Makanan Sincia dan Maknanya
Budaya-Tionghoa.Net | Makanan Sincia di Indonesia sangat unik dan berbeda jauh dari
negeri asalnya, berbeda juga dengan negeri lain semisal Malaysia, Singapore,
Thailand, Vietnam, dsb. Kalau lebih spesifik lagi, bahkan tiap daerah akan
berbeda pula, baik nama, cara masak, gaya dan rasanya.
Sebagai contoh yang paling jelas adalah keberadaan Lontong Cap
Go Meh….di mana pun juga selain di Indonesia, tidak akan pernah ditemukan
makanan ini, dari rasa, style, aroma apalagi nama.
Contoh yang lain adalah ‘yu sheng’ yang dengan mudah ditemukan
di Singapore. Di hampir setiap rumah tangga yang merayakan Imlek, pasti ada
hidangan ini, yaitu hidangan dari ikan, sesuai namanya ‘yu’ yang diiris tipis,
mentah dan disajikan untuk seluruh keluarga, dengan maksud ‘ada sisa’ maksudnya
adalah serba kecukupan untuk tahun-tahun berikutnya. Yu sheng ini bukan sajian
umum untuk Indonesia, walaupun sekarang di restoran-restoran di Jakarta banyak
yang menyajikannya.
Sajian dan rangkaian makanan Sincia yang berhasil saya cari dan
dapatkan sedikit referensi adalah seperti di bawah ini. Contoh menu meja sajian
Sembahyang Imlek:
Sajian Utama:
1.
Ca Rebung Iris Kasar (di dalamnya kadang disertakan juhi,
haisom, abalone dan taoco)
2.
Ca Rebung Iris Halus (bersama kepiting, udang, atau hisit)
3.
Daging masak kecap (biasanya digunakan daging babi)
4.
Sosis daging masak kecap
5.
Masakan dari kaki
6.
Masakan dari paru
7.
Masakan dari lambung
8.
Sate daging
9.
Ayam O (dimasak bersama taoco dan facai)
10.
Opor Ayam
11.
Sambel Goreng (ampla, hati ayam, dan petai)
12.
Mi Goreng
Kue-kue wajib di meja sajian:
1.
Kue Keranjang (disusun 3, 4, atau 5 buah dihias dengan kertas
minyak warna merah)
2.
Kue Moho (bisa diganti dengan Kue Mangkok, biasanya dicari yang
berwarna merah jambu atau merah). salah satunya diletakkan di atas susunan kue
keranjang.
3.
Kue Ku warna merah
4.
Kue Lapis
5.
Wajik (warna merah atau cokelat gula merah)
6.
Kue Nagasari
7.
Kue Bugis
8.
Kue Lemper (dibungkus seperti burung)
9.
Madu Mongso
10.
Bongko Cunduk, Bongko Meniran, atau Bongko Kopyor
11.
Coro Bikang
12.
Ketan Tetal (ketan warna biru disajikan dengan sambal ebi)
Manisan wajib:
1.
Tangkue
2.
Angco (kurma merah, bisa diganti dengan manisan ceremai warna
merah. Biasanya manisan ini disajikan dalam piring-piring kecil atau
ditusuk-tusuk seperti sate. Ditata di atas meja khusus bernama cenap. Biasanya
tiap tusuk mewakili satu leluhur.)
Buah-buahan wajib:
1.
Pisang Raja atau Pisang Mas 1 sisir
2.
Tebu
3.
Srikaya
4.
Jeruk Bali, sebagai lambang persatuan (masih lengkap dengan tangkai
dan daunnya)
5.
Delima merah
6.
Nanas
7.
Lengkeng
8.
Jeruk Lokam
9.
Belimbing
Biasanya buah-buahan ini dihiasi atau dibungkus dengan kertas
minyak warna merah.
Makna sajian-sajian utama tsb di antara lain adalah:
Rebung
Melambangkan pengharapan baru, kehidupan baru yang lebih baik di
tahun yang baru. Rebung adalah tunas bambu muda yang mulai tumbuh di musim
semi, dan bentuk dari rebung yang berlapis dan bambu sendiri yang ada ruas dan
buku, melambangkan tingkat-tingkat kehidupan yang diraih makin ke atas.
Mie
Jelas sekali merupakan pengharapan panjang umur. Di satu tempat
dengan tempat lain berbeda, ada yang menyajikan mie, ada yang mieswa, ada yang
sohun. Apapun itu mengandung arti dan makna yang sama. Kesehatan dan umur
panjang.
Samseng
Diambil dari dialek Hokkian dari kata asli ‘shan sheng’ yang
artinya secara harafiah ‘tiga segar’. Samseng ini adalah 3 jenis daging yang
disajikan hanya di saat-saat istimewa, dalam tahun baru Imlek, Ceng Beng, atau
dalam sembahyangan kematian. Samseng sendiri mengandung arti 3 hewan darat,
laut dan udara. Penghormatan kepada alam semesta yang sudah bermurah hati memberikan
kelimpahan pangan di tahun sebelumnya. Hewan darat biasa diwakili oleh babi,
laut diwakili ikan atau kepiting, sementara udara diwakili ayam atau bebek.
