MENGENAL-MEMAHAMI-MENGERTI ARTI PENGABDIAN MULIA BHANTE DHARMA SURYABHUMI..YANG SAYA TAHU..SERIE KE 2..
Pada masa itu masih Gejolak G-30 S PKI Th 1970 an. Berita nyebar bahwa Klenteng2 di Rusak-Hancurkan sebagian di Ambil Alih oleh Pemerintah waktu itu ORBA. Di Kampung saya Ciledug-Cirebon, orang2 datang ke Klenteng sangat Takut di tangkap Polisi yang di anggap Anggota Partai terlarang [Ngeri2 Sedap sih].
Saat itu saya Umat biasa [saat ini bhikkhu Sudhmmacaro] masih ingat datang ke Klenteng Budhi Dharma [Ganti wihara Anuruddha] karena dapat undangan utk Kebaktian [Puja Bakti] bersama.
Ketika datang, Puja Bakti belum mulai saya menyaksikan banyak Umat Ngobrol2 dg Y.M. Ashin Jinarakkhitta & bhante Suryabhumi karena membawa Rupang Buddha utk di Tempatkan di Klenteng Budhi Dharma. Tentu saja Umat Bahagia menyambutnya.
Rupang Buddha di letakkan di atas meja umum, lalu Kami mulai Puja Bakti bersama dg Y.M. Ashin Jinarakkhitta [Sukong] & bhante Suryabhumi, pimpinan minta Ceramah lalu Y.M. Ashin Jinarakkhitta tugaskan bhante Suryabhumi utk Ceramah.
Herannya, usai Puja Bakti bersama dg Y.M. Ashin Jinarakkhitta [Sukong] mengatakan bahwa Beliau berdua tidak akan pulang kembali ke Bandung, tapi mau menginap di Klenteng Budhi Dharma. Kami umat Ciledug Sontak Kaget krn tidak ada persiapan kamar utk menginap sama sekali. Tapi, Y.M. Ashin Jinarakkhitta [Sukong] mengatakan bahwa Beliau berdua bisa Tidur di mana saja, alias di Lantai dg alas Tikar seadanya bersama bhante Suryabhumi.
Kami Decak Kagum Betapa Mulianya Y.M. Ashin Jinarakkhitta [Sukong] & bhante Suryabhumi mau menginap & menerima Sikon di Kampung yg serba terbatas.. Amazing Pisan Atuh..
Setelah saya jadi bhikkhu pernah tanya2 sama bhante2 Senior mengatakan bahwa Benar cerita2 Nginap Tidur di atas lantai dg alas Tikar seadanya di Klenteng2 seluruh Indonesia, karena demi Menyebarkan Dharma semua para Bhante2 Senior waktu itu harus menerima Sikon di mana pun berada.
Ini Benar2 Murni Pengabdian kepada Dharma Y.M. Ashin Jinarakkhitta [Sukong] & bhante Suryabhumi bersama Sanggha Agung Indonesia sejak pertama Perkembangan Agama Buddha di Indonesia hingga kini, Luar Biasa tak ternilai.. Amazing Mantap Jiwa Pisan...
Demikian sekilas Pengalaman saya [bhikkhu Sudhammacaro] Mengenal, Memahami, Menyelami, Mengerti ARTI Sebenarnya jadi Anggota Sanggha di Indonesia termasuk Mengenal bhante Suryabhumi bersama Sanggha Agung Indonesia sejak pertama masih Umat pada masa Gejolak G-30-S PKI Th 1970 an hingga saat ini Th 2020...
Semoga tulisan pendek ini bermanfaat bagi Umat Buddha Utamanya utk Mendukung, Merawat, Menyokong Kehidupan para Anggota Sanggha di Indonesia dalam Menjalankan Tugas Pengabdia Dharma yg Mulia.
Terimakasih dan Mohon maaf bila ada Kata2 yg tdk berkenan di hati Umat Buddha, karena saya masih Belajar Dharma dg Benar.
Maaf Foto tdk bisa banyak2 krn Aturan FB..
PENULIS: BHANTE SUDHAMMACARO.
Profil:
Saya Bhikkhu Sudhammacaro lahir di kec: Ciledug kab: Cirebon, 18
Agustus 1951. Pabbajja Samanera pertama: Wihara Sakyawanaram,
Cipanas-Cianjur, April 1988. Lalu Upasampada: Juli 1988 oleh Upajjaya
Y.M Ashin Jinarakkhitta Maha Sthawira, diberi nama Ven. Piyanyano.
Setelah 4 tahun bertugas keliling di Indonesia, lalu ke Thailand pada Juni 1992 dengan ditolong oleh Y.M Phra Chaukhun Rajawaracariya (Bhante Win Wijjano) untuk Upasampada ulang (Dhammayuta) pada 14 Oktober 1992 di Wihara Nyanasangwararam Chonburi, Thailand. Dengan Upajjaya Somdet Phra Nyanasangwara Sanggharaja Thailand diberi nama Ven. Sudhammacaro. Selama 3 tahun belajar Dhamma-Winaya dan bahasa Thai di Wat Boworaniwet, Bangkok (1992-1995). Lalu ke Myanmar untuk berlatih khusus Wipassana selama 17 bulan. Tahun 1996 kembali ke Thai lagi kadang pergi-pulang ke Penang-Malaysia selama 3 tahun.
Tahun 2000 kembali ke Indonesia pertama kali datang di jemput di airport oleh bhikkhu Sukhemo ke Wihara Dhammacakkajaya, Jakarta. Untuk pertamakali Ven. Sudhammacaro menerbitkan buku “Samadhi” (Pencerahan Agung) hasil terjemahan dari buku Mahasatipatthana-Sutta bahasa Thai ke Indonesia pada tahun 2001, sampai saat ini sudah 3 kali cetak ulang.
Hingga kini Ven. Sudhammacaro sudah menerbitkan buku 11 judul aneka ragam. Antara lain “Paritta-Mantra dan Doa Buddhis” sudah 4 kali cetak ulang. Sebab sangat digemari oleh umat sehubungan dengan kebutuhan hidupnya. Ven. Sudhammacaro selama 28 tahun tidak memiliki wihara, tak punya alamat yang tetap, selalu berpindah-pindah mengikuti jejak Buddha Gotama.
Komentar