“ TIDAK MELEKAT PADA KELUARGA TAPI TETAP SAYANG PADA KELUARGA GIMANA CARANYA“
DISKUSI DHARMA FACEBOOK.
Teman2 Dharma kl
sempat silahkan simak pertanyaan dari Umat di bawah ini
dan kasih komen.
Namo Buddhaya
Bhante, saya mau bertanya 2 hal:
Bagaimana caranya supaya tidak melekat pada keluarga tetapi kita tetap menyayangi mereka?
Mohon pencerahan temen2 dan bhante. Terimakasih Bhante.
Teman2 tlg ks koment yg
benar dan berguna, sadhu.
Komen
dari teman2 sdh benar dan bgs2.
Teman2
maaf kl komen bhante salah.
Kesimpulan: Tidak Melekat pd keluarga tp Tetap Sayang pd
mereka/ keluarga.
Kl konteksnya hal ini bagi umat awam (perumah-tangga), bhante setuju dg
komen sdri.Fera kartika Kwok, dan blh ikuti sarannya.
Tetap Sayang pd mereka/ keluarga dg alasan, bahwa anda hidup di dunia ini
saling membutuhkan, saling ketergantungan, saling berkaitan dg siapapun, APALAGI
DG KELUAGA ANDA.
Mengerti hal ini berarti anda hrs Tetap Sayang pd mereka/ keluarga. Harus
ingat, Tetap Sayang pd mereka/ keluarga bukan artinya Melekat pd Keluarga, krn
sdh mengerti bahwa (baca dibawah ini):
Menurut Buddha ialah bahwa kita Tidak boleh Melekat pd Keluarga dg alasan
satu saat tiap orang itu pasti akan berpisah dg berbagai sebab (Anicca).
Misalnya: Baik Suami & Istri pasti akan berpisah krn bercerai atau
dijemput maut/ mati, Ortu & Anak2nya pasti akan berpisah krn anak2nya satu
saat akan menikah keluar dari rumah atau dijemput maut/mati.
Kalau Melekat pd keluarga pasti tidak bisa mengatasi rasa Sedih (dukkha) yg
dalam hingga sakit bahkan banyak kejadian krn berpisah dg Pacar/ Suami/ Istri/
anak2 hingga saling bunuh dan nekad bunuh diri.
Demikian pandangan bhante yg sederhana ini semoga
berguna, utk menambah pengetahuan dan wawasan jd luas. Mohon maaf bila ada yg
kurang berkenan dihati, dan terimakasih atas partisipasi teman2 dlm diksui ini.
1.Adanya kemelekatan karena adanya
keinginan didalamnya, kalaupun seseorang mengasihi karena keinginan untuk
mengasihi, itu bukan kasih yg sebenarnya, karena kasih seperti itu suatu saat
akan muncul penderitaan yg dirasa. Sadari keinginan dan keinginanpun akan
lenyap, disitu kemungkinan akan muncul kasih yg bukan berasal dari pikirkan
lagi..sadhu.
2. "pergunakan
sistim tarik ulur.. :) ...... anak tunggalku bisa aku terapkan seperti ini..
dan berhasil... saat jumpa bisa manja lagi seperti saat di rumah... bilamana
saatnya kuliah di luar pulau... pergunakan sistim kontrol jarak jauh tanpa pengekangan... tetapi
terkontrol... semua sistim perorangan tentunya berbeda penerapannya...
persiapan 3 tahun aku bisa dan merasa aku bisa... semoga para Budha selalu berasa di belakang
perjalanan hidup anakku... :))
^^^ selamat pagi Bhante Sudhammacaro .. semoga selalu sehat adanya , sadhu,^^^"
^^^ selamat pagi Bhante Sudhammacaro .. semoga selalu sehat adanya , sadhu,^^^"
3. "Bhante Sudhammacaro
: Namo Buddhaya, Namaskara Bhante. Semoga
Bhante selalu sehat dan panjang umur. Sadhu 3x". Menurut saya keluarga merupakan
orgtua yg paling penting dalam penyelamatan.setiap org berpikir agar kita tidak
melekat tetapi sayangi mrk kunci nya adalah ada didalam diri kita sendiri.kita
mampu tdk jauh dr keluarga! kebahagiaan
tidak akan hilang ataupun pudar karena cinta terhadap mereka.
kasih dan sayang tak
akan hilang tetapi bisa tampa melekat... saat muncul disana ada pertemuan yang
membuat kita semakin besar arti kasih dan sayang.. diluar arti cinta.... usahan
ada pertemuan minimal 2x setahun .... telp dan skype juga bisa di pergunakan...
yang penting kondisi sehat itu yang utama..... ini yang saya maksudkan
kemelekatan dalam kondisi jauh...... bilamana kemelekatan dalam dunia yang
berbeda saya tak bisa menjelaskan..... ini versi saya.. Caranya gampang ya
jangan melekat dan ttp menyayangi, itu doank.
