SABDO PALON NOYO GENGGONG OM Swastyastu, --- Ya Tuhan, semoga Engkau selalu memberikan perlindungan --- Sabdo berarti kata-kata, palon kayu pengancing kandang, noyo pandangan, genggong langgeng tidak berubah Pedoman Hidup Abadi di Tanah Jawa Dari Blog : NatashaPratimaAsti Disini di ceritakan Bagaimana Prabu Brawijaya , Sunan Kalijaga dan SABDO Read more: http://kebangkitan-hindu.blogspot.com/2009/10/sabdo-palon-noyo-genggong.html#ixzz74Pwz9VKz
PALON...Sebuah awal...akan di mulainya Kehancuran Jawa yang akan datang...yang sekarang sudah mulai terbukti kebenarannya...
Prabu
Brawijaya melarikan diri ke Bali (Klungkung) setelah Majapahit jatuh di
tangan Raden Patah anaknya sendiri yang sudah masuk Islam sekarang sudah
sampai di Blambangan. Akhirnya Sunan Kalijaga berhasil menemui beliau
dan terjadilah percakapan ;
Sunan Kalijaga: kini
putra paduka ingat bahwa paduka lolos dari istana dan tidak keruan
tinggal dimana. Paduka dimohon kembali ke Majapahit, tetaplah menjadi
raja, dijunjung para punggawa, menjadi pusaka dan pedoman yang dijunjung
tinggi anak cucu dan para sanak saudara, dihormati dan dimintai restu
keselamatan semua di bumi. Apabila paduka berkenan memegang tahta lagi,
paduka ingin tinggal di gunung mana paduka tinggal, putra paduka memberi
busana dan makanan untuk paduka, tetapi mohon pusaka kraton di tanah
Jawa, diminta dengan tulus.
Prabu Brawijaya berkata: aku
muak bicara dengan santri mereka bicara dengan mata tujuh, lamis semua,
maka blero matanya. Menunduk dimuka tetapi memukul dibelakang.
Kata-katanya hanya manis dibibir, batinnya meraup pasir ditaburkan ke
mata , agar buta mataku ini. Dulu-dulu aku beri hati, tapi balasannya
seperti kenyung buntut.
Sunan Kalijaga: apabila prabu tidak bersedia mengikuti saranku lebih baik bunuh saja hamba.
Prabu Brawijaya: Sahid
duduklah dulu kupikir baik-baik kupertimbangkan saranmu, benar dan
salahnya, baik dan buruknya, karena aku khawatir omongmu itu bohong
saja. Seumpama aku ke Majapahit Si Patah bencinya tidak sembuh punya
ayah Buddha kawak kafir kufur, kemudian aku ditangkap, dikebiri, disuruh
menunggu pintu belakang, pagi sore dibokongi sembahyang, apabila tidak
tahu kemudian dicuci di kolam digosok dengan ilalang kering. Coba
pikirlah Sahid alangkah sedih hatiku orang sudah tua renta, lemah tak
berdaya kok akan direndam dalam air.
Sunan Kalijaga: mustahil
jika demikian besok hamba yang tanggung, tidak mungkin putra paduka
berlaku demikian. Akan halnya masalah agama hanya terserah sekehendak
paduka, namum lebih baik paduka berkenan berganti syarat Rasul dan
mengucapkan asma Allah. Akan tetapi jika paduka tidak berkenan itu tidak
masalah. Toh hanya soal agama. Pedoman orang Islam itu syahadat,
meskipun salat dingklak-dingkluk jika belum paham syahadat itu tetap
kafir namanya.
Terjadi
percakapan Teologi dan Sunan Kalijaga berbicara banyak-banyak agar Prabu
Brawijaya berkenan pindah agama, jika paduka memeluk Islam, manusia
Jawa tentu kemudian Islam semua, setelah itu prabu Brawijaya mengucapkan
kalimat syahadat.
Setelah kejadian itu minta potong rambut, tetapi belum lahir bathin rambut paduka belum bisa terpotong.
Setelah potong rambut…
Prabu Brawijaya: kamu
berdua kuberi tahu mulai hari ini aku meninggalkan agama Buddha dan
memeluk agama Islam. Kalau kalian mau, kalian akan kuajak pindah agama
Rasul dan meninggalkan agama Buddha.
