" Kehancuran Negara di Depan Mata "
Media Indonesia, Kamis 22 November 2007
Hampir sebulan penuh Editorial MIOL didominasi topic negatif
tentang pemerintah dan kebejatan elite negeri ini. Apakah sudah tidak ada
lagi nilai positif dari bangsa ini?
Sangat mengerikan dan menyesakkan. Hilang sudah harapan, gelap sudah masa depan. Begini burukkah perangai pejabat negeri ini. JIka demikian, bukan kejahatan institusi lagi yang kita hadapi, tetapi kita berada dalam proses kehancuran bangsa karena kita
sedang melakukan kejahatan bernegara, bersama-sama, dan merata. Dari
bung damai.
Kebobrokan yang Dipelihara
Kebobrokan sistem sudah mendarah daging di semua institusi
negeri ini. Dampaknya, menimbulkan bias kualitas pelayanan
publik. Bangsa ini mengalami kerugian yang diderita publik akibat
dipeliharanya kebobrokan institusi. Hal itu merupakan kerugian
moril dan materiil. Mentalitas aparat sebagai pelayanan publik
kinerjanya akan berpengaruh besar apabila kebobrokan itu tetap
dipelihara. Publik akan mendapat pelayanan asal-asalan dan kalau
ada uang baru bias diproses. Tidakkah para aparat pelayan
masyarakat itu sadar bahwa mereka itu digaji dan diberi fasilitas
oleh uang sumbangan dari rakyat? Dari: entog.
Kehancuran Negara di Depan Mata
Institusi Negara Sakit Akut
Apabila institusi suatu negara menjadi suatu sistem yang
bobrok, semua aturan main berupa UU dan peraturan sudah
tidak ada lagi nilainya. Seberapa parahkah kebobrokan institusi
ini? Sehingga berdampak luar biasa terhadap penegak hukum?
Negeri ini sedang mencari identitas diri menuju proses
pendewasaan dalam percaturan politik dan hukum. Sehingga
dampak dari proses itu sangat mungkin menimbulkan ekses dan
dampak yang besar pada penerapan. Jangankan di penjara, di
lembaga peradilan terjadi jual-beli perkara. Bursa hukum sangat
marak terjadi, begitu juga illegal logging, penyelundupan, sogok,
dan suap di lalu lintas dan jalan raya serta masih banyak lagi
kebobrokan lain. Akan dibawa ke mana arah negeri ini?
Moral di Ujung Tanduk
Moral bangsa ini sudah di ujung tanduk. Tanduk bergoyang
telur pun jatuh dan pecah berantakan. Institusi apa pun adalah
sekumpulan orang yang bermental sama, moral rusak serta
menundukkan dunia sebagai tujuan segalanya. Semua kejadian di
negeri ini mencerminkan hal itu. Di antaranya, pilkada selalu
berakhir ricuh karena semua pihak ingin menang. Adelin Lis lenyap
merupakan kejahatan institusi berisi manusia berakhlak rendahan.
Keadilan berpihak kepada yang berkantong tebal bermoral
kampungan. Sehingga ingin bekerja pun harus menyuap petugas.
Ingin membantu bunda tercinta mengurus pensiun janda pun
dipalaki institusi. Pengawasan melekat seolah tiada lagi. Apakah
ini bukti kegagalan pendidikan keagamaan di lingkungan kita?
Dari: Ompongsuarsair.
Bangsa Menuju Kriminal Geng
Negara dikuasai penjahat. Negara menuju ke bentuk
kriminal. Berpindahnya kekuasaan dari tangan satu ke tangan yang
lain tidak pernah memberikan dampak baik terhadap penegak
hukum. Selama ini warnanya tetap saja criminal law. Banyak terjadi
kasus yang kuat dan berduit itu yang menang. Karena penegakan
hukum yang lemah inilah sumber dari berbagai macam kejahatan
politik, birokrasi, ekonomi dan lain sebagainya. Siapa pun
pemimpinnya akan kesulitan mengelola negara ini. Satu sisi
berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan kesejahteraan, sisi lain
menghadapi penghianat-penghianat negeri yang semakin
menggila. Dari: Masanam.
