MEDITASI Dalam Bentuk Sebuah Lingkaran..
Dalam berlatih, jangan berpikir bahwa kamu
harus duduk untuk bisa bermeditasi, jangan pula berpikir bahwa kamu harus
berjalan kesana dan kemari untuk bisa bermeditasi (Cangkamana-Meditasi Jalan
istilah modern).
Jangan berpikir seperti itu.
Meditasi adalah sebuah latihan yang
sesungguhnya sangat sederhana. Apakah ketika kamu sedang memberikan sebuah
khotbah Dhamma, duduk di sini mendengarkan Dhamma, atau pergi dari sini, kamu
tetap dapat berlatih di dalam hatimu.
Tetap sadar terhadap apa yang patut dan apa
yang tidak patut. Jangan memutuskan bahwa tidak apa-apa untuk mematuhi
latihan-latihan bertapa selama retret musim hujan dan kemudian meninggalkan
latihan tersebut setelah retret berakhir.
Hal ini tidak baik. Latihan tidak berjalan
dalam cara seperti itu. Hal ini dapat disamakan seperti membersihkan sebuah
ladang. Kita terus memotong rumput, memotong rumput, dan kemudian berhenti
ketika kita capek. Kita meletakkan cangkul kita dan baru datang satu atau dua
bulan kemudian. Alang- alangnya sekarang telah lebih tinggi daripada tunggul
pohon.
Jika kita mencoba membersihkan daerah yang
telah kita bersihkan sebelumnya, maka akan terasa berat bagi kita. Suatu waktu
Ajaan Mun pernah berkata bahwa kita harus membuat latihan kita berbentuk sebuah
lingkaran.
Sebuah lingkaran tidak pernah mempunyai
akhir. Ia akan terus berjalan terus-menerus. Tetaplah berlatih secara
terus-menerus tanpa berhenti. Saya mendengarkannya dan saya berpikir, “Ketika
saya telah selesai mendengarkan ucapan ini, apa yang harus saya lakukan?”
Jawabannya adalah dengan membuat kesadaran
kita: “Akaliko (bhs Pali)”: artnya tanpa batas waktu. Pastikan bahwa pikiran
mengetahui dan melihat apa yang patut dan apa yang tidak patut, sepanjang waktu,
baik sedang duduk, berdiri maupun berjalan.
Sumber: "108 Perumpamaan Dhamma" -
Ajahn Chah.
Komentar