Bagi keluarga yang berkecukupan, kepala babi bisa disajikan, ayam utuh atau
bebek utuh juga disajikan. Sementara bagi keluarga sederhana, biasa disajikan
sekerat samcan, seekor ikan dan sebutir telur untuk mewakili.
Maksud sajian samseng ini adalah mengucap syukur atas apa yang
sudah didapat sepanjang tahun sebelumnya. Semua disajikan dengan cara direbus
yang mengandung makna kesederhanaan dan ucapan syukur.
Daging
Biasanya daging babi yang berlapis, atau nama lain adalah
samcan, yaitu bagian belly, yang konon bagian terbaik karena berlapis selang
seling daging dan lemak. Dan menunjukkan tingkat-tingkat kehidupan yang naik.
Kata ‘samcan’ adalah dari dialek Hokkian ‘shan cheng’, yang artinya 3 lapis.
Kata ‘samcan’ hanya dikenal di Indonesia.
Ayam
Yang dimasak dengan berbagai cara, masak-o, opor, melambangkan
pengharapan penghidupan yang makmur. Jaman dulu, di pedesaan (sampai sekarang
juga masih), makan daging ayam merupakan kemewahan tersendiri, dan hanya pada
kesempatan khusus bisa dilakukan. Di Indonesia, khususnya di Jawa, masak-o
yaitu masak dengan tauco melambangkan warna tanah yang memberikan penghidupan
para petani, sementara dimasak opor melambangkan warna emas.
Sebenarnya opor di Jawa terdiri dari 2 macam, opor putih dan
opor kuning. Opor putih di sini lebih banyak diminati oleh kalangan emak-emak
(sebutan), yaitu para wanita Tionghoa yang sudah membaur dengan kebiasaan
setempat mengenakan baju kurung (bukan kebaya) dan sarung selayaknya penduduk
setempat. Penampilan unik ini hanya ada di Jawa. Inilah yang disebut emak-emak
atau golongan Tionghoa babah. Sebutan Tionghoa babah adalah golongan yang sudah
berasimilasi dan berbaur dengan penduduk lokal, sementara Tionghoa totok adalah
golongan yang baru datang dari China dan belum berbaur.
Sementara opor kuning, biasa dimasak oleh penduduk asli dengan
menambahkan kunyit, dengan alasan “luwih ayu” (lebih cantik), tidak pucat dan
lebih menyehatkan badan karena kunyit sebagai penyeimbang santan. Seperti
diketahui bahwa fungsi kunyit sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Makna warna kuning diasosiasikan dengan emas, yang berkonotasi
kemakmuran dan kemakmuran. Saya pribadi lebih suka opor kuning, yang memang
terlihat lebih cantik dan rasanya lebih “sedep”.
Kue Keranjang
Nama sebenarnya adalah ‘nian gao’ (baca: nien kau) atau nama
lain dalam dialek Hokkian disebut ‘thi kue’ artinya kue manis. Kata ‘gao’ sendiri
juga berarti tinggi, jadi nama ‘nian gao’ bisa bermakna ‘tahun tinggi’,
maksudnya tiap tahun makin meningkat (kesuksesan). Kue keranjang terbuat dari
beras ketan dan gula, sehingga lengket dan manis sekali. Melambangkan kerekatan
dan kerageman anggota keluarga, dan semua harapan baik dan manis. Ada juga yang
berpendapat bahwa kue keranjang ini adalah untuk ‘menyuap’ Dewa Dapur yang
melapor ke Kaisar Langit supaya apa yang dilaporkan yang manis-manis serta
mulut sang dewa lengket susah berkata yang jelek.
Jeroan (babi atau ayam)
Melambangkan mutiara, segala sesuatu yang berharga yang
diharapkan akan berlimpah di tahun yang baru.
Wajik, kue ku dan moho
Wajik yang berwarna merah dari ketan, berbentuk kerucut
melambangkan pengharapan baik, yang makin tinggi. Kerageman dan keeratan
anggota keluarga juga terlambang di sini. Kue ku dan moho yang berwarna merah,
sama juga melambangkan persatuan anggota keluarga. Dan warna merah, sesuai
dengan legenda untuk menakuti monster yang bernama “Nian” (baca: nien), yang takut
warna merah dan suara keras. Legenda ini sudah banyak diceritakan di mana-mana.
Pisang Emas atau Pisang Raja
Nama pisang dalam bahasa Mandarin adalah ‘xiang jiao’ (baca:
siang ciau). Kata xiang yang berarti harum, melambangkan pengharapan keharuman keluarga,
seluruh anggota keluarga membawa kemuliaan dan tidak memalukan perbuatannya
dalam masyarakat. Warna kuning yang melambangkan emas sudah jelas artinya,
kemakmuran yang diharap.
Jeruk, Belimbing dan buah lainnya
Semua melambangkan pengharapan baik, kemakmuran, kesejahteraan,
kepintaran, dsb. Secara prinsip, semua perlambang adalah untuk kebaikan seluruh
anggota keluarga.
Komentar