Kepercayaan Publik Sirna
Yang kurang adalah tindakan institusi terhadap oknum.
Tindakan yang tegas bukan hanya sekadar pemecatan, tapi berujung
dipenjara. Berantas oknum yang menyeleweng jangan setengahsetengah.
Sebarkan ke semua media oknum yang sudah dibasmi.
Bila hal itu sudah dilakukan, sudah ada usaha serius dari institusi.
Selama menyukai barang haram, bangsa ini tidak akan pernah maju.
Dari: gadingtutuka.
Indonesia Menghasilkan Produksi Apa?
Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, dan populasi
penduduk 235 juta (sama dengan Amerika) kalau ada yang
bertanya: Produksi barang apa yang telah dihasilkan oleh bangsa
Indonesia? Jarum jahit saja yang terkecil harus impor dari China,
gula, kacang kedelai, buah-buah durian-jambu-mangga impor
dari Thailand. Apalagi otomotif impor, elektronik, hampir semua
barang kebutuhan hidup impor dari negara luar, wah,sedih,lucu
dan aneh.
Semua itu tergantung dari bagaimana cara seorang
pemimpin negara bisa mengatur/mengelola negara dan
bangsanya dengan baik dan benar. Indonesia sebenarnya harus
lebih kaya-raya, lebih mewah dan kehidupan rakyatnya harus bisa
lebih terjamin, baik dari kesejahteraan keadilan, keamanan dan
kebebasannya, bila dibandingkan negara Asia lainnya.
Namun kenyataan menjadi lain, seakan bagai sulap yang
terkenal disebut aneh bin ajaib tapi nyata. Rakyatnya banyak
kelaparan, busung-gizi buruk, akhirnya sering terjadi kejahatan
dengan latar belakang kekurangan eknomi. Kalau mau jujur,
bangsa Indonesia sebagian besar hanya pandai berteori muluk-muluk
setinggi langit.
Hampir tiap bulan atau minggu bahkan
tiap hari sering mengadakan diskusi, seminar, talk show dan
apalagi namanya. Untuk mengeluarkan pernyataan, pendapat,
teori muluk setinggi langit, hanya ahli retorika dari orang yang
mengaku profesor, doktor, insinyur, dokter, sarjana, dan para
ahli lainnya. Tapi begitu jadi pejabat semua teori muluknya
menguap bagai asap hitam.
Yang nyata adalah korupsi makin merajalela, kemiskinan dan kelaparan-gizi buruk-busung,
pengangguran, kejahatan terus meningkat akibat ekonomi kurang.
Sekolah baru dua tahun dibangun tiba-tiba rusak berat, dan
ambruk dibiarkan padahal biaya sekolah terus naik melambung.
Yang membangun lagi sekolah justru dari pihak perusahaan
swasta, donatur TV swasta, Yayasan swasta dan bukan
pemerintah. Jika menunggu dari anggaran pemerintah harus rapat
Kabinet, rapat DPR dan segala tetek bengek rapat-usul, dsb. Yang
herannya bangunan lama dari Belanda dan Jepang masih utuh,
jadi aneh dan terbalik.
Berbagai Macam Perijinan dan Aneka Pajak tapi Uangnya
entah kemana, malah Korupsi merajelela
Penghasilan dari pajak saja coba hitung sendiri, mulai dari
Perijinan Perusahaan harus bayar ke 5 meja petugas yang berbelit
harus pakai uang semua, dari pajak otomotif/kendaraan SIM,
STNK, BPKB, retribusi, parkir, kir mobil, pungutan di
timbangan, belum dijalanan para supir sering mengeluh karena
banyaknya pungutan liar yang harus dibayar.
