Jika ada se-Seorang yang begitu men-Cintai Saya
如果有人这样爱我
Pada
sebuah acara makan malam bersama, seorang gadis menyampaikan keinginannya untuk
putus kepada si pemuda. Sejenak, si pemuda menjadi termangu-mangu. Pada
akhirnya, perlahan-lahan ia dapat menerima permintaan tersebut. Si gadis
berkata:”Meskipun putus, kita masih berteman.””Ya, betul! Jika kamu memiliki
kesulitan, saya pasti akan membantu.”timpal si pemuda. Sesudah kejadian yang
menegangkan itu, mereka kembali seperti biasanya, tertawa-tawa, seakan-akan
tidak terjadi sesuatu. Dengan tenang, mereka menyelesaikan acara makan bersama
yang terakhir kalinya.
Belakangan
si pemuda, setiap hari masih menelpon si gadis menanyakan:”Bagaimana keadaanmu?
Sudah pulang ke rumah belum? Apakah sudah makan kenyang?”Walaupun si gadis
merasa aneh, ia tetap menanggapi dengan baik perhatian dari si pemuda. Sampai
pada suatu saat, tiba-tiba si gadis melampiaskan kemarahannya kepada si pemuda.
Ia berkata:”Apa urusanmu?”
Ternyata,
si gadis sedang bertengkar dengan kekasihnya yang baru. Si pemuda yang malang
menjadi tempat pelampiasan amarah si gadis. Sejak kejadian itu, si gadis tidak
lagi mendapat telepon dari si pemuda. Sebenarnya si gadis merasa agak janggal,
akan tetapi ia tidak menghiraukannya. Lewat beberapa hari, si pemuda belum kunjung
menelepon si gadis. Ia mulai berpikir:”Apa mau dia? Saya baru mengatainya 2
patah kata sudah menjadi marah. Sungguh keterlaluan! Sudahlah, memang salah
saya, memarahinya tanpa dasar. Lebih baik saya yang menelepon, sekalian
memberitahu: sebagai pria jangan berpandangan
sempit, amarah sesaat seorang wanita jangan diambil hati.”
Namun,
walau telah setengah hari mencoba menghubungi, tak juga kunjung berhasil. Tidak
mengapa jika tidak bisa menjawab telepon, masalahnya operator telepon seluler
mengatakan: telopon yang anda tuju sedang tidak aktiv/berada di luar jangkauan.
Si gadis mulai merasa aneh. Pertama-tama, ia mengunjungi tempat di mana di
pemuda bekerja. Teman-teman sekantor mengatakan jika ia telah lama mengundurkan
diri. Kebetulan bos di tempat itu adalah teman si pemuda. Si gadis bertanya
kepada sang bos:”Dimana keberadaan si pemuda sekarang?”Sang bos menjawab:”Tidak
tahu! Saya sendiri juga sedang mencarinya.”
Tak
berhasil mendapatkan informasi dari tempat kerja si pemuda, si gadis langsung
menelepon ke rumah si pemuda. Orang rumah mengatakan jika si pemuda telah pergi
ke luar negri. Dalam hati si gadis bertanya-tanya:”Bagaimana mungkin bisa ke
luar negri, padahal keadaan ekonomi keluarganya pas-pasan?”(Sebenarnya masalah
keadaan ekonomi keluarga si pemuda adalah salah satu penyebab mereka putus
hubungan). Meskipun dia hendak ke luar negri tanpa memberitahu saya,
teman-temannya pasti tahu, sungguh
membingungkan. Si gadis pulang ke rumah dengan membawa banyak kecurigaan.
Tiba-tiba
si gadis menemukan sepucuk surat dalam kotak suratnya. Ia membuka & membaca
surat tersebut, ternyata berasal dari si pemuda. Usai membaca, ia baru merasa
benar-benar yakin jika si pemuda sedang berada di luar negri. Hanya saja, si
pemuda tidak menyebutkan dimana tempatnya. Si gadis merasa si pemuda begitu
menjengkelkan, pergi tanpa pamit.
Sejak
saat itu meskipun si gadis tidak pernah bertemu lagi dengan si pemuda, akan
tetapi secara rutin menerima surat darinya, lebih-lebih pada hari-hari spesial.
Semisal: saat ulang tahun si gadis, ia akan memberikan ucapan selamat &
kado. Ketika hari valentine, si pemuda tidak lupa memberikan ucapan selamat
& seikat bunga segar. Sewaktu hari natal, tidak perlu dipertanyakan
lagi...Sampai-sampai di waktu si gadis mengikuti ujian masuk perguruan tinggi,
ia mendapat kiriman kartu pos yang berisi kata-kata penyemangat.
Meskipun
si gadis telah lama tidak berjumpa dengan si pemuda, ia tetap dapat merasakan
perhatian darinya. Si gadis merasa aneh, setiap surat yang dikirim untuknya
selalu tanpa alamat. Apakah ada orang yang mengantarkannya secara khusus? Sungguh
aneh! Sepertinya ada orang yang langsung menaruh surat itu ke dalam kotak
suratnya!
