“ CINTA SAMA LAWAN JENIS MENURUT AJARAN BUDDHA BAGAIMANA ?
DISKUSI DHARMA FACEBOOK.
Teman2 Dharma kl
sempat silahkan simak pertanyaan dari Umat di bawah ini
dan kasih komen.
Namo Budaya
bhante, kalau boleh tahu bagaimana cinta terhadap lawan jenis menurut agama
Buddha? Tlg temen2 yg punya pengalaman dan pengetahuan soal cinta agar mau
memberi penjelasan.
Teman2 tlg ks koment yg
benar dan berguna, sadhu.
Teman2 terimakasih atas dedikasi
dan komen yg berguna.
1. Kebetulan baru dpt baca dr notes-nya
org :
CINTA, SEKS DAN AGAMA BUDDHA
By Dhamma Sukkha Gotama
Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pengertian tentang istilah ‘cinta’ dan ‘seks’. Kadang satu pengertian berbeda atau bahkan bertentangan sama sekali dengan pengertian yang lain. Dalam kesempatan ini, akan diberikan pengertian tentang ‘cinta’ dan ‘seks’ menurut Agama Buddha.
Dalam Agama Buddha, pengertian tentang istilah ‘cinta’ diuraikan secara jelas di Karaniyametta Sutta . Karaniyametta Sutta atau kotbah Sang Buddha tentang cinta kasih ini pertama kali diajarkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu yang sering diganggu mahluk halus. Dikisahkan dalam Dhamma pada suatu masa vassa atau masa tiga bulan musim penghujan saat para bhikkhu berada di satu tempat yang sama, terdapat 500 bhikkhu yang tinggal di sebuah hutan. Hutan tersebut dihuni oleh banyak mahluk halus. Para bhikkhu yang tidak tahan dengan keberadaan mahluk halus itu kemudian menyampaikan hal ini kepada Sang Buddha. Beliau kemudian mengajarkan kepada para bhikkhu untuk mengembangkan cinta kasih dengan mengucapkan Karaniyametta Sutta . Setelah para bhikkhu melaksanakan Ajaran Sang Buddha, maka mahluk halus di hutan itu akhirnya tenang dan bahkan membantu mengkondisikan para bhikkhu mencapai kesucian pada akhir tiga bulan musim penghujan tersebut.
Adapun inti kotbah Sang Buddha tentang cinta kasih atau Karaniyametta Sutta tersebut adalah upaya mengembangkan pikiran cinta kasih dengan sering mengulang dalam batin kalimat : ‘Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia’. Obyek pengembangan pikiran cinta kasih ini ditujukan kepada semua mahluk yang tampak maupun mahluk tak tampak. Pemancaran pikiran cinta kasih dilakukan sepanjang waktu yaitu ketika seseorang sedang duduk, berjalan, berdiri, berbaring, selagi tiada lelap atau tertidur. Berangkat dari pelaksanaan makna ‘cinta’ yang demikian, kiranya telah jelas bahwa pengertian ‘cinta’ dalam Agama Buddha adalah memberi. Memberikan kebahagiaan untuk mereka yang dicintai.
Pengertian cinta adalah memberikan kebahagiaan ini kiranya selaras dengan pengertian pokok Ajaran Sang Buddha tentang Hukum Kamma atau Hukum Sebab dan Akibat. Secara sederhana, Hukum Kamma sering dijelaskan sebagai ‘menanam padi akan tumbuh padi’, mereka yang menanam kebajikan akan tumbuh kebahagiaan. Jadi, dalam pengertian Hukum Kamma, umat Buddha diajarkan untuk bersikap proaktif bukan pasif. Sebagai contoh, ketika seseorang menderita sakit, maka ia bukan hanya menerima kondisi tersebut sebagai buah kamma buruk yang harus dijalaninya, melainkan ia harus berupaya melakukan banyak kebajikan dan usaha agar kamma baik berbuah sesuai dengan harapan yaitu kesembuhan.
Demikian pula dengan cinta. Cinta dalam pengertian Buddhis juga bukan bersifat pasif melainkan proaktif yaitu memberikan kebahagiaan kepada mereka yang dicinta. Jadi, apabila seseorang mulai ‘menanam’ cinta, maka ia pun akan ‘memanen’ cinta dari orang yang dicintai atau orang yang telah ia bahagiakan. Selanjutnya, ketika seseorang mempertanyakan sebab timbulnya niat untuk membahagiakan orang yang dicintainya, mungkin akan diperoleh jawaban bahwa orang tersebut juga telah memberikan perhatian kepadanya. Dengan demikian, berlakulah Hukum Sebab dan Akibat seperti yang telah diterangkan di atas.