PPN, PPH, pajak PBB, ijin bangunan IMB, bikin KTP-Paspor, pajak iklan, stiker
Rp500,000,- tiap tahun hanya untuk masuk jalan ke Bandara
Soekarno Hatta (2006-2007).
Tarif jalan tol yang sering naik tak pernah turun padahal jalanan sering rusak parah, belum lagi di
pasar berbagai pungutan, di perumahan, pajak kekayaan.
Viskal naik 2,5 juta, bea cukai di pelabuhan dan airport, pajak cukai
rokok naik tahun 2006 jadi 1,5 trilyun, pajak hak cipta lagu-lagu
dan buku, pajak pulsa. Juga anehnya semua hadiah undian harus
bayar pajak walaupun kecil, ada lagi pajak super ajaib yakni pajak
bunga deposito 20% padahal bunganya hanya 6-9%, ditambah
pajak tabungan bank, belum lagi pajak siluman yang tidak
diketahui.
Para pejabat tiap jalan-jalan ke luar negeri pakai uang
rakyat alasan mengundang kontraktor-investor yang besar-besar.
Tapi birokrasi, keamanan dan penegakan hukum tak mau
diperbaiki. Yang sering membuat investor berteriak terus namun
tidak digubris dianggap angin lalu saja. Hasil hutan, tambang
emas, timah, besi, gas, minyak, batu-bara, dst. Ditambah hasil
pajak kemanakah uangnya?
Adalagi yang lebih tak masuk akal sehat, jika anda masuk
rumah makan, lalu pesan makanan, dan setelah makan anda bayar
coba lihat bill/tanda terimanya di bawah situ tertulis ditambah
PPN 10%. Begitu pula di hotel, restoran, padahal makanan yang
kita makan itu kan sudah dipajak dari perusahaannya, mulai dari
pembungkusnya plastik saja sudah dipajak, isinya sudah dipajak.
Dikirim ke rumah makan dijalanan baik kendaraan dan retribusi
dll sudah dipajak, rumah makannya bayar izin dan sudah dipajak,
terakhir yang makannya kenapa dipajak lagi kan hanya makan?
Misalnya rokok, kacang asin garuda, coca-cola, teh botol dll, coba
renungkan!
Bahkan menurut survey hasil pajak tahun 2007 naik menjadi
Rp191 trilyun lebih, namun yang tak habis pikir kemanakan semua
uang sebanyak hasil pajak itu?
Sudah begitu tapi masih terus menerus KORUPSI padahal gajihan besar, tunjangan mobil plus
bensin, rumah, gaji ke-13, dsb. Malahan saat ini ada seruan mau
ditingkatkan lagi tarip pajaknya.
Oh, malaikat, setan kulit hitam, dedemit coba sadarkan mereka dan kasih tahu saya, kapan mereka itu mau jadi manusia seutuhnya? Pasalnya, ada bukti menurut
Bapak Haji Ahmad/Muhamad sebagai ketua Pemantau
Rekontruksi Aceh ketika berdiskusi interaktif di radio Elshinta
mengatakan bahwa, dana bantuan dari luar maupun dalam negeri
yang berjumlah trilyunan untuk rekontruksi Aceh, masih tetap di
korupsi oleh pihak para pejabat hingga jumlah ratusan milyar.
Namun sampai kini tidak diusut dan diselidiki. Akhirnya Bank
Dunia menuntut mengembalikan uang bantuannya.
Anda jangan keburu bangga misalnya sebagai donatur
bencana alam dan musibah di Indonesia, jika telah mengetahui
kenyataan dan fakta seperti itu.
Sebaliknya berhati-hatilah kalau mau membantu korban bencana alam dan musibah di Indonesia.