4. sbagai perumah tangga menyayangi
keluarga tanpa melekat...sy rasa awalnya pahami dhamma buddha..bahwa semuanya
tidak kekal...latih diri selalu di tengah2...ketika sedih jgn trlalu
sedih...ketika senang jgn terlalu senang...kontrol emosi....lalu ingin sayangi
keluarga...awalnya sayangi diri sendiri..sayangi diri sendiri adalah selalu
lakukan hal2 baik...hindari hal2 buruk...contohnya bekerja dgn baik...hindari perselingkuhan...ini
uda membuat ortu..istri..anak merasa kebahagiaan...penuhi tanggung jawab
ekonomi keluarga...laksana kewajiban sbgai kepala keluarga...dgn baik kita
lakukan tsb ini sudah membuat ortu..istri..anak bahagia melihat tanggung jawab
kita lakukan...ketika mendapat kemudahan rezeki ingatlah selalu beramal...dgn
pelatihan pratik kamma baik ini justru melatih diri kita..ketika senang ingat
org lain yg susah...ketika susah ingat ada yg lbh susah lg...shingga pelatihan
diri ini akan membuat bathin kita bisa menerima ketika kita trtimpa
musibah...mk ketika saat ketika musibah dtg kita bisa berpikir scara
positif...mk kt telah melatih dan mengontrol kemelekatan pada diri
kita...santai aja jalani hidup baik dan normal...hindari perbuatan
buruk..perbanyak waktu dgn kluarga..ini adlah bentuk kasih sayang yg baik..om
mani pad me hum.
5. Namo Buddhaya Bhante, pertanyaan sulit
nih. Menurut saya Bhante kalo dikatakan tidak melekat kayanya ga mngkin ♉ª,
soalnya kita sbgai umat awam apalagi yg berkeluarga. Sudah pasti akan timbul
perasaan sayang, rindu, itu yg membuat kita terikat, tergantung dgn keluarga.
Kecuali mmg berniat u/ menjadi anggota sangha. Kita harus mencoba melepaskannya
dengan belajar dharma pelan2 kita tglkan...( Mohon koreksi Bhante kl salah).
6. Namo buddhaya Bhante.belajar dhamma
merupakan peranan penting dalam ajaran.tapi saya sudah 2tahun ini tidak
mendengarkan dhamma krn dengarkan dhamma hati saya menjadi tenang.saya ingin
diskusi dhamma hanya ada waktu dimalam hari kadang dipagi hari saya kerja
sampai sore. sayangilah mereka dengan pengertian yang benar. Hehehe,,
Pertanyaan yg paling
Hakiki didalam mempraktekan dan memahami Dhamma,,Utk memahami pertanyaan
tersebut membutuh perenungan yg cukup Dalam, pertanyaan itu mengarah
pd:Bagaikan Air di daun Talas,,(tdak melekat). Klo Belum mempunyai
pemahaman tentang Dukkha yg cukup mendalam,,sungguh akan sulit utk memahami
Pertanyaan diatas.
7. Namo Buddhaya Bhante, ikut komentar ya
Bhante, sungguh sulit untuk mengatasi hal kemelekatan karena adanya rasa ego
bahwa semua itu miliki kita, anak, suami, istri, harta yg nampak adalah milik
kita, padahal semua itu hanyalah sementara, kalau semua itu milik orang lain
kan tdk kita pikirin, latihan untuk mengatasi hal diatas adalah dgn melepas dgn
berdana dgn iklas, menyadari setiap saat bahwa semua ini akan berlalu, melihat
kematian kel lain dgn sadar bahwa suatu saat akan terjadi di kel kita, latihan
ini harus dilakukan dlm meditasi sehingga kita dpt mengatasi kemelekatan itu
tahap demi tahap makanya mengajarkan n mempraktekkan Dhama dlm kel sangat
penting karena akan membawa daya tahan disaat kita terkena anicca, dukkha n
anatta.Salam Metta.
8. Omithofo Bhante...semua org bisa baca
/ bicara tentang ini/itu...tapi semua itu pulangkan lg pada diri masing2,...SUDAH
SAMPAI dimana PENGALAMAN yg sdh dilakoni/jalani dlm kehidupan masing2...klu tdk
dirasa sendiri itu gula/garam manis/ asin Nya ..slmt pagi jelang siang
SSMHB...trim's bhante..da btul yg penting menyadari tiada yg kekal..shingga
ketika masalh datang bisa menerimanya dgn hati berlapang dada.