Sabdo Palon: hamba
ini Ratu Dang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta,
menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku
Manumasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun-temurun sampai sekarang.
Hamba mengasuh penurun raja-raja Jawa. Hamba tidak tidur sampai 200
tahun. Selama tidur hamba selalu ada perang saudara, manusia yang nakal
membunuh bangsanya sendiri, sampai sekarang umur hamba sudah 2.000 lebih
3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya,
sejak pertama menepati agama Buddha. Baru paduka berani meninggalkan
pedoman leluhur Jawa. Jawa artinya tahu. Mau menerima berarti Jawan.
Kalu hanya ikut-ikutan akan membuat celaka muksa paduka kelak.
Halilintar
bersahutan menyambut perkataan Wikutama (Sabdo Palon). Prabu Brawijaya
disindir oleh Dewata karena mau masuk agama Islam, yaitu dengan
perwujudan keadaan dunia ditambah tiga hal: (1). rumput jawan (2) padi
Randanunut dan (3) padi Mriyi.
Prabu Brawijaya: bagaimana niatmu, mau apa tidak meninggalkan agama Buddha masuk agama Rasul.
Sabda Palon: paduka
masuklah sendiri. Hamba tidak tega melihat watak sia-sia, seperti
manusia Arab itu. Menginjak-injak hukum, menginjak-injak tatanan. Jika
hamba pindah agama pasti akan celaka muksa hamba kelak. Yang mengatakan
mulia itu kan orang Arab dan orang Islam semua memuji diri sendiri. Mati
yang utama itu sewu satus telung puluh . Artinya satus itu putus, telu
itu tilas, puluh itu pulih, wujud kembali, wujudnya rusak, tetapi yang
rusak berasal dari ruh.
Prabu Brawijaya: ”ciptaku menempel pada orang-orang yang lebih”.
Sabdo Palon: itu
manusia tersesat, seperti kemladeyan menempel di pohon besar,
tidak punya kemuliaan sendiri hanya numpang. Itu bukan mati yang utama.
Tapi matinya manusia nista, sukanya menempel, ikut-ikutan, tidak
memiliki sendiri, jika diusir gentayangan menjadi kuntilanak.
Prabu Brawijaya: aku akan kembali kepada suwung, kekosongan, ketika aku belum maujud apa-apa, demikianlah tujuan matiku kelak.
Sabda Palon: itu
matinya manusia tidak berguna, ketika hidupnya seperti hewan, hanya
makan, minum dan tidur. Demikian hidup bisa gemuk kaya daging. Penting
minum dan kencing saja, hilang hidup dalam mati.
Prabu Brawijaya: aku menunggui tempat kubur, apabila sudah hancur luluh menjadi abu.
Sabdo Palon: itulah
matinya orang bodoh, menjadi setan kuburan, menunggui daging di kuburan,
daging sudah luluh menjadi tanah, tidak mengerti ruh baru. Itu manusia
bodoh.
Prabu Brawijaya: aku akan muksah dengan ragaku.
Sabdo Palon: kalau orang Islam terang tidak bisa muksa, tidak mampu meringkas makan badannya, gemuk kebanyakan daging.
Prabu Brawijaya: aku tidak punya kehendak apa-apa, tidak bisa memilih, terserah Yang Maha Kuasa. Dimanakah Tuhan Yang Sejati ?
Sabdo Palon: tidak jauh tidak dekat, paduka bayangannya sendiri. Paduka wujud sifat sukma. Sejatinya tinggal budi, hawa, dan badan.
Prabu Brawijaya: apa kamu tidak mau masuk agama Islam ?
Sabdo Palon: ikut
agama lama, kepada agama baru tidak!. kenapa paduka berganti agama
tidak bertanya kepada hamba? Apakah paduka lupa nama hamba Sabdo Palon? Sabdo atinya kata-kata, Palon kayu pengancing kandang. Naya artinya
pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi bicara hamba
itu bisa untuk pedoman orang tanah Jawa, langgeng selamanya. Sungguh
jika sudah berganti agama Islam,meninggalkan agama Buddha, keturunan
paduka akan celaka, Jawa tinggal jawan, artinya hilang, suka ikut bangsa
lain. Paduka besok saksikan banyak manusia suka menipu, berani bertindak
nista, dan suka bersumpah. Besok setelah bertaubat ingat kepada agama
Buddha lagi dan kemudian mau makan buah pengetahuan, Dewa kemudian
memaafkan, hujan kembali seperti jaman Buddha.