Alangkah baiknya jika langsung kepada tangan korban yang saat
itu benar-benar sedang menunggu bantuan seperti relawan Tzu
Chi. Ini merupakan pesan saya untuk para donatur. Di Semarang
ada wihara Mahayana yang tertipu hingga 300 juta oleh orang
yang mengaku pejabat Pemda Jawa tengah, dan minta bantuan
untuk korban bencana gempa bumi di Bantul Yogya dan Jawa
Tengah.
Sejak dulu Indonesia sering terjadi bencana alam dan
musibah namun setiap terjadi bencana alam atau musibah
penanganannya selalu terlambat, lamban dan kurang tanggap. Tapi
justru yang jauh bisa datang lebih duluan seperti dari China,
Jepang, Taiwan, Singapura dengan membawa uang hibah dan
barang-barang kebutuhan hidup sembako, medis, tenda, juga
relawannya.
Namun selama saya hidup belum dengar ada
kepedulian bantuan dari Arab Saudi untuk bencana alam atau
musibah, Astaga! Padahal rakyat Indonesia 90% penganut Islam
dan 50% sudah naik haji.
Sebab itu, pesan saya kepada anda bencana alam di Indonesia
bisa berbalik menjadi “berkah”, munculnya kesempatan emas
bagi para koruptor menguapkan bantuan dari berbagai pihak.
Meskipun anggaran diperbesar dan bertambahnya komisi
itu-ini dan program pemerintah tetapi faktanya rakyat tetap
miskin, busung-lapar, gizi buruk, pengangguran terus bertambah.
Sedangkan banyak perusahaan pemerintah BUMN beralasan
terus rugi dan dikorupsi (BI-100 miliar) akibatnya pemerintah
yang harus menanggung bebannya. Belum lagi 2000 lebih
rekening ‘Siluman’ di berbagai departemen yang tidak tahu
uangnya kemana?.
Wah, pokoknya cape deh... Ditambah lagi kinerja DPR yang lambat, sering bolos ketika sidang umum DPR yang ditandai banyak bangku yang kosong. Malah ada anggota
DPR tertangkap sedang menerima uang korupsi di hotel mewah
dengan wil. Tapi masih mau membangun gedung baru dengan anggaran 1,2 trilyun.
Begitu pula kantor para pejabat DKI, hingga pejabat
di daerah masuk siang dan pulang belum waktunya kadang belanja
ke mall.
Kesimpulannya mereka hanya mau jadi PNS tapi tak
mengerti tanggung jawab. Itulah faktanya Indonesia yang kaya-raya
tapi rakyatnya banyak yang miskin.
Contoh: Banyak sekolah ambruk tapi dibangun oleh perusahaan swasta dan masyarakat.
Jalan rusak parah tapi diperbaiki oleh swasta dan asing. Bencana banjir, longsor, kebakaran, dsb, justru yang cepat datang menolong dari pihak perusahaan swasta, Tzu Chi.
Jadi uang hasil dari berbagai pajak dan eksploitasi hutan, laut, tanah, minyak
bumi kemana?
Belum bantuan tunai atau hibah dari negara dan
bangsa asing, hibah untuk bangun sekolah, hibah untuk bencana
alam dan musibah, hibah untuk Pemilu, hibah untuk membantu
kemiskinan, hibah untuk pendidikan, dsb.
Hibah dari perusahaan swasta, pribadi orang kaya, dsb. Universitas pemerintah juga
kalah oleh Swasta, TVRI milik Pemerintah juga kalah oleh TV swasta,
Radio pemerintah juga kalah oleh Radio Alshinta Swasta.
Presiden sudah enam kali bergantian malah tambah repot berita di koran menulis hutang
Indonesia ke IMF dan Bank Dunia hingga tahun 2045 tak akan
lunas. Jadi dikalkulasi tiap orang berhutang kira-kira 7,7 juta sejak
lahir hingga mati. Artinya sampai mati kamu bawa hutang 7,7
juta belum bayar ke orang asing.
Wah, payah, bener, bener payah.
Mbah Murkijutmeleketehe.
Ahli Sosial Masyarakat.
Hampir sebulan penuh Editorial MIOL didominasi topic negatif
tentang pemerintah dan kebejatan elite negeri ini. Apakah sudah tidak ada
lagi nilai positif dari bangsa ini?
Sangat mengerikan dan menyesakkan. Hilang sudah harapan, gelap sudah masa depan. Begini burukkah perangai pejabat negeri ini. JIka demikian, bukan kejahatan institusi lagi yang kita hadapi, tetapi kita berada dalam proses kehancuran bangsa karena kita
sedang melakukan kejahatan bernegara, bersama-sama, dan merata. Dari
bung damai.
Kebobrokan yang Dipelihara
Kebobrokan sistem sudah mendarah daging di semua institusi
negeri ini. Dampaknya, menimbulkan bias kualitas pelayanan
publik. Bangsa ini mengalami kerugian yang diderita publik akibat
dipeliharanya kebobrokan institusi. Hal itu merupakan kerugian
moril dan materiil. Mentalitas aparat sebagai pelayanan publik
kinerjanya akan berpengaruh besar apabila kebobrokan itu tetap
dipelihara. Publik akan mendapat pelayanan asal-asalan dan kalau
ada uang baru bias diproses. Tidakkah para aparat pelayan
masyarakat itu sadar bahwa mereka itu digaji dan diberi fasilitas
oleh uang sumbangan dari rakyat? Dari: entog.
Kehancuran Negara di Depan Mata
Institusi Negara Sakit Akut
Apabila institusi suatu negara menjadi suatu sistem yang
bobrok, semua aturan main berupa UU dan peraturan sudah
tidak ada lagi nilainya. Seberapa parahkah kebobrokan institusi
ini? Sehingga berdampak luar biasa terhadap penegak hukum?
Negeri ini sedang mencari identitas diri menuju proses
pendewasaan dalam percaturan politik dan hukum. Sehingga
dampak dari proses itu sangat mungkin menimbulkan ekses dan
dampak yang besar pada penerapan. Jangankan di penjara, di
lembaga peradilan terjadi jual-beli perkara. Bursa hukum sangat
marak terjadi, begitu juga illegal logging, penyelundupan, sogok,
dan suap di lalu lintas dan jalan raya serta masih banyak lagi
kebobrokan lain. Akan dibawa ke mana arah negeri ini?
Moral di Ujung Tanduk
Moral bangsa ini sudah di ujung tanduk. Tanduk bergoyang
telur pun jatuh dan pecah berantakan. Institusi apa pun adalah
sekumpulan orang yang bermental sama, moral rusak serta
menundukkan dunia sebagai tujuan segalanya. Semua kejadian di
negeri ini mencerminkan hal itu. Di antaranya, pilkada selalu
berakhir ricuh karena semua pihak ingin menang. Adelin Lis lenyap
merupakan kejahatan institusi berisi manusia berakhlak rendahan.
Keadilan berpihak kepada yang berkantong tebal bermoral
kampungan. Sehingga ingin bekerja pun harus menyuap petugas.
Ingin membantu bunda tercinta mengurus pensiun janda pun
dipalaki institusi. Pengawasan melekat seolah tiada lagi. Apakah
ini bukti kegagalan pendidikan keagamaan di lingkungan kita?
Dari: Ompongsuarsair.
Bangsa Menuju Kriminal Geng
Negara dikuasai penjahat. Negara menuju ke bentuk
kriminal. Berpindahnya kekuasaan dari tangan satu ke tangan yang
lain tidak pernah memberikan dampak baik terhadap penegak
hukum. Selama ini warnanya tetap saja criminal law. Banyak terjadi
kasus yang kuat dan berduit itu yang menang. Karena penegakan
hukum yang lemah inilah sumber dari berbagai macam kejahatan
politik, birokrasi, ekonomi dan lain sebagainya. Siapa pun
pemimpinnya akan kesulitan mengelola negara ini. Satu sisi
berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan kesejahteraan, sisi lain
menghadapi penghianat-penghianat negeri yang semakin
menggila. Dari: Masanam.
