Kisah Y.A. Sariputta - Bagian 1
Sebelum sang Buddha lahir di dunia, tersebutlah seorang wanita brahmana bernama Sari yang tinggal di desa Upatissa dan seorang wanita bernama Moggali yang tinggal di desa Kolita. Keduanya sedang mengandung. Kedua keluarga bersahabat dekat selama tujuh generasi berturut-turut. Sejak pertama kehamilan mereka, calon-calon ibu itu dijaga dengan baik oleh masing-masing keluarga, dan setelah 10 bulan, kedua wanita tersebut melahirkan bayi laki-laki pada hari yang sama. pada hari pemberian nama, bayi laki-laki Sari diberinama Upatissa, dan putra Moggali diberi nama Kolita.
Setelah
cukup dewasa, kedua anak diberi pendidikan dan menguasai ilmu dengan baik.
Masing-masing mempunyai pengikut 500 pemuda brahmana.
Pada suatu
waktu di Rajagaha sedang berlangsungg acara tahunan. Tempat dipersiapkan untuk
kedua pemuda tersebut dan mereka duduk bersama menonton perayaan tersebut.
Mereka sangat menikmati acara perayaan tersebut, dan bahkan membayar untuk
pertunjukan extra, Mereka kembali menyaksikan perayaan pada hari kedua; tetapi
pada hari ketiga, pengertian mereka bangkit dan tidak lagi dapat mereka
menikmati acara perayaan seperti hari pertama.
Masing-masing
mempunyai pemikiran yang sama; "Apa yang saya cari disini?" Sebelum
orang-orang inimencapai umur 100 tahun, mereka semua akan mati. Apa yang
seharusnya kita lakukan adalah mencari tahu tentang pembebasan."
Degan
pikiran demikian, mereka duduk di tempat mereka di festival. Kolita berkata
kepada Upatissa, "Bagaimana, sahabatku Upatissa? Engkau tidak kelihatan
bahagia dan senang seperti hari-hari yang lalu. Engkau kelihatan tidak puas.
Apa yang sedang engkau pikirkan?"
"Sahabatku,
Kolita, menyaksikan semua hal disini sama sekali tidak ada untungnya. Sama
sekali tidak berguna! Saya seharusnya mencari tahy tentang pembebasan. Itulah
yang saya pikirkan, Kolita. Tetapi engkau, Kolita, kelihatannya tidak puas
juga."
Kolita
menjawab, "Sama seperti yang engkau rasakan!" Mendengar bahwa
sahabatnya juga mempunyai kehendak hati yang sama, Upatissa berkata,
"pikiran kita sama adanya. Tetapi bagi mereka yang mencari pembebasan,
hanya ada satu jalan yang dapat di tempuh; meninggalkan rumah dan hidup sebagai
pertapa. Tetapi kepada siapakah kita akan berguru?"
Pada masa
itu, tinggallah di Rajagrha seorang pertapa bernama Sanjaya dari sekte
Paribbajaka, yang mempunyai banyak murid. Setelah memutuskan utnu mendapatkan
pentabhisan di bawahnya, Upatissa dan Kolita pergi ke sana, masing-masing
dengan 500 brahmana pengikut mereka, dan semua menerima pentabhisan. Sejak itu,
reputasi dan ketenaran Sanjaya meningkat pesat.
Bersambung ke bagian 2...
Posted by Widi Astiyono Posted on 20:45.
Komentar