Pengertian cinta sebagai memberi kebahagiaan memang lebih mudah diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Kebanyakan orang sulit membedakan antara cinta dan kebutuhan. Orang sering menyebutkan istilah ‘cinta’ yang sebenarnya menunjukkan bahwa ia ‘membutuhkan’ orang tersebut. Namun, kiranya perbedaan makna cinta ini bisa diperbaiki dengan latihan sedikit demi sedikit melalui pengucapkan kalimat ‘semoga semua mahluk berbahagia’. Seringnya mengucapkan kalimat tersebut akan menambah jumlah orang yang memaknai cinta adalah memberi seperti yang disampaikan dalam Karaniyametta Sutta .
Ketika cinta telah bermakna memberikan kebahagiaan, maka kualitas cinta menjadi sangat luhur. Seseorang dalam mencintai bukan lagi ingin memiliki atau mengikat orang yang dicintainya. Semakin seseorang mencintai, semakin besar pula kebebasan yang ia berikan agar orang yang dicintainya berbahagia. Cinta yang memberi akan menjadi cinta yang bebas dari kecemburuan maupun pertentangan. Cinta yang memberi adalah cinta yang penuh kebahagiaan untuk kedua belah fihak. Cinta yang memberi dapat disebut sebagai cinta yang sejati. Cinta yang bebas dari kepura-puraan dan kesedihan. Cinta yang memberi dalam Karaniyametta Sutta disamakan dengan cinta seorang ibu kepada anaknya yang tunggal. Penuh pengorbanan namun tanpa tuntutan.
Selanjutnya, setelah mengerti makna ‘cinta’ dalam Agama Buddha adalah memberi, maka berikutnya akan dibahas tentang ‘seks’ atau lebih sempit lagi bermakna ‘hubungan seks’. Dalam pengertian Buddhis, hubungan seks adalah salah satu ungkapan untuk membahagiakan pasangannya. Ada banyak cara untuk mengungkapkan cinta, seperti halnya sentuhan lembut, pandangan penuh perhatian, ucapan yang menyejukan serta berbagai hal lain. Hubungan seks hanya boleh dilakukan antara pasangan yang telah terikat menjadi suami istri.
Dalam Dhamma, hubungan seksual dapat terjadi apabila pasangan mempergunakan salah satu atau lebih dari tiga organ seksual yaitu mulut, alat vital dan anus. Penggunaan organ seksual ini hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Apabila pasangan dalam hubungan seksual bukan suami atau istri sendiri, maka besar kemungkinan telah terjadi pelanggaran sila ketiga dari Pancasila Buddhis yaitu perjinahan. Seperti telah diketahui bersama bahwa isi Pancasila Buddhis adalah upaya untuk menghindari pembunuhan, pencurian, perjinahan, bohong dan mabuk-mabukan.
Adapun terjadinya pelanggaran sila ketiga atau perjinahan apabila pasangan dalam melakukan hubungan seksual termasuk obyek pelanggaran. Obyek pelanggaran yang dimaksud adalah saudara kandung, anak di bawah umur, orang-orang di bawah perwalian, suami atau istri orang lain dan mereka yang melaksanakan latihan kemoralan seperti samanera, bhikkhu, atau bhiksuni. Hubungan seksual dengan salah satu atau lebih dari kelima kelompok obyek pelanggaran yang diuraikan di atas dapat disebut sebagai perjinahan. Sebagai akibat dari kamma buruk melakukan pelanggaran sila ketiga Pancasila Buddhis yaitu perjinahan disebutkan dalam Anguttara Nikaya VII :
Perjinahan, melakukan sendiri, mengajurkan, mengijinkan, ini membawa orang ke neraka, ke alam binatang, ke alam setan, sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
Dengan memahami bahwa cinta adalah memberikan kebahagiaan, dan seks adalah salah satu cara mengungkapkan cinta, maka kiranya para umat Buddha dapat mulai menjalani kehidupan sesuai dengan Dhamma. Dengan melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari akan terwujudlah kebahagiaan dalam rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat yang bermoral.