Prabu Brawijaya: aku
menyesal masuk Islam dan meninggalkan agama Buddha. Ia masuk agama Islam
karena istrinya putri Cempa yang mengatakan orang agama Islam itu kelak
apabila mati akan masuk surga yang melebihi surganya orang kafir.
Sabdo Palon: sejak
jaman kuno, bila laki-laki menurut perempuan, pasti sengsara, karena
perempuan itu utamanya untuk wadah, tidak berwenang mulai kehendak. Aku
akan memisahkan diri dengan paduka.
Prabu Brawijaya: kamu
cela tanpa guna, karena sudah terlanjur, sekarang hanya kamu yang
kutanya,masih tetapkah tekadmu? Aku masuk agama Islam disaksikan oleh Si
Sahid, sudah tidak bisa kembali lagi ke agama Buddha. Kamu mau pergi
kemana ?
Sabdo Palon: tidak
pergi, tetapi tidak berada di situ, hanya menepati yang namanya Semar,
artinya melingkupi sekalian wujud, anglela kalingan padang.
Prabu Brawijaya: ”Aku
bersumpah besok apabila ada orang Jawa tua, berpengetahuan, yaitulah
yang akan diasuh Sabdo Palon. Orang tua itu akan diajari benar salah”.
Besok gantilah Negara Blambangan dengan nama Negara Banyuwangi agar
menjadi pertanda kembalinya Sabdo Palon ke tanah Jawa membawa asuhannya.
Setelah
meninggal Prabu Brawijaya, Raden Patah datang ke kubur ayahnya sendiri
terdengar suara yang memekikkan telinga ”Habis cinta kasihku kepada anak
enakanlah makan dan tidur. Ada gajah digertak seperti kucing, walaupun
mati wujudku, tetapi ingatlah besok, apabila sudah agama Kawruh, besok
akan ku balas. Kuajari tahu benar dan salah, cara memangku kerajaan,
makan babi seperti jaman Majapahit”.
Sunan
Kalijaga diampuni oleh Allah, dengan pasemon adanya orang-orang yang
punggungnya sampai ke punuk disisipi tatal kayu jati. Maksudnya punukmu
panakna, ilmu sejati itu tidak usah berguru kepada orang Arab.
Melihat
SEJARAH diatas yang merupakan kupasan dari SABDA PALON..kita sebagai
generasi penerus Hindu harus mempunyai keyakinan teguh dalam berpikir,
berkata dan berbuat..., kita mesti lebih baik dan berbudi serta berani
dalam segala tindakan kita yang benar...untuk itu Bangkitlah
teman-teman, sodara-sodara - ku....jangan biarkan kita larut dalam
kebisuan..mesti bangkit sebagai generasi HINDU-BUDDHA dan Berani melawan ke
tidak adilan.
Ini Merupakan awal proses Kita di masa depan untuk menghadapi kenyataan yang akan datang...
Dikutif dari Buku Ramalan Ghaib Sabdo Palon Noyo Genggong Dimuat di Media Hindu Nopember 2008
OM Shanti Shanti Shanti OM..
--- Ya Tuhan, Semoga Damai di Hati, Damai di Dunia, Damai untuk selamanya ---
Artikel Terkait
- Akibat Pindah Agama Menurut HINDU
- BEKERJA Menurut HINDU
- Mantram dan Sloka Ke Esaan Tuhan menurut Hindu
- Bhisma dan Rasa Nasionalisme
- KISAH CANDI PRAMBANAN
- Kerajaan Pasudan / Padjadjaran, Sebuah Kilas Balik Sejarah.
- MAHAYOGISVARA MPU BARADAH
- Sejarah/Babad Penaklukan Bali atas Majapahit
- Kalo Konsepnya reinkarnasi, knp jumlah penduduk dunia terus bertambah?
- Penjelasan tentang Avatara Sri Vishnu ke-10 yang akan Hadir ( bagian ke II )
- Penjelasan tentang Avatara Sri Vishnu ke-10 yang akan Hadir
- Siapakah Pembawa Ajaran Hindu Ke Dunia?
- Pemahaman dan Arti Simbol Ongkare
Komentar