“Ajahn Brahm Contoh Teladan Bhikkhu Therawada yg Bijak, Praktisi yg ber-Pandangan Luas, Penuh Dedikasi Ikuti Jejak Guru Agung Buddha Gotama”




Kunjungan Ajahn Brahm yg Rendah Hati Ke Da Ai TV Taiwan



FUNDS tanggal 14 Mei 2013, Bhikkhu Ajahn Brahm berkunjung Ke Stasiun Da Ai TV di Taipei.Bhikkhu Ajahn Brahm awalnya berasal dari Inggeris, lalu memutuskan untuk menjadi Bhikkhu Setamatnya dari universitas. Dalam, kunjungannya, terinspirasi Oleh Semangat humanis Tzu Chi dan tersentuh Oleh Ketetapan Hati Da Ai TV untuk menyebarkan kebenaran, kebajikan dan Keindahan melalui media.


Ajahn Brahm membahas Artikel Baru Master Cheng Yen


Bhikkhu Ajahn Brahm dari Aliran Therawada Hari Ini (15/5) berkunjung Ke Griya Jingshe Hualien dan bertemu dengan Master Cheng Yen. Kedua belah pihak berbincang-bincang masalah Agama, dengan Harapan Bisa menambah kekuatan Perdamaian di Dunia.


Bhikkhu Ajahn Brahm dipandu dan diberi penjelasan Oleh Bhikkhuni Griya Jingshe untuk memahami sejarah Tzu Chi yang menggunakan metoda Pembinaan Diri sehari-hari dari para Bhikkhuni Griya Jingshe. Ajahn Brahm adalah seorang Bhikkhu Therawada Yang Ulasannya Sangat terkenal di Asia Tenggara. 


Bhikkhu Ajahn Brahm diundang Oleh CEO Da Ai TV untuk berkunjung Datang Ke Taiwan, adalah Kali PERTAMA beliau Datang Ke Taiwan Dan berbincang-Bincang dengan Master Cheng Yen, melalui Panduan Interaksi AGAMIS (Buddha) di Taiwan.



CATATAN ANALISTIS:


“Ajahn Brahm Contoh Teladan Bhikkhu Therawada yg Bijak, Praktisi yg ber-Pandangan Luas, Penuh Dedikasi Ikuti Jejak Guru Agung Buddha Gotama”



Alasannya, Ajahn Brahm tdk Fanatisme Ekstrim, tdk Arogansi, tdk Dogmatis Kaku, bukan seorang Bhikkhu Therawada yg Cuma Teoritisme Mati.



Faktanya: Ajahn Brahm Berani Men-Dobrak dan Melawan Arus yg ber-Pandangan Sempit hingga Serius mau mem-Bentuk Sanggha Bhikkhuni Therawada yg banyak di-Tentang oleh Kelompok bhikkhu Therawada Fanatisme Kaku.


Ajahn Brahm seorang Bhikkhu Therawada yg Penuh Dedikasi telah mengangkat Derajat dan Hak Asasi Kaum Feminim (Perempuan) untuk Jadi seorang Bhikkhuni, Ikuti Jejak Guru Agung Buddha Gotama.  Ajahn Brahm sdh Mengembalikan Posisi Bhikkhuni ke Awal Mula Sejarah Guru Agung Buddha Gotama membentuk Sanggha Bhikkhuni. Ini artinya Ajahn Brahm sudah Menyempurnakan empat Kelompok para Sisiwa Guru Agung Buddha Gotama.

Yaitu ke-1. Para Bhikkhu, 2. Para Bhikkhuni, 3. Para Upasaka (umat Laki2), 4. Para Upasika (umat Perempuan).  



Ajahn Brahm seorang Bhikkhu Therawada yg tdk sama spt para Bhikkhu Therawada Indon yg Cuma Omong Besar, Dogmatis Kaku, Teoritisme Mati, dan Arogansi.


 Ajahn Brahm seorang Bhikkhu Pembelajar Dharma sekaligus Praktisi Dharma Sejati, yg seharusnya menjadi Contoh Teladan yang Pantas diikuti Jejaknya oleh Generasi Muda para bhikkhu Therawada Indon dan Umatnya.


Semoga Catatan Analistis ini memberi Inspirasi dan mem-Buka Mata Dharma (Sadarkan)  para bhikkhu Therawada Indon dan Umatnya.

