lemahnya kesadaran ( yang memabukkan, seperti narkoba, extasy,
minuman keras / beralkohol, dll. )
3. Tidak pernah mempunyai rasa hormat kepada orang-orang
lain.
‘Duggati’ terbentuk dari dua kosakata, yakni ‘du‘ yang
berarti ‘jahat, buruk, sengsara’, dan ‘gati‘ yang berarti ‘alam tujuan bagi
suatu makhluk yang akan bertumimbal lahir’. Duggatibhûmi adalah suatu alam
kehidupan yang buruk, menyengsarakan. Walaupun kerap dipakai se-bagai suatu
padanan,duggatibhûmi sesungguhnya tidaklah sama persis cakupannya dengan
apâyabhûmi. Apâyabhûmi terdiri atas empat alam, yakni:
a). Niraya ( Ni + aya ; tanpa kebahagiaan )/ Neraka (
Sanskerta )
Yaitu alam keberadaan yang menyedihkan, tempat para makhluk
menebus Kamma buruk mereka. Manusia yang dalam hidupnya cenderung kearah
penganiayaan makhluk hidup, membunuh makhluk hidup apapun juga, dan senantiasa
terjerembab dalam tindakan-tindakan jahat yang dilakukan baik oleh pikiran,
ucapan, dan perbuatan, maka ia akan terlahir dialam Niraya ini.
Sesungguhnya, anggapan bahwa neraka adalah tempat hidup
yang kekal abadi bagi semua makhluk yang selama masa hidup sebelumnya banyak
berbuat karma buruk, adalah keliru. Tidak ada yang kekal-abadi, termasuk
didalam neraka sekalipun. Setelah habisnya Kamma buruk yang menyebabkan mereka
“tercebur” kedalam alam penuh derita ini ( sama-sekali tidak ada kesenangan,
hanya derita yang ada ), makhluk-makkhluk yang hidup dialam ini akan lahir
kembali dalam alam-alam lain sesuai timbunan kamma-kamma mereka sendiri, yang
telah mereka pupuk selama ribuan tahun rentang pengembaraannya dalam samsara.
Dikisahkan bahwa Mallikâ, yang pernah melakukan perzinahan
dengan seekor anjing, berada dalam alam neraka hanya dalam waktu tujuh hari.
(Mallikâ adalah permaisuri kesayangan Raja Pasenadi Kosala). Atas kematiannya,
raja bertanya kepada Sang Buddha ke alam manakah gerangan istrinya terlahirkan
kembali. Beliau tidak menjawab meskipun ditanya setiap hari selama seminggu
penuh karena khawatir kalau raja akan bersedih hati mengetahui penderitaan yang
harus ditanggung oleh Mallikâ. Baru setelah Mallikâ keluar dari neraka Avîci
dan terlahirkan kembali di Surga Tusita, Beliau memberikan jawaban. Tidaklah
‘adil’ untuk menjebloskan suatu makhluk sepanjang hidup (selamanya) dalam
neraka hanya karena suatu kejahatan yang pernah dilakukannya dengan mengabaikan
semua kebajikannya dan tanpa memberi peluang sedikit pun untuk memperbaiki
kehidupannya. Neraka bukanlah suatu tempat pelampiasan kesewenang-wenangan
suatu Pencipta Adikodrati yang murkah karena diabaikan atau dikhianati oleh
makhluk-makhluk ciptaannya.
Neraka terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Neraka Besar (Mahâ-niraya)
2. Neraka Kecil (Ussadaniraya).
Neraka besar terdiri atas delapan alam:
1. Sañjîva
Alam kehidupan bagi makhluk yang secara bertubi-tubi
dibantai dengan pelbagai senjata; begitu mati langsung terlahirkan kembali di
sana secara berulang-ulang hingga habisnya akibat kamma yang ditanggung. Mereka
yang suka mempergunakan kekuasaan yang dimiliki untuk menyiksa makhluk lain
yang lebih lemah atau rendah kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.
2. Kâïasutta
Alam kehidupan bagi makhluk yang dicambuk dengan cemeti
hitam dan kemudian dipenggal-penggal dengan parang, gergaji dan sebagainya.
Mereka yang suka menganiaya atau membunuh bhikkhu, sâmaóera atau pertapa; atau
para bhikkhu-sâmaóera yang suka melanggar vinaya kebanyakan akan terlahirkan di
alam ini.
3. Sanghâta
Alam kehidupan bagi makhluk yang ditindas hingga luluh
lantak oleh bongkahan besi berapi. Mereka yang tugas atau pekerjaannya
melibatkan penyiksaan terhadap makhluk-makhluk lain, misalnya pemburu, penjagal
dan lain-lain kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.
4. Dhûmaroruva
Alam kehidupan bagi makhluk yang disiksa oleh asap api
melalui sembilan lubang dalam tubuh hingga menjerit-jerit kepengapan. Mereka
yang membakar hutan tempat tinggal binatang; atau nelayan yang menangkap ikan
dengan mempergunakan racun dan sebagainya kebanyakan akan terlahirkan di alam
ini.