Kepercayaan Publik Sirna
Yang kurang adalah tindakan institusi terhadap oknum.
Tindakan yang tegas bukan hanya sekadar pemecatan, tapi berujung
dipenjara. Berantas oknum yang menyeleweng jangan setengahsetengah.
Sebarkan ke semua media oknum yang sudah dibasmi.
Bila hal itu sudah dilakukan, sudah ada usaha serius dari institusi.
Selama menyukai barang haram, bangsa ini tidak akan pernah maju.
Dari: gadingtutuka.
Indonesia Menghasilkan Produksi Apa?
Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, dan populasi
penduduk 235 juta (sama dengan Amerika) kalau ada yang
bertanya: Produksi barang apa yang telah dihasilkan oleh bangsa
Indonesia? Jarum jahit saja yang terkecil harus impor dari China,
gula, kacang kedelai, buah-buah durian-jambu-mangga impor
dari Thailand. Apalagi otomotif impor, elektronik, hampir semua
barang kebutuhan hidup impor dari negara luar, wah,sedih,lucu
dan aneh.
Semua itu tergantung dari bagaimana cara seorang
pemimpin negara bisa mengatur/mengelola negara dan
bangsanya dengan baik dan benar. Indonesia sebenarnya harus
lebih kaya-raya, lebih mewah dan kehidupan rakyatnya harus bisa
lebih terjamin, baik dari kesejahteraan keadilan, keamanan dan
kebebasannya, bila dibandingkan negara Asia lainnya.
Namun kenyataan menjadi lain, seakan bagai sulap yang
terkenal disebut aneh bin ajaib tapi nyata. Rakyatnya banyak
kelaparan, busung-gizi buruk, akhirnya sering terjadi kejahatan
dengan latar belakang kekurangan eknomi. Kalau mau jujur,
bangsa Indonesia sebagian besar hanya pandai berteori muluk-muluk
setinggi langit.
Hampir tiap bulan atau minggu bahkan
tiap hari sering mengadakan diskusi, seminar, talk show dan
apalagi namanya. Untuk mengeluarkan pernyataan, pendapat,
teori muluk setinggi langit, hanya ahli retorika dari orang yang
mengaku profesor, doktor, insinyur, dokter, sarjana, dan para
ahli lainnya. Tapi begitu jadi pejabat semua teori muluknya
menguap bagai asap hitam.
Yang nyata adalah korupsi makin merajalela, kemiskinan dan kelaparan-gizi buruk-busung,
pengangguran, kejahatan terus meningkat akibat ekonomi kurang.
Sekolah baru dua tahun dibangun tiba-tiba rusak berat, dan
ambruk dibiarkan padahal biaya sekolah terus naik melambung.
Yang membangun lagi sekolah justru dari pihak perusahaan
swasta, donatur TV swasta, Yayasan swasta dan bukan
pemerintah. Jika menunggu dari anggaran pemerintah harus rapat
Kabinet, rapat DPR dan segala tetek bengek rapat-usul, dsb. Yang
herannya bangunan lama dari Belanda dan Jepang masih utuh,
jadi aneh dan terbalik.
Berbagai Macam Perijinan dan Aneka Pajak tapi Uangnya
entah kemana, malah Korupsi merajelela
Penghasilan dari pajak saja coba hitung sendiri, mulai dari
Perijinan Perusahaan harus bayar ke 5 meja petugas yang berbelit
harus pakai uang semua, dari pajak otomotif/kendaraan SIM,
STNK, BPKB, retribusi, parkir, kir mobil, pungutan di
timbangan, belum dijalanan para supir sering mengeluh karena
banyaknya pungutan liar yang harus dibayar.
