IPTEK-SAINTIS - FENOMENA ALAM - HUKUM ALAM - Gerhana Matahari Total Menurut Pandangan Islam- Rabu, 9 Maret 2016 - 10:14 wib-Arsan Mailanto-Jurnalis JAKARTA - Hari ini tepat 9 Maret pukul 07.21 WIB, wilayah Indonesia dilewati fenomena langkah yaitu Gerhana Matahari Total (GMT). Fenomena ini terjadi secara total di 11 provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Penelusuran Okezone, Rabu (9/3/2016), menurut pandangan Islam, gerhana matahari dan bulan menujukkan keesaan Allah SWT. Peredaran dan silih bergantinya yang teratur merupakan ketetapan aturan Penguasa Jagad Semesta ini. Allah SWT berfirman dalam surah Ar-Rahman: "Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan." dalam surah (Ar-Rahman: 5)
Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan
bulan, menunjukkan akan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya.
Oleh karena itu, Allah SWT
membantah fenomena penyembahan terhadap matahari dan bulan. Namun yang sangat
disayangkan ternyata keyakinan kufur tersebut banyak dianut oleh
"bangsa-bangsa besar" di dunia sejak berabad-abad lalu, seperti di
sebagian bangsa China, Jepang, Yunani, dan masih banyak lagi.
Allah SWT berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kalian sujud
(menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang
menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya."
(Fushshilat: 37)
Syariat Islam yang diturunkan
oleh Penguasa Alam Semesta ini memberikan bimbingan dan pencerahan terhadap
akal-akal manusia yang sempit dan terbatas. Orang-orang mengira, gerhana
sebadai mukjizat atau tanda matahari turut bersedih. Usai salat gerhana, Nabi
menjelaskan tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang:
Berikut ini ringkasan Shahih
Bukhari:
Abu Bakrah berkata, "Kami
berada di sisi Rasulullah lalu terjadi gerhana matahari. Maka, Nabi berdiri
dengan mengenakan selendang beliau (dalam satu riwayat: pakaian beliau sambil
tergesa-gesa (surah 7/ayat 34)) hingga beliau masuk ke dalam masjid, (dan
orang-orang pun bersegera ke sana (surah 2/ayat 31)), lalu kami masuk.
Kemudian beliau salat dua rakaat
bersama kami hingga matahari menjadi jelas. Beliau menghadap kami, lalu
bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, dan sesungguhnya keduanya (surah 2/ayat 31) bukan gerhana
karena meninggalnya seseorang.
Abu Mas'ud berkata, "Nabi
bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena meninggal (dan
hidupnya (surah 4/ayat 76)) seseorang. Tetapi, keduanya adalah dua dari
tanda-tanda dari kebesaran Allah. Apabila kamu melihatnya, maka berdirilah
untuk mengerjakan salat gerhana."
Senada seperti diriwayatkan
Al-Mughirah bin Syubah berkata, "Terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah pada hari meninggalnya Ibrahim. Orang mengatakan, 'Matahari gerhana
karena meninggalnya Ibrahim.' Lalu Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya
matahari dan bulan (adalah dua dari tanda tanda kebesaran Allah (surah 2/ayat
30)).
"Keduanya tidak gerhana
karena meninggal atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka
salatlah (gerhana) dan berdoalah kepada Allah sehingga ia menjadi cerah
kembali.'" (kem)
Komentar