9. Orang yang telah menyelesaikan
perjalanannya, yang telah terbebas dari segala hal, yang telah menghancurkan
semua ikatan, maka dalam dirinya tidak ada lagi demam nafsu.
Orang yang telah sadar dan meninggalkan kehidupan rumah tangga, tidak lagi terikat pada tempat kediaman. Bagaikan kawanan angsa yang meninggalkan kolam demi kolam, demikian mereka meninggalkan tempat kediaman demi tempat kediaman.
Mereka yang tidak lagi mengumpulkan harta duniawi, yang sederhana dalam makanan, yang telah mencapai "Kebebasan Mutlak", maka jejak mereka tidak dapat dilacak bagaikan burung-burung di angkasa.
Ia yang telah memusnahkan semua kekotoran batin, yang tidak lagi terikat pada makanan, yang telah menyadari Kebebasan Mutlak, maka jejaknya tidak dapat dilacak, bagaikan burung-burung di angkasa.
Ia yang telah menaklukkan dirinya bagaikan seorang kusir mengendalikan kudanya, yang telah bebas dari kesombongan dan kekotoran batin, maka para dewa pun akan mengasihi orang suci seperti ini.
Bagaikan tanah, demikian pula orang suci. Tidak pernah marah, teguh pikirannya bagaikan tugu kota (indakhila), bersih tingkah lakunya bagaikan kolam tak berlumpur. Bagi orang suci seperti ini tak ada lagi siklus kehidupan.
Orang Suci yang memiliki pengetahuan sejati, yang telah terbebas, damai dan seimbang batinnya, maka ucapan, perbuatan serta pikirannya senantiasa tenang.
Orang yang telah bebas dari ketahyulan, yang telah mengerti keadaan tak tercipta (nibbana), yang telah memutuskan semua ikatan (tumimbal lahir), yang telah mengakhiri kesempatan (baik dan jahat), yang telah menyingkirkan semua nafsu keinginan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang paling mulia.
O, para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu itu, karena dari nafsu timbul ketakutan. Setelah menebang hutan dan belukar nafsu, jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.
Selama nafsu keinginan laki-laki terhadap wanita belum dihancurkan, betapapun kecilnya, maka selama itu pula seseorang masih terikat pada kehidupan, bagaikan seekor anak sapi yang masih menyusu pada induknya.
Orang yang telah sadar dan meninggalkan kehidupan rumah tangga, tidak lagi terikat pada tempat kediaman. Bagaikan kawanan angsa yang meninggalkan kolam demi kolam, demikian mereka meninggalkan tempat kediaman demi tempat kediaman.
Mereka yang tidak lagi mengumpulkan harta duniawi, yang sederhana dalam makanan, yang telah mencapai "Kebebasan Mutlak", maka jejak mereka tidak dapat dilacak bagaikan burung-burung di angkasa.
Ia yang telah memusnahkan semua kekotoran batin, yang tidak lagi terikat pada makanan, yang telah menyadari Kebebasan Mutlak, maka jejaknya tidak dapat dilacak, bagaikan burung-burung di angkasa.
Ia yang telah menaklukkan dirinya bagaikan seorang kusir mengendalikan kudanya, yang telah bebas dari kesombongan dan kekotoran batin, maka para dewa pun akan mengasihi orang suci seperti ini.
Bagaikan tanah, demikian pula orang suci. Tidak pernah marah, teguh pikirannya bagaikan tugu kota (indakhila), bersih tingkah lakunya bagaikan kolam tak berlumpur. Bagi orang suci seperti ini tak ada lagi siklus kehidupan.
Orang Suci yang memiliki pengetahuan sejati, yang telah terbebas, damai dan seimbang batinnya, maka ucapan, perbuatan serta pikirannya senantiasa tenang.
Orang yang telah bebas dari ketahyulan, yang telah mengerti keadaan tak tercipta (nibbana), yang telah memutuskan semua ikatan (tumimbal lahir), yang telah mengakhiri kesempatan (baik dan jahat), yang telah menyingkirkan semua nafsu keinginan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang paling mulia.
O, para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu itu, karena dari nafsu timbul ketakutan. Setelah menebang hutan dan belukar nafsu, jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.
Selama nafsu keinginan laki-laki terhadap wanita belum dihancurkan, betapapun kecilnya, maka selama itu pula seseorang masih terikat pada kehidupan, bagaikan seekor anak sapi yang masih menyusu pada induknya.
Teman2 trims atas
dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para
Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua
makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut
berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu
sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun Ven.Sudhammacaro.
Komentar