PPN, PPH, pajak PBB, ijin bangunan IMB, bikin KTP-Paspor, pajak iklan, stiker
Rp500,000,- tiap tahun hanya untuk masuk jalan ke Bandara
Soekarno Hatta (2006-2007).
Tarif jalan tol yang sering naik tak pernah turun padahal jalanan sering rusak parah, belum lagi di
pasar berbagai pungutan, di perumahan, pajak kekayaan.
Viskal naik 2,5 juta, bea cukai di pelabuhan dan airport, pajak cukai
rokok naik tahun 2006 jadi 1,5 trilyun, pajak hak cipta lagu-lagu
dan buku, pajak pulsa. Juga anehnya semua hadiah undian harus
bayar pajak walaupun kecil, ada lagi pajak super ajaib yakni pajak
bunga deposito 20% padahal bunganya hanya 6-9%, ditambah
pajak tabungan bank, belum lagi pajak siluman yang tidak
diketahui.
Para pejabat tiap jalan-jalan ke luar negeri pakai uang
rakyat alasan mengundang kontraktor-investor yang besar-besar.
Tapi birokrasi, keamanan dan penegakan hukum tak mau
diperbaiki. Yang sering membuat investor berteriak terus namun
tidak digubris dianggap angin lalu saja. Hasil hutan, tambang
emas, timah, besi, gas, minyak, batu-bara, dst. Ditambah hasil
pajak kemanakah uangnya?
Adalagi yang lebih tak masuk akal sehat, jika anda masuk
rumah makan, lalu pesan makanan, dan setelah makan anda bayar
coba lihat bill/tanda terimanya di bawah situ tertulis ditambah
PPN 10%. Begitu pula di hotel, restoran, padahal makanan yang
kita makan itu kan sudah dipajak dari perusahaannya, mulai dari
pembungkusnya plastik saja sudah dipajak, isinya sudah dipajak.
Dikirim ke rumah makan dijalanan baik kendaraan dan retribusi
dll sudah dipajak, rumah makannya bayar izin dan sudah dipajak,
terakhir yang makannya kenapa dipajak lagi kan hanya makan?
Misalnya rokok, kacang asin garuda, coca-cola, teh botol dll, coba
renungkan!
Bahkan menurut survey hasil pajak tahun 2007 naik menjadi
Rp191 trilyun lebih, namun yang tak habis pikir kemanakan semua
uang sebanyak hasil pajak itu?
Sudah begitu tapi masih terus menerus KORUPSI padahal gajihan besar, tunjangan mobil plus
bensin, rumah, gaji ke-13, dsb. Malahan saat ini ada seruan mau
ditingkatkan lagi tarip pajaknya.
Oh, malaikat, setan kulit hitam, dedemit coba sadarkan mereka dan kasih tahu saya, kapan mereka itu mau jadi manusia seutuhnya? Pasalnya, ada bukti menurut
Bapak Haji Ahmad/Muhamad sebagai ketua Pemantau
Rekontruksi Aceh ketika berdiskusi interaktif di radio Elshinta
mengatakan bahwa, dana bantuan dari luar maupun dalam negeri
yang berjumlah trilyunan untuk rekontruksi Aceh, masih tetap di
korupsi oleh pihak para pejabat hingga jumlah ratusan milyar.
Namun sampai kini tidak diusut dan diselidiki. Akhirnya Bank
Dunia menuntut mengembalikan uang bantuannya.
Anda jangan keburu bangga misalnya sebagai donatur
bencana alam dan musibah di Indonesia, jika telah mengetahui
kenyataan dan fakta seperti itu.
Sebaliknya berhati-hatilah kalau mau membantu korban bencana alam dan musibah di Indonesia.