Semoga pembahasan pengertian ‘cinta’ dan ‘seks’ ini akan menambah wawasan serta menjadi pegangan hidup. Semoga semua selalu berbahagia.
Semoga semua makhluk baik tampak maupun yang tidak tampak memperoleh kebaikan serta kebahagiaan sesuai dengan kondisi kammanya masing-masing.
Sabbe satta bhavantu sukhitattha.
BY ; DHAMMA SUKHA GOTAMA.
CINTA, SEKS DAN AGAMA BUDDHA
By Dhamma Sukkha Gotama
Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pengertian tentang istilah ‘cinta’ dan ‘seks’. Kadang satu pengertian berbeda atau bahkan bertentangan sama sekali dengan pengertian yang lain. Dalam kesempatan ini, akan diberikan pengertian tentang ‘cinta’ dan ‘seks’ menurut Agama Buddha.
Dalam Agama Buddha, pengertian tentang istilah ‘cinta’ diuraikan secara jelas di Karaniyametta Sutta . Karaniyametta Sutta atau kotbah Sang Buddha tentang cinta kasih ini pertama kali diajarkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu yang sering diganggu mahluk halus. Dikisahkan dalam Dhamma pada suatu masa vassa atau masa tiga bulan musim penghujan saat para bhikkhu berada di satu tempat yang sama, terdapat 500 bhikkhu yang tinggal di sebuah hutan. Hutan tersebut dihuni oleh banyak mahluk halus. Para bhikkhu yang tidak tahan dengan keberadaan mahluk halus itu kemudian menyampaikan hal ini kepada Sang Buddha. Beliau kemudian mengajarkan kepada para bhikkhu untuk mengembangkan cinta kasih dengan mengucapkan Karaniyametta Sutta . Setelah para bhikkhu melaksanakan Ajaran Sang Buddha, maka mahluk halus di hutan itu akhirnya tenang dan bahkan membantu mengkondisikan para bhikkhu mencapai kesucian pada akhir tiga bulan musim penghujan tersebut.
Adapun inti kotbah Sang Buddha tentang cinta kasih atau Karaniyametta Sutta tersebut adalah upaya mengembangkan pikiran cinta kasih dengan sering mengulang dalam batin kalimat : ‘Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia’. Obyek pengembangan pikiran cinta kasih ini ditujukan kepada semua mahluk yang tampak maupun mahluk tak tampak. Pemancaran pikiran cinta kasih dilakukan sepanjang waktu yaitu ketika seseorang sedang duduk, berjalan, berdiri, berbaring, selagi tiada lelap atau tertidur. Berangkat dari pelaksanaan makna ‘cinta’ yang demikian, kiranya telah jelas bahwa pengertian ‘cinta’ dalam Agama Buddha adalah memberi. Memberikan kebahagiaan untuk mereka yang dicintai.
Pengertian cinta adalah memberikan kebahagiaan ini kiranya selaras dengan pengertian pokok Ajaran Sang Buddha tentang Hukum Kamma atau Hukum Sebab dan Akibat. Secara sederhana, Hukum Kamma sering dijelaskan sebagai ‘menanam padi akan tumbuh padi’, mereka yang menanam kebajikan akan tumbuh kebahagiaan. Jadi, dalam pengertian Hukum Kamma, umat Buddha diajarkan untuk bersikap proaktif bukan pasif. Sebagai contoh, ketika seseorang menderita sakit, maka ia bukan hanya menerima kondisi tersebut sebagai buah kamma buruk yang harus dijalaninya, melainkan ia harus berupaya melakukan banyak kebajikan dan usaha agar kamma baik berbuah sesuai dengan harapan yaitu kesembuhan.
Demikian pula dengan cinta. Cinta dalam pengertian Buddhis juga bukan bersifat pasif melainkan proaktif yaitu memberikan kebahagiaan kepada mereka yang dicinta. Jadi, apabila seseorang mulai ‘menanam’ cinta, maka ia pun akan ‘memanen’ cinta dari orang yang dicintai atau orang yang telah ia bahagiakan. Selanjutnya, ketika seseorang mempertanyakan sebab timbulnya niat untuk membahagiakan orang yang dicintainya, mungkin akan diperoleh jawaban bahwa orang tersebut juga telah memberikan perhatian kepadanya. Dengan demikian, berlakulah Hukum Sebab dan Akibat seperti yang telah diterangkan di atas.
Pengertian cinta sebagai memberi kebahagiaan memang lebih mudah diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Kebanyakan orang sulit membedakan antara cinta dan kebutuhan. Orang sering menyebutkan istilah ‘cinta’ yang sebenarnya menunjukkan bahwa ia ‘membutuhkan’ orang tersebut. Namun, kiranya perbedaan makna cinta ini bisa diperbaiki dengan latihan sedikit demi sedikit melalui pengucapkan kalimat ‘semoga semua mahluk berbahagia’. Seringnya mengucapkan kalimat tersebut akan menambah jumlah orang yang memaknai cinta adalah memberi seperti yang disampaikan dalam Karaniyametta Sutta .
Ketika cinta telah bermakna memberikan kebahagiaan, maka kualitas cinta menjadi sangat luhur. Seseorang dalam mencintai bukan lagi ingin memiliki atau mengikat orang yang dicintainya. Semakin seseorang mencintai, semakin besar pula kebebasan yang ia berikan agar orang yang dicintainya berbahagia. Cinta yang memberi akan menjadi cinta yang bebas dari kecemburuan maupun pertentangan. Cinta yang memberi adalah cinta yang penuh kebahagiaan untuk kedua belah fihak. Cinta yang memberi dapat disebut sebagai cinta yang sejati. Cinta yang bebas dari kepura-puraan dan kesedihan. Cinta yang memberi dalam Karaniyametta Sutta disamakan dengan cinta seorang ibu kepada anaknya yang tunggal. Penuh pengorbanan namun tanpa tuntutan.
Selanjutnya, setelah mengerti makna ‘cinta’ dalam Agama Buddha adalah memberi, maka berikutnya akan dibahas tentang ‘seks’ atau lebih sempit lagi bermakna ‘hubungan seks’. Dalam pengertian Buddhis, hubungan seks adalah salah satu ungkapan untuk membahagiakan pasangannya. Ada banyak cara untuk mengungkapkan cinta, seperti halnya sentuhan lembut, pandangan penuh perhatian, ucapan yang menyejukan serta berbagai hal lain. Hubungan seks hanya boleh dilakukan antara pasangan yang telah terikat menjadi suami istri.
Dalam Dhamma, hubungan seksual dapat terjadi apabila pasangan mempergunakan salah satu atau lebih dari tiga organ seksual yaitu mulut, alat vital dan anus. Penggunaan organ seksual ini hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Apabila pasangan dalam hubungan seksual bukan suami atau istri sendiri, maka besar kemungkinan telah terjadi pelanggaran sila ketiga dari Pancasila Buddhis yaitu perjinahan. Seperti telah diketahui bersama bahwa isi Pancasila Buddhis adalah upaya untuk menghindari pembunuhan, pencurian, perjinahan, bohong dan mabuk-mabukan.
Adapun terjadinya pelanggaran sila ketiga atau perjinahan apabila pasangan dalam melakukan hubungan seksual termasuk obyek pelanggaran. Obyek pelanggaran yang dimaksud adalah saudara kandung, anak di bawah umur, orang-orang di bawah perwalian, suami atau istri orang lain dan mereka yang melaksanakan latihan kemoralan seperti samanera, bhikkhu, atau bhiksuni. Hubungan seksual dengan salah satu atau lebih dari kelima kelompok obyek pelanggaran yang diuraikan di atas dapat disebut sebagai perjinahan. Sebagai akibat dari kamma buruk melakukan pelanggaran sila ketiga Pancasila Buddhis yaitu perjinahan disebutkan dalam Anguttara Nikaya VII :
Perjinahan, melakukan sendiri, mengajurkan, mengijinkan, ini membawa orang ke neraka, ke alam binatang, ke alam setan, sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
Dengan memahami bahwa cinta adalah memberikan kebahagiaan, dan seks adalah salah satu cara mengungkapkan cinta, maka kiranya para umat Buddha dapat mulai menjalani kehidupan sesuai dengan Dhamma. Dengan melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari akan terwujudlah kebahagiaan dalam rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat yang bermoral.
Semoga pembahasan pengertian ‘cinta’ dan ‘seks’ ini akan menambah wawasan serta menjadi pegangan hidup. Semoga semua selalu berbahagia.