Entah
mengapa semua, teman-teman si pemuda menjadi baik terhadap si gadis. Mereka
tidak hanya memberi kado saat ia ultah, tapi juga mengajaknya jalan-jalan. Lebih
mengherankan lagi teman-teman perempuan si pemuda juga begitu baik terhadap si
gadis, mereka sering mengajak belanja bersama, menelepon sekedar untuk
menanyakan kabarnya.
Pada
awalnya, si gadis merasa tidak terbiasa dengan perlakuan tersebut, lambat-laun
ia menikmatinya. Selama itu, si gadis merasa sangat bahagia & beruntung.
Sampai...suatu hari, si gadis menyadari jika si pemuda telah lama tidak
mengiriminya surat. Sebenarnya, si gadis merasa janggal akan tetapi tidak
terlalu mempedulikannya. Mungkin saja ia sedang sibuk, terka si gadis. Seminggu
telah berlalu, si gadis belum kunjung mendapatkan surat dari si pemuda. Ia
mulai merasa bingung...si gadis tidak tahu apa yang menyebabkannya merasa
bingung, ia hanya ingin membaca surat dari si pemuda...Selama 2 tahun ini, si
pemuda selalu mengirim surat untuk si gadis, lebih-lebih saat hari-hari
spesial. Dari kejauhan, si pemuda selalu memberi ucapan yang hangat, senantiasa
menemani...
Meski
si gadis tidak tahu bagaimana caranya hendak membalas surat tersebut, ia mulai
mencari kabar kesana-kemari mengenai keberadaan si pemuda. Ia mengunjungi
kembali tempat-tempat yang dulunya pernah mereka kunjungi bersama: cafetaria,
kedai teh, toko buku...Sekali mengunjungi suatu tempat, si gadis menghabiskan
waktu seharian. Ia sangat berharap dapat bertemu dengan si pemuda, sayang tidak
membawa hasil. Si pemuda seakan-akan hilang ditelan bumi.
Harapan
terakhir si gadis ada pada mantan teman-teman sekerja si pemuda. Ia menanyakan
kepada mereka tentang kabar si pemuda. Salah seorang dari mereka adalah seorang
wanita. Melihat si gadis, ia tiba-tiba menangis. Si gadis bertanya
kepadanya:”Ada apa?”Sang bos berkata kepada pegawai tersebut:”Berikanlah
secarik kertas ini kepadanya! Dia tahu kemana harus mencari pemuda itu.”Si
gadis melihat, di atas kertas itu tertera sebuah no hp. Ia merasa sangat
bahagia, dalam hati berkata:”Akhirnya...kau kutemukan!”
Si
gadis membuka telepon gengamnya & mulai menelpon:”Hallo...”Dari dalam
telepon terdengar suara sedang memanggil seorang anak laki-laki. Meskipun si
gadis sudah hampir 2 tahun tidak bertemu dengan si pemuda, ia bisa tahu jika
orang yang menerima telepon bukanlah orang yang sedang dicari. Si gadis berkata:”Tolong
tanya...”Tanpa menyimak lebih lanjut perkataan si gadis, si lawan bicara
memotong pembicaraan.”Ya, saya tahu anda siapa. Anda pasti mencari kakak saya!
Saya telah lama menanti anda. Apakah anda sekarang sedang tidak sibuk? Dapatkah
kita bertemu di sebuah tempat? Saya akan bercerita panjang lebar. Anda akan
mengerti.”
Secepat
kilat, si gadis telah sampai di tempat dimana mereka berjanji untuk bertemu.
Begitu berjumpa, si gadis segera tahu jika yang menemuinya adalah adik lelaki
si pemuda. Mereka berdua sangat mirip. Tanpa menunggu lebih lama, si gadis
bertanya:”Dimana kakak mu?”Mendapat pertanyaan dari si gadis, adik lelaki si
pemuda tidak menjawab. Diam-diam ia mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tas
tentengnya untuk diberikan kepada si gadis.
Maaf,
sebenarnya surat ini sudah sejak beberapa hari yang lalu, sudah anda terima.
Karena saya tidak tahu bagaimana hendak memberikannya, barulah anda terima hari
ini. Dengan terkejut, si gadis berkata:”Ternyata anda yang menulis surat untuk
saya.””Bukan! Bukan! Bukan! Saya hanya mewakili kakak untuk menyerahkan kepada
anda.””Untuk apa repot-repot menyembunyikan sesuatu!”Walaupun si gadis tanpak
mengomel, ia tidak dapat menutupi perasaan senangnya. Ia membuka surat itu...
Xiao Lan小岚, apa kabar? Sekarang, cuaca sudah mulai
berubah dingin, perhatikan kesehatan! Bagaimana dengan kuliah kamu? Jangan
terlalu sering bermain-main! Maaf, saya menganggapmu seperti anak kecil saja, begitu mengkuatirkan dirimu.
Kau selalu perlu untuk diperhatikan & dilindungi. Tenanglah, saya telah
meminta orang-orang untuk selalu menjaga dirimu.
