ALAM SEMENTARA SETELAH KEMATIAN TIBA (BARDO THODOL-BAHASA TIBETAN) SERIE KE 2..

 

1.Pendahuluan.

 

         Bilamana ada saat kelahiran, tentu ada saat kematian.Itulah hukum dunia, Anicca,Tiada kekekalan….

 

          Dua kejadian saling berganti yang tidak asing bagi kita semua, umat manusia. Biarpun demikian, masih ada umat yang ngeri atau takut bilamana mendengar hal kematian.

 

           Hal ‘kematian’tidak perlu di takuti, tetapi dimengerti; apakah arti dari pada kematian itu, dan bagaimanakah selanjutnya?

 

Sebagai Umat Buddha yang paripurna diharapkan mengerti akan makna dari pada siklus kehidupan ini secara tuntas; dengan menguasai kedua hal tersebut, niscaya ia akan berusaha melaksanakan hidupnya ini dengan sebaik mungkin.

 

 

2.Hakekat dari pada seorang manusia.

 

         Manusia atau ’Manusha’ adalah makhluk hidup yang memiliki dua sifat, yaitu sifat Dewata (Manu) dan sifat Hewani (Sha); dengan dua bekal dasar inilah, seseorang dapat mencapai alam kedewataan dan juga alam hewani; Sifat Dewata dapat diterjemahkan sebagai sifat Non duniawi, sedangkan sifat Hewani adalah sifat Duniawi.

 

Sifat duniawi berbekal materi dasar,badan jasmani yaitu; Lima unsur, Panca Bhuta atau Panca Dhatu, yaitu ; Unsur tanah (pathavidhatu), Unsur Air (Apo dhatu); Unsur Api (Tejo dhatu), Unsur Angin(Vayo dhatu), dan Unsur Eter atau (Akasa dhatu); Panca bhuta ini sering juga disebut dengan Maha Bhuta.

 

Badan jasmani sering juga disebut dengan Badan Kasar; yang berarti ada Badan Halus.                                                                

 

Mengapakah seseorang dapat ‘HIDUP’ (bergerak dan berbicara/dalam arti pengertian dunia), karene ada sesuatu-Nya, dan sesuatu itu oleh pengertian umum  disebut Nyawa, (Das Seele) atau Suksma demikian orang Hindu menyebutnya. Suksma ini untuk sementara kita namakan Purusha.

 

Purusha ini berada di dalam badan halus,yang kita sebut Shespa (; Shepa) demikian orang Tibet menyebutnya. Badan kasar dengan badan halus ini diikat oleh; Tali Sharira.

 

                 Pengertian ‘tali di sini janganlah dibayangkan laksana seutas tali yang mengikat erat suatu ikatan barang agar tidak berceceran; tetapi tali dalam arti seperti tali kait (laying-layang).

 

                  Dengan tali kait tersebut, layang-layang tidak akan terlepas liar kemana-mana. Pada  saat  kematian, tali kait putuslah sudah dan terjadilah perpisahan antara badan jasmani dengan badan halusnya atau Shespa-Kaya.

 

Badan kasar atau Bhuta-Kaya mengalami pembusukan, penghancuran dan kembali terurai dalam materi asalnya, makin cepat badan kasar ini lenyap makin baiklah bagi badan halusnya. Oleh karena itu, dengan jalan dibakar berarti mempercepat proses penghancurannya.






Bilamana kita menyebutkan suatu ‘Manusia’ berarti ia adalah seseorang yang masih hidup, di mana badan kasar dan halusnya masih saling bersatu, tetapi setelah saling berpisah pada saat kematian tiba, yang tinggal sekarang ialah kenangan akan Manusia tersebut, dan kita sebut dengan: Arwah…..

 

          Kemanakah arwah X itu sekarang (X = nama seseorang) ?

 

Arwah tersebut tidak lain ialah Badan Rohani atau Shespa-Kaya, dalam istilah Tantra Buddhis disebut: Shespa saja (baca: Shepa).

 

          Dalam beberapa kitab/ajaran agama disebutkan bahwa shespa harus mengalami berbagai uji coba, diantaranya harus melewati sebuah titian selebar sehelai rambut dibelah tujuh, yang terbentang di atas sebuah lembah yang berisikan berbagai binatang buas, atau titian di atas sebuah kawah berapi membara.

 

Bilamana Shespa itu berhati suci, ia akan selamat melewati titian tersebut, akan tetapi bilamana ia berhati jahat, akan gagal melewati titian tersebut dan tercebur ke dalam api itu, yang disebut Api Neraka.Bentuk lain ialah; Arwah ditanyai oleh seorang petugas atau Malaikat, akan hasil perbuatannya selama di dunia.

 

 3.Pelajaran Buddha Tantra tentang Alam akhirat.

 

           Setelah Arwah meninggalkan badan kasarnya, ia akan hidup di alam Astral, yaitu Alam tanpa badan kasar (Wadag) alam tanpa penghayatan Indriawi(Kognitip), Alam eteris; Alam tanpa kematian.

 

            Bagaimanakah bentuk dari sifat Alam astral ini?

 

Berbagai versi bermunculan. Untuk dapat mengetahui dengan pasti tentang Alam ini , ialah bilamana kita dapat berwawancara dengan seseorang yang pernah berada di alam tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama. Atau kita sendiri pergi ke Alam sana, melihatnya!