Semoga semua makhluk baik tampak maupun yang tidak tampak memperoleh kebaikan serta kebahagiaan sesuai dengan kondisi kammanya masing-masing.
Sabbe satta bhavantu sukhitattha.
BY ; DHAMMA SUKHA GOTAMA.
2. didunia ini ada 2 macam orang yg
sangat sangat langka , pertama tahu budi baik orang dan bisa membalas budi baik
orang tsb , yg kedua bisa memberikan pertolongan tanpa diminta oleh yg
membutuhkan . cinta kasih 2 macam orang ini luar biasa .
cinta lawan jenis
adalah dukha , sumber penderitaan dari ke inginan untuk memiliki menguasai
mempamerkan bahwa si dia adalah yg terbaik , andai tidak dapat maka kecewaan patah
hati kesedihan kemarahan kebencian datang silih berganti , bahkan kebodohan
untuk menghancurkan dan menjerumuskan diri sendiri ke alam nista,
andai pun
dapat si dia maka itu pun hanya sementara dan sesaat , karena semua yg
terbentuk tidak kekal abadi , maka penderitaan akan datang berlipat ganda
karena memory pencerapan pernah merasakan manisnya cinta , padahal semua semua
itu semu belaka , hanya ilusi dari proses kehidupan yg di cengkeram oleh
kebencian kebodohan keserakahan.
banyak manusia terlena oleh cinta lawan jenis
karena kurangnya pencerahan pengertian dan kesadaran dari 4 kesunyataan mulia (
dukha , awal dukha , ahir dukha , jalan menuju ahir dukha . ) mereka berpikir
cinta lawan jenis akan mendatangkan kebahagian ,padahal hanya jasa jasa kebajikan
yg membawa kita menuju kebahagian mutlak.
semoga semua mahluk hidup maju
berkembang dan bahagia, semoga semua mahluk hidup tidak kehilangan
kesejahteraan yg telah di perolehnya . sadhu 3 x .
ini
sy mendapat kat2 ini kemarin..andai aku dpt memeditasikan dharma sekuat sekuat
aku membayangkan kekasihku tercinta ...niscaya aku dpt mecapaipencerahandgn
pasti dalam waktu 1 kehidupan...
3. @Chandra
Andika: Malah setau saya jika bermeditasi sebaiknya tidak membayangkan org
tercinta terutama lawan jenis.. lebih baik kalo org yg dikagumi, dihormati kaya
seorang Bikkhu Sangha, ato panutan yg sudah meninggal misal org tua or dll..
CMIIW yaa Namo Buddhaya.
4. Amitofo. .
Cinta terhadap lawan jenis menurut agama buddha.. Kalau stau sya:
dr kata cinta dlm dhammapada satu bab piya vagga berarti kecintaan, dan dlm sutta berjudul piyajatika sutta kotbah tentng orang" tercinta,
dalam pali: piya, ruci, pema, rati yg berarti rasa syang, ksenangan, kesukaan, nafsu indera.
Dfinsi tr lwan atas dasa 4hal yait,
1.libido, cinta mengangkut nafsu birahi
2.eros, drongan mencintai dan dicintai
3. Philia, persahabtan
4. Agape, cinta penuh pengapdian demi org lain.
Ckup jwbn dr sya. pesan# jgn terlalu melekat mencintai dan dicintai sbab akn menyebabkn penderitaan. Trimakasi. Amitofo. .
Cinta terhadap lawan jenis menurut agama buddha.. Kalau stau sya:
dr kata cinta dlm dhammapada satu bab piya vagga berarti kecintaan, dan dlm sutta berjudul piyajatika sutta kotbah tentng orang" tercinta,
dalam pali: piya, ruci, pema, rati yg berarti rasa syang, ksenangan, kesukaan, nafsu indera.
Dfinsi tr lwan atas dasa 4hal yait,
1.libido, cinta mengangkut nafsu birahi
2.eros, drongan mencintai dan dicintai
3. Philia, persahabtan
4. Agape, cinta penuh pengapdian demi org lain.
Ckup jwbn dr sya. pesan# jgn terlalu melekat mencintai dan dicintai sbab akn menyebabkn penderitaan. Trimakasi. Amitofo. .