5. Jâlaroruva
Alam kehidupan bagi makhluk yang diberangus dengan api
melalui sembilan lubang dalam tubuh hingga meraung-raung kepanasan. Mereka yang
suka mencuri kekayaan orangtua atau barang milik bhikkhu, sâmaóera atau
pertapa; atau mencoleng benda-benda yang dipakai untuk pemujaan kebanyakan akan
terlahirkan di alam ini.
6. Tâpana
Alam kehidupan bagi makhluk yang dibentangkan di atas besi
membara. Mereka yang membakar kota, vihâra, sekolahan dan sebagainya kebanyakan
akan terlahirkan di alam ini.
7. Patâpana
Alam kehidupan bagi makhluk yang digiring menuju puncak
bukit membara dan kemudian dihempaskan ke tombak-tombak terpancang di bawah.
Mereka yang menganut pandangan sesat bahwa pemberian dâna tidak membuahkan
pahala, pemujaan kepada Tiga Mestika tidak berguna, penghormatan kepada dewa
tidak berakibat, tidak ada akibat dari perbuatan baik maupun buruk, ayah-ibu
tidak berjasa, tidak ada kehidupan sekarang maupun mendatang, dan tidak ada
makhluk yang terlahirkan dengan seketika kebanyakan akan terlahirkan di alam
ini.
8. Avîci
Alam kehidupan bagi makhluk yang direntangkan dengan besi
membara di empat sisi dan dibakar dengan api sepanjang waktu. Mereka yang
pernah melakukan kejahatan terberat, yakni membunuh ayah, ibu atau Arahanta,
melukai Sammâsambuddha, atau memecah-belah pasamuan Saõgha niscaya akan
terlahirkan di alam ini. Avîci kerap diang-gap sebagai alam kehidupan yang
paling rendah.
Neraka kecil terdiri atas delapan alam:
1. Angârakâsu: Alam neraka yang terpenuhi oleh bara api
2. Loharasa: Alam neraka yang terpenuhi oleh besi mencair
3. Kukkula: Alam neraka yang terpenuhi oleh abu bara
4. Aggisamohaka: Alam neraka yang terpenuhi oleh air panas
5. Lohakhumbhî: Alam neraka yang merupakan panci tembaga
6. Gûtha: Alam neraka yang terpenuhi oleh tahi membusuk
7. Simpalivana: Alam neraka yang merupakan hutan pohon
ber-duri
8. Vettaranî: Alam neraka yang merupakan air garam berisi
duri rotan
b).Tiracchana-yoni ( tiro=melintasi;acchana=pergi )
Ini adalah dunia para hewan. Makhluk-makhluk dilahirkan
sebagai binatang-binatang karena Kamma buruk mereka. Setelah masa hidupnya
habis, binatang-binatang ini akan lahir dialam-alam lain, misalnya di alam
manusia, jika mereka mempunyai Kamma yang cukup untuk itu.
Dengan pengertian lain, binatang disebut Tiracchâna karena
merintangi jalan menuju pencapaian Jalan dan Pahala. Binatang sesungguhnya
tidak mempunyai alam khusus milik mereka sendiri melainkan hidup di alam
manusia. Binatang memiliki hasrat untuk menikmati kesenangan inderawi serta
berkembang-biak; naluri untuk mencari makan, bersarang, dan sebagainya; dan
perasaan takut mati, mencintai kehidupannya. Binatang tidak mempunyai kemampuan
untuk membedakan kebajikan dari kejahatan, kebenaran dari kesesatan, dan
sebagainya (dhammasaññâ, conscience) kecuali kalau terlahirkan sebagai calon
Buddha (bodhisatta) yang sedang memupuk kesempurnaan. Bodhisatta tidak akan
terlahirkan sebagai binatang yang lebih kecil dari burung puyuh [semut
misalnya] atau lebih besar dari gajah [dinosaurus misalnya].
Sebenarnya, Kamma yang mewujudkan dirinya dalam bentuk
seorang manusia bisa juga mewujudkan dirinya dalam bentuk seekor binatang,
demikian juga sebaliknya, sebagaimana halnya arus listrik yang dapat mewujudkan
dirinya dalam bentuk : sinar, panas, dan gerakan secara berturutan; dalam hal
ini, yang satu tidak perlu merupakan perkembangan lebih lanjut dari yang
lainnya.
Sebagai contohnya, seorang manusia yang dalam masa hidupnya
mengalami masa-masa dimana ia bertingkah laku bagaikan hewan, tidak mempunyai
kebajikan, kesadaran / kecerdasan moral, hanya mengumbar hawa nafsu sexual dan
nafsu-nafsu biadabnya, maka sesungguhnya ia tak ubahnya sebagai “binatang”,
meski wujudnya saat itu adalah manusia. Kemudian karena kamma buruknya ia
selama hidup memperoleh makanan dari mencuri, mengais-ngais ditempat sampah,
saat itupun ia tak ubahnya bagai binatang. Bila kita mempunyai teman, saudara,
yang mempunyai cara hidup demikian, sebaiknya kita membimbingnya kearah yang
baik dan benar. Sesungguhnya, alam kehidupan itu adalah “kondisi-batin”. Tak
perlu menunggu mati baru bisa tahu ia terlahir dimana, hanya dengan melihat
kondisi batinnya, ia akan tahu, saat itu ia hidup dialam mana.
Komentar