 

             Pada umumnya orang hanya akan menganalisa atau mentafsir ayat-ayat dari kitab suci Agama yang membicarakan tentang alam sesudah kematian.

 

Sebuah Pesan Dari  Seberang;

 

Maha  Acarya,Guru Rinpoche berpesan.

Maha Acarya Padmasambhawa, atau guru Rinpoche, peletak dasar penyebar Agama Buddha di Tibet Masehi, adalah seorang Maha Acarya yang memiliki berbagai kemampuan Gaib (Siddhi); sewaktu guru Rinpoche meninggal dunia, Beliau setelah berada di Alam Gaib, alam sesudah kematian, lewat Alam Meditasi, memberikan petunjuk kepada Isterinya yang masih hidup, tentang proses yang di hadapi seseorang pada waktu meninggalkan dunia, sampai menjelang akan bertumimbal lahir di alam kelanjutannya.

 

                 Guru menyampaikan pesan-pesannya kepada Puteri Yeshe Tsogyal, lewat Alam Meditasi.

 

Pesan-pesan itu dibukukan di kulit kayu dari pohon Hdal (baca; Da-a), dari kulit pohon Hdal dibuat lembaran-lembaran sepanjang  25 x 7,5 cm. Pada saat itu kulit kayu tersebut juga dipergunakan untuk jubah atu pakaian. Kulit kayu ini kuat terhadap perobahan cuaca dan halus seratnya.

 

                 Pesan-pesan yang dituliskan di kulit kayu tersebut dalam bahasa dan huruf Tibet Kuno, ditulis dalam abad ke  VIII Masehi.

 

                  Pada tahun 1919 Masehi, atas prakarsa dan jasa dua orang Cendikia, yang satu adalah Lama (Pendeta) bernama Kazi Dawa Sandup, seorang suku bangsa Sikkim  yang menjadi Guru serta penterjemah bahasa suku bangsa Tibet yang juga fasih dalam berbahasa Inggris, DR.Evans Wentz mendapatkan naskah kuno tersebut dari seorang Bhikkhu muda dari Mazab Topi merah (Kargyutpa) di-Wihara Bhutia Basti di Darkeeling, tempat di mana Lama Kazi Samdup bekerja.

 

                   Dengan susah payah ke dua cendikiawan tadi mengumpulkan naskah yang tersimpan serta dimiliki oleh berbagai pihak secara terpisah, setelah terkumpul barulah mereka menterjemahkan naskah.

 

                   Judul Naskah. Oleh Lama Kazi Dawa Samdup diberikan nama; ’ BARDO THOS- GROL’ yang  berarti; ‘ALAM PERALIHAN SEMENTARA’. Bardo = Perahlihan /Sementara; Thos-grol, atau Thodol=Alam peleburan. Nama ini sesuai dengan isi/makna dari pesan-pesan Guru.

                     Secara sekilas isi dari pada pesan tersebut kira-kira seperti di bawah ini;

 

                   Pada waktu seseorang berada dalam keadaan tidak sadarkan diri atau dalam keadaan Sakaratul’ maut, adalah persiapan perpisahan antara Badan Jasmani dengan Badan Rokhani.

 

                   Selanjutnya Badan Rokhani memasuki alam gaib selama waktu sampai Badan Rokhani tadi memasuki kehidupan barunya lagi. Kehidupan baru mana diartikan sebagai ’Tumimbal Lahir’, dengan pengertian bahwa bertumimbal lahir tadi tidak harus kembali kea lam dunia lagi; ada tujuh kemungkinan alam untuk bertumimbal lahir kembali; Lahir dalam arti, tempat untuk Badan Rokhani ini menjalankan kehidupannya. Bilamana ia kembali kealam dunia, ia berbadan jasmani. Alam dunia tadi mungkin Alam Manusia, mungkin pula Alam Hewani.

 

                      Ada tujuh alam untuk bertumimbal lahir yaitu;

 

1.Alam Asura;

2.Alam Preta;

3.Alam Neraka Awici;

4.Alam Halus /Rupa – loka/Non Jasmani;

5.Alam Hewani;

5.Alam Manusia;

6.Alam Dewata;dan

7.Alam Nirwana.

 

     Sejak saat kematian sampai saat ahir Badan Rokhani memasuki salah satu dari ketujuh kemungkinan alam tersebut diatas selama itu Badan Rokhani dikatakan; “Berada di Alam Peralihan“ atau“ Bardo Thodol”, yang menurut Guru  Rinpoche lamanya 49 hari tadi Badan Rokhani mengalami tiga tahap perjalanan di Alam Sementara. Ketiga tahap perjalanan tadi ialah;

 

        1.Tahap Chikhai Bardo; Tahap menjelang kematian.

 

        2.Tahap Chonyid Bardo; Tahap penilaian dari hasil karma-wipaka; Tahap evaluasi karmis.(Tahap –penentu ) 

 

         3.Tahap Sidpa Bardo;Tahap menjelang bertumimbal lahir di alam kelanjutan.

 

 

             DalamKitab Sutta Pitaka,dari enam Alam Kehidupan itu,terdapat  8.400.000 macam makhluk hidup, baik yang di alam Kamma maupun yang ada di alam Arupa/ Rupa Loka.

 

 

             Demikianlah secara singkat ringkasan isi pesan dari Sang Guru.

 

NEXT ON..




Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “