Kisah Y.A. Sariputta - Bagian 2
Pada
masa itu, tinggallah di Rajagrha seorang pertapa bernama Sanjaya dari sekte
Paribbajaka, yang mempunyai banyak murid. Setelah memutuskan utnu mendapatkan
pentabhisan di bawahnya, Upatissa dan Kolita pergi ke sana, masing-masing
dengan 500 brahmana pengikut mereka, dan semua menerima pentabhisan. Sejak itu,
reputasi dan ketenaran Sanjaya meningkat pesat...
[MAAF FOTO2 CUMA ILUSTRASI]
Dalam waktu singkat,
kedua sahabat itu telah mempelajari semua doktrin Sanjaya, dan mereka bertanya,
"Guru, apakah doktrinmu begini, atau masihkah ada yang lain?"
Sanjaya menjawab,
"Hanya ini saja, kalian sudah mengetahui semuanya."
Setelah mendengarnya,
mereka berfikir, "Kalau demikian, percuma saja berguru terus kepadanya.
Tetapi India begitu luas, apabila kita berkelana dari desa ke desa, kota dan
daerah, kita akan menemukan guru yang dapat menunjukkan jalan pembebasan bagi
kita."
Setelah berkelana ke
seluruh daerah India, mereka kembali, dan tiba di tempat perjanjian mereka,
kemudian mereka sepakat bahwa siapa yang terlebih dahulu menemukan keadaan
tanpa kematian, harus memberitahu yang lain.
Beberapa waktu
kemudian, Yang Diberkahi datang ke Rajagrha. Di antara 61 arahat yang dikirim
sang Guru untuk menyebarkan nilai - nilai Tiga Mustika ke seluruh dunia,
tersebutlah Sesepuh Assaji, yang merupakan bagian dari kelompok lima pertapa,
merupakan pendamping terdahulu sang Buddha sebelum mencapai penerangan, dan
sesudah itu murid pertamaNya.
Sesepuh Assaji telah
kembali ke Rajagrha sesudah lama berkelana, dan ketika pada suatu pagi, pada
saat Beliau pergi berpindapata di kota, beliau terlihat oleh Upatissa, yang
sedang dalam perjalanannya ke biara pertapa Paribbajaka. Terpesona oleh sikap
dan penampilan Assaji yang tenang, Upatissa berpikir, "Tidak pernah saya
berjumpa dengan pertapa seperti ini sebelumnya. Beliau pasti salah satu arahat,
atau sedang dalam perkembangan menuju ke arahatan. Apakah perlu saya
menghampirinya dan bertanya, "Kepada siapakah Anda berguru? Siapakah
gurumu dan ajaran siapakah yang Anda jalankan?"
Kemudian, ketika sang sesepuh telah selesai mengumpulkan makanan dan Upatissa meyusulnya
ke tempat lain untuk duduk dan makan, ia menyiapkan tempat duduknya sendiri
yang selalu dibawanya dan menawarkannya kepada sang Sesepuh. Sesepuh Assaji
memakan makanannya, Upatissa lalu melayaninya dengan memberikan minum dari
tempat airnya sendiri; dan dengan jalan tersebut telahh menunjukkan kewajiban
murid kepada gurunya.
Setelah mereka bertukar salam, Upatissa berkata, "Begitu tenang roman
mukamu, Yang Mulia. Begitu murni dan terang kulitmu. Di bawah siapakah Anda
berguru menjadi pertapa? Siapakah gurumu dan doktrin siapakah yang Anda
jalani?"
Assaji menjawab, "Dia adalah Pertapa Agung, saudara, keturunan Sakya. Di
bawah Yang Terberkahilah saya berguru. Beliau adalah guruku dan Dhamma-Nyalah
yang saya jalankan."
"Apa yang diajarkan oleg guru Yang Mulia, apa yang Beliau nyatakan?"
Ditanya seperti itu, Sesepuh Assaji berfikir, "Pertapa ini diluar ajaran
Buddha. Saya harus menunjukkan kepadanya betapa besarnya ajaran ini." Jadi
ia berkata, "Saya masih baru, temanku. Belum begitu lama sejak saya meninggalkan
rumah, dan baru-baru ini saya menerima ajaran dan disiplin ini. Saya tidak
dapat menjelaskan Dhamma secara terperinci kepadamu."
Sang pengelana menjawab, "Saya bernama Upatissa, katakanlah kepada saya
berdasarkan kemampuan Anda, walaupun sedikit, itu akan menjadi tugas saya untuk
memahami artinya dengan seratus atau seribu cara pun."
Dan ia menambahkan;
"Sedikit atau banyak yang dapat engkau katakan artinya saja,
nyatakanlah kepadaku!
Untuk tahu artinya adalah
keinginanku sati-satunya;
tidak berguna bagiku
kata-kata yang banyak."
Sebagai jawabanya,
Sesepuh Assaji menyatakan bait ini:
"Segala hal mempunyai sebab,
Tathagata menjelaskan sebab
tersebut;
dan bagaimana mereka hilang,
itu pula yang
dikatakanNya,
inilah doktrin dari Pertapa Agung."
Setelah mendengar dua
baris pertama, Upatissa mencapai tingkat Calon Pemenang Arus (Sotapatti-magga)
dan pada dua baris yang lain Ia telah menjadi Pemenang Arus (Sotapatti-phala).
Sebelum mendapatkan
pencapaian yang lebih tinggi, Ia berpikir; "Di sinilah arti pembebasan
akan ditemukan!" Ia berkata kepada sang sesepuh: "Janganlah
memperluas penjelasan tentang Damma ini, Yang Mulia. Ini sudah cukup. tetapi di
manakah guru kita tinggal?"
"Di Vihara Hutan Bambu, pengelana," jawab sesepuh Assaji.
Bersambung.....NEXT ON KE 3...
Komentar