5. jangan memberikan cinta. karna cinta
ada keegoan,kecemburan,kekuatan ingin menguasai....juga cinta bisa berubah jadi
benci juga cinta dapat hilang....berilah rasa sayang yang lebih dari yang
lainnya.. karna rasa sayang mempunyai kekuatan lebih dari cinta..dan tidak ada
rasa membandingkan dengan yang lainnya.....
6. Org yg bertanya nih salah alamat soal
cinta ke lawan jenis mah bukan ke Bhkku Sangha tapi ke Romo Panditta,mengenai
cinta dgn lawan jenis lebih bertujuan utk hidup bersamasampai tua dengan
kesepakatan mereka berdua utk saling menjaga baik dalam suka dan duka itu saja
utk ebih jelasnya bisa baca buku Pernikahan dalam agama budha penulis nya
Cornelis Wowor.
Cinta ke lawan jenis adalah tanha...kemelekatan. Saya himbau bagi teman-teman
kalau bertanya masalah rumah tangga ,lawan jenis anak dan yg masal rumah tangga
lain nya ke ROMO PANDITTA saja kurang tepat kalau ke BHIKKU SANGHA karena
beliau hidup jadi petapa tdk berumah tangga.....kalau soal DHAMA dan agama
budha boleh atau tanya tentang MEDITASI lah jgn yg aneh-aneh ...
7. namo budhaya bhante... selamat
malam... bagai mana pendapat bhante dengan pertanyaan tentang cinta...???
apakah bhante menolak bila ada yang menanyakan... ? seperta comt nya Toto
Suwandi ???? tentunya tidak dapat menolak .... seperti halnya... tentu bhante
sudah dapat pengalaman yang lebih dari keluhan umat umat dan juga bagai mana
dengan penyelesaiannya.... jadi saya pikir... seorang bhante harus dapat
menguasai banyak hal tentang kehidupan.... cinta,rumah tangga,dagang,ekonomi
dan tentunya juga masalah meditasi dam segala pasal dan bab dari
Tipitaka...hehehhee semoga aja pikiran saya dapat di trima... bila gak bisa di
trima ya.... gak papa deh... :)) .... intinya apapun pertanyaan umat harus di
tampung dengan baik... dan mencari solusi bersama dengan umat lainya ...
mmenolong masalah apapun merupakan kewajiban seorang bhante..... tentunya
dengan TIDAK MEMBUKA INDETITAS YANG BERSANGKUTAN... laaa saya rasa gak
masalah.....
8. namo buddhaya.selamat malam all.cinta
lawan jenis menurut budha .topik yang bagus..menurut pendapat saya Sang budha
telah menunjukkan jalan tengah yang berunsur 8.arya atthangika.jdi sebagai umat
awam hendaknya lah kita berpegang pda jalan tersebut. klo bagi sy tdk perlu
trlalu pingin tau ke arah tsb...yg ada itu justru membuat kita sperti kaku
trikat paham tsb...jd gampang aja...mau jd perumah tangga...cintai pasangan
mu...setia..brtanggung jawab..ingat berdana...menanamkan rasa bercukupan...dan
klo merasa diri ingin melepas smua keterikatan y boleh jd bikkhu yg mank atas
kesadaran diri dan bathin..jgn jd bikkhu krn sbg tmpt 'pelarian' diri kita...om
mani pad me hum.
9. SAng
Buddha aja ga menjawab semua pertanyaan yg diberikan... Kenapa memaksa Bhante
utk menjawab ??? Urusa Rumah Tangga ga pernah selesai dari urusan ortu,
suami-istri, anak,cucu,cicit dll.Itu semua krn kebodohan diri sendiri..
10. Tuhan
mencipkan manusia bersuku2, berbangsa2, laki dan perempuan supaya manusia
saling mengenal. diantara Tuhan menciptakan selalu berpansangan ..ada siang dan
malam. ada laki dan perempuan..dimana supaya mereka saling kenal dan mencintai
sehinnga terjalin pernikahan yg syah dan tumbuh berkembang. dalam mencintai
lawan jenis tdk ada teori dalam agama yang ada adalah kodrat manusia mencintai
lawan jenis dan Tuhan melarang mencintai sejenis. Tks.
Teman2 trims atas
dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para
Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua
makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut
berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu
sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun Ven.Sudhammacaro.
Komentar