Ketika kamu membaca surat ini, saya
telah lama berada di sebuah tempat nan jauh. Saya tidak lagi bisa menjaga
dirimu, di sisi lain juga merasa berat untuk melepaskan mu. Maka dari itu, saya
menulis surat untuk menemani mu haru demi hari. Semoga kau tidak menganggapnya
sebagai masalah. Surat ini adalah surat terakhir, karena saya tidak lagi
memiliki waktu untuk kembali menulis kabar-menanyakan bagaimana keadaan mu. Saya
benar-benar minta maaf.
Bukannya tidak ingin menemui mu, akan
tetapi saya tidak ingin kamu mengetahui keadaan ku yang sekarang, apalagi
merasa bersedih karena diri ku. Keinginan terbesarku adalah kamu bisa
berbahagia. Bukankah sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian nasional! Persiapkan
diri dengan baik, jangan sampai tidak lulus ujian! Ini adalah permohonan
terakhir dari saya.
Coba hitung, berapa banyak surat yang
telah saya tulis untuk mu? Bukankah ada ratusan pucuk surat, mungkin 200 lebih.
Semoga kau tidak menganggap saya terlalu bertele-tele. Meskipun saya segera
meninggalkan mu, saya tidak menyesali hari-hari bersama mu. Bersama mu saya
merasa berbahagia, meski pada akhirnya kau tidak memilih ku.
Keputusan mu adalah hal yang tepat, jika
tidak, saya tidak tahu bagaimana caranya untuk berkata: kita putus. Saya tidak
ingin melibatkan mu dalam masalah. Dengan keadaan ku yang sekarang, tidak
mungkin bisa untuk dapat membahagiakan dirimu. Sejak kita putus, kesehatanku
terus menurun. Setelah berobat ke rumah sakit, dokter mengatakan jika sisa
hidup saya diperkirakan tinggal 3 bulan saja. Syukurlah, kamu telah lebih dulu
minta kita putus. Jika tidak...
Kau memang pandai. Dengan sisa hidup
yang singkat ini, saya telah menulis lebih dari 200 surat untukmu. Saya meminta
tolong adik laki-laki saya agar secara berkala mengirimkan surat-surat tersebut
kepada mu, seolah-olah sedang berada disamping-mu menemani. 2 tahun telah
berlalu, perasaanmu terhadap saya sedikit-banyak mungkin telah menjadi dingin,
pasti lebih bisa menerima kenyataan ini.
Surat ini adalah surat terakhir saya.
Saya tidak bisa menulis surat lebih banyak. Saya tidak tahu apakah dengan
memberitahukan keadaan yang sebenarnya akan mempengaruhi kehidupanmu. Jika hal
ini memberi pengaruh besar, saya minta maaf. Saya tidak akan lagi bisa
menghibur mu, saya hanya ingin mengatakan: wo ai ni..., ingin selamanya bisa
menjaga mu. Meski pada akhirnya kau menikah dengan orang lain.
Saya masih ingin menjadi sahabat mu.
Mungkinkah? Tidak mungkin, waktu yang diberikan kepada saya telah habis! Meski
begitu singkat, saya tidak menyesal karena hidup saya penuh arti. Begitu pula
dengan perjalanan cinta kita, walau singkat, saya merasa beharga. Terimakasih
telah menjadi salah 1 bagian dalam hidup, akhir dari perjalanan cinta saya.
Seandainya saja waktu dapat
kembali...kenyataannya waktu tidak dapat kembali, diri mu harus menanggung
perasaan sedih & luka. Jika pengorbanan & penantian hari esok dapat
membuat kita langgeng, akan saya lakukan. Masalahnya, apakah saya memiliki hari
esok? Saya tetap harus meninggalkan mu.
Jika saya meninggalkan mu begitu saja
berarti tidak lagi mencintai & peduli kepada mu. Tapi, air mata ini
menunjukkan jika saya tidak bisa melepaskan mu begitu saja. Saya masih
mencintai mu. Janganlah menangisi diri ku, mencintai diri mu adalah sebuah
kebahagiaan. Cara termudah untuk memutus sebuah pertalian sangat mudah,
lupakanlah segala kenangan yang ada. Xiao lan lupakanlah diri ku, saya di surga
akan selalu mendoakan kebahagiaan untuk mu.
Sayang
mu xxxx/xx/xx
Si gadis melihat tanggal yang tertera
dalam surat itu, ternyata tepat sebulan setelah perpisahan mereka, 1 hari
setelah ia memarahi si pemuda: ”Apa urusannya dengan kamu?”
Hari itu, cuaca mulai dingin, musim
rontok telah tiba. Malam harinya, di depan pintu rumah si pemuda tampak seorang
gadis menangis sambil memeluk sebuah surat.
Semoga berguna dan mohon maaf bila tidak berkenan di hati anda sadhu.
Penulis: Xie Zheng Ming.
Ahli Sejarah Kuno Conficius dan bahasa Mandarin.
Komentar