Alangkah baiknya jika langsung kepada tangan korban yang saat
itu benar-benar sedang menunggu bantuan seperti relawan Tzu
Chi. Ini merupakan pesan saya untuk para donatur. Di Semarang
ada wihara Mahayana yang tertipu hingga 300 juta oleh orang
yang mengaku pejabat Pemda Jawa tengah, dan minta bantuan
untuk korban bencana gempa bumi di Bantul Yogya dan Jawa
Tengah.
Sejak dulu Indonesia sering terjadi bencana alam dan
musibah namun setiap terjadi bencana alam atau musibah
penanganannya selalu terlambat, lamban dan kurang tanggap. Tapi
justru yang jauh bisa datang lebih duluan seperti dari China,
Jepang, Taiwan, Singapura dengan membawa uang hibah dan
barang-barang kebutuhan hidup sembako, medis, tenda, juga
relawannya.
Namun selama saya hidup belum dengar ada
kepedulian bantuan dari Arab Saudi untuk bencana alam atau
musibah, Astaga! Padahal rakyat Indonesia 90% penganut Islam
dan 50% sudah naik haji.
Sebab itu, pesan saya kepada anda bencana alam di Indonesia
bisa berbalik menjadi “berkah”, munculnya kesempatan emas
bagi para koruptor menguapkan bantuan dari berbagai pihak.
Meskipun anggaran diperbesar dan bertambahnya komisi
itu-ini dan program pemerintah tetapi faktanya rakyat tetap
miskin, busung-lapar, gizi buruk, pengangguran terus bertambah.
Sedangkan banyak perusahaan pemerintah BUMN beralasan
terus rugi dan dikorupsi (BI-100 miliar) akibatnya pemerintah
yang harus menanggung bebannya. Belum lagi 2000 lebih
rekening ‘Siluman’ di berbagai departemen yang tidak tahu
uangnya kemana?.
Wah, pokoknya cape deh... Ditambah lagi kinerja DPR yang lambat, sering bolos ketika sidang umum DPR yang ditandai banyak bangku yang kosong. Malah ada anggota
DPR tertangkap sedang menerima uang korupsi di hotel mewah
dengan wil. Tapi masih mau membangun gedung baru dengan anggaran 1,2 trilyun.
Begitu pula kantor para pejabat DKI, hingga pejabat
di daerah masuk siang dan pulang belum waktunya kadang belanja
ke mall.
Kesimpulannya mereka hanya mau jadi PNS tapi tak
mengerti tanggung jawab. Itulah faktanya Indonesia yang kaya-raya
tapi rakyatnya banyak yang miskin.
Contoh: Banyak sekolah ambruk tapi dibangun oleh perusahaan swasta dan masyarakat.
Jalan rusak parah tapi diperbaiki oleh swasta dan asing. Bencana banjir, longsor, kebakaran, dsb, justru yang cepat datang menolong dari pihak perusahaan swasta, Tzu Chi.
Jadi uang hasil dari berbagai pajak dan eksploitasi hutan, laut, tanah, minyak
bumi kemana?
Belum bantuan tunai atau hibah dari negara dan
bangsa asing, hibah untuk bangun sekolah, hibah untuk bencana
alam dan musibah, hibah untuk Pemilu, hibah untuk membantu
kemiskinan, hibah untuk pendidikan, dsb.
Hibah dari perusahaan swasta, pribadi orang kaya, dsb. Universitas pemerintah juga
kalah oleh Swasta, TVRI milik Pemerintah juga kalah oleh TV swasta,
Radio pemerintah juga kalah oleh Radio Alshinta Swasta.
Presiden sudah enam kali bergantian malah tambah repot berita di koran menulis hutang
Indonesia ke IMF dan Bank Dunia hingga tahun 2045 tak akan
lunas. Jadi dikalkulasi tiap orang berhutang kira-kira 7,7 juta sejak
lahir hingga mati. Artinya sampai mati kamu bawa hutang 7,7
juta belum bayar ke orang asing.
Wah, payah, bener, bener payah.
Mbah Murkijutmeleketehe.
Ahli Sosial Masyarakat.
Komentar