Semoga berguna untuk menambah Pengetahuan dan Wawasan Dharma.
Mohon Maaf jng Marah yah.. bila ada yang salah dan tidak berkenan di-Hati anda, Sadhu.


 KOMENTAR:


1. Sungguh aneh ya kelakukan org indo , mungkin akibat terlalu lama negara kita dijajah negri belanda ,yg diajarkan hanya politik adu domba nya,jd pengetahuan pendidikan nya kurang berkembang.. Ya smua itu juga krn UUD alias Ujung Ujung Duit.. Santai santai omithofo.

berbekal kerendahan hati serta kebijaksanaan yang main, beliu mau datang mengunjungi bhikkuni tzu chi yang teloransinya serta kemanusiannya sangat tinggi. beliau datang saling bertukar pikiran tentang agama.

2. kalo di indo ada yang seperti AB beeeehhhh jadi di musuhin deh dan habis di kata2in .... tepuk2 jidat .... melihat suatu kebenaran yang terinjak .. Benar tuh ce fera,hahaha. Kebanyakan gelap mata karena nafsu duniawi yang berlebihan, serakah, tau nya ada uang di sayang aja, kebenaran uangnya dikit, tapi kejahatan dapet uangnya banyak,hihihi.


3. Sbg Orang Indonesia, Warga Negara Indonesia, anda harus taat dgn Hukum dan peraturan pemerintah, betul?.. Anda mengakui atao tidak bahwa Pancasila sbg Landasan Negara RI? ...skr Pertanyaan anda "apakah kita dirugikan atau tidak memakai nama Tuhan YME dlm agama Budha?" .. Dlm kontek ke warga negaraan tentu IYA .. Seandai nya anda tidak punya "Tuhan YME" dlm agama anda bearti anda disebut ATHEIS , betul? ... Diluar konteks Ke warga negaraan , anda punya "Tuhan" atao tidak( atheis atao non atheis) merupakan hubungan personal pribadi masing2.. Konsep ketuhanan YME sudah diakui oleh pemerintah RI untuk agama budha adlh ADI BUDDHA, mengapa harus di buat lagi oleh "CW" konsep ketuhanan YME dgn Udana VIII:3 merujuk Nibbana? pembahasan ini di kupas tuntas melalui sisi Dharma , kita berdiskusi Dharma bukan berdebat ..


4. sebetulnya, bila STI belum/ tidak dapat menerima konsep ADI BUDDHA karena belum cukup memahami, seharusnya bisa menanyakan pada yang memahami. dan bila bertanya, seharusnya memberikan kesempatan bagi orang yg ditanya untuk memberikan penjelasan dengan lengkap, baru kemudian memberikan penilaian. yg selama ini dilakukan STI adalah "Mempertanyakan" dan langsung menjustifikasi salah tanpa mendengarkan penjelasan ataupun berusaha mencari informasi terlebih dahulu. ini memang berkaitan dengan sejarah masa lalu disaat mbah ashin jinarakkhita diadu dengan mbok hartati dan terjadilah prahara dalam majelis2 agama buddha indonesia. ada orang yang berkepentingan dibelakangnya, selain bertolak belakang dg mbah sukong juga ambisius dan culas. nah orang ini belum diketahui siapa dalangnya. tapi anyway itu adalah masa lalu. biarlah itu menjadi sejarah dan pelajaran berharga, karena masa depan agama buddha indonesia lebih penting. sekarang setiap orang yg mempertanyakan ttg doktrin adi buddha patut untuk mencari informasi terlebih dahulu dan berdiskusi dg yg menguasai. karena ini adalah ciri orang bijak. Trims.


@ Tan Ruslan memang yg terbaik yg diakui pemerintah & keputusan yg sdh menjadi keputusan bersama di konggres WALUBI 1980 saat memutuskan bhikkhu STI (bhante Pannavaru dkk), pakar STI (oknum STI C.Wowor & Panjika) tentu sdh diteliti, dibahas, dipelajari & dianalisa secara mendalam sehingga pihak STI & dkknya menyetujui

Bila kemudian hari pihak STI & dkknya mengingkari lagi konsep KeTuhanan yg telah mereka setujui dgn alasan tdk sesuai dgn agama Buddha, yg menjadi pertanyaannya waktu konggres WALUBI 1980an apa pihak STI & dkknya sedang drop otaknya atau hilang kesadarannya sehingga sekarang mengingkari lalu membuat konsep KeTuhanan yg baru

Bila dilihat cara bertindak & berpikirnya STI & dkknya saat ini tdk ada bedanya dgn kemampuan pola berpikirnya dgn anak2x play group hari ini bilang ya besok sdh melupakan apa yg telah diucapkan & diputuskan.


5. semoga semua teman2x dhamma menyadari saat dimana kita blh kokoh dlm pendirian hal dhamma juga saat dimana kita blh lentur dlm dhamma diambil jln tengahnya krn Sang Buddha tdk pernah mengajarkan kita utk jadi
ekstrim & fanatik yg terlalu berlebhihan

Bila kita fanatik berlebihan menunjukkan tingkat keegoan tinggi sekali berarti dlm pelaksanaan & praktek dhamma masih tingkat taman kanak atau play group

KeTuhanan yg terbaik adalah versi konggres WALUBI thn 1980an krn disaat sblm diputuskan sdh dibahas, diteliti, dianalisa & dipelajari oleh semua pihak baik STI ataupun oknum STI (C.Wowor & Panjika) kalau pun saat ini pihak STI & oknum STI (C.Wowor & Panjika) mengikari mereka blh dikategorikan bunglon dhamma & penjilat ludah sndri serta mereka tlh melakukan kebohongan dlm dhamma

Semua pihak marilah berpikiran jernih semua hal bila sdh diputuskan secara musyawarah & mufakat pastilah terbaik, janganlah mencoba mengingkarinya krn Sang Buddha tdk pernah mengajarkan kita semua utk mengikari hal apapun yg sdh kita putuskan bersama & Sang Buddha tdk pernah mengajari kita utk jadi pecundang dhamma.


6. Kalo tidak ada mbah ashin jinarakkhita ݪªª Ώggªk ada mbah panyavaro to.... Apalagi mas uttamo. Semua ini tentu jasa besar dari mbah ashin jinarakkhita to mas.
silakan disimak dulu ndoro, ada 2 postingan bhante yg membahas ini. sampe khatam ya bacanya. sebetulnya konsepnya pak wowor pun juga sudah mengarah ke pengertian adi buddha, tetapi pemahaman pak wowor belum final. nah ndoro chandra halim harus menyimak penjelasan saya dulu ttg adi buddha di postingan status bhante sebelumnya. https://www.facebook.com/bhante.sudhammacaro/posts/599827390041747?comment_id=106496147&notif_t=like , https://www.facebook.com/bhante.sudhammacaro/posts/601063936584759?comment_id=106502764&notif_t=like


6. selamat sore semua! buddha sarang gacchami, dhammang saranang gacchami, sanghang saranang gachami dan seterusnya ( aku berlindung pada buddha, dhamma, sangha dan seterusnya ) dan itu sudah sering kita ucapkan saat di vihara dan bhante sudah sering melafalnya, dari itu kita tidak perlu melindungi dharma tetapi dharma yang melindungi kita , jadi kita termasuk bhante tidak usah pusing tentang ketuhananan yang di buat entah siapa, yang penting kita terus menpraktekan dharma ( kebenaran )dan umat buddha seperti kita sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk. ingat dharma itu di praktekan bukan untuk di pelajari dan di perdebatkan. terima kasih , semoga semua makhluk hidup berbahagi!!


7. Apakah kita di rugikan atau tidak memakai nama tuhan! dalam agama buddha, kurasa tidak !! cuma perasaan orang orang tertentu yang merasa di rugikan. Perkembang agama buddha di indonesia banyak di kembangkan oleh bhikhhu bhikku theravadana contohnya bhante uttamo, bhante pannavaro, bhante win dan sebagainya, untuk pak tarra lozhang pengetahuan agama nya tidak di raguka lagi cuma perlu di aplikasi ilmu agama nya aja !!



kalo untuk praktik, tidak beragama pun tidak masalah, asalkan tidak mengganggu hak hidup orang lain. akan timbul sedikit permasalahan bila kita berbenturan dg kebutuhan bernegara.

nah disini sekaligus saya memberikan suatu tantangan terbuka bagi seluruh pandita senior theravada dan sekaligus bikkhu sangha theravada untuk melakukan diskusi terbuka tentang adi buddha. apakah mau face to face ataupun dalam satu institusi, bagi saya tidak masalah. saya maju seorang diri tanpa backing siapapun maupun majelis manapun. asalkan diskusinya elegan bagi seorang yg terpelajar, saya ok saja.


8. Chandra menulis: Makhluk-makhluk itu pun berpikir, “Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi Semua Makhluk, Asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Kita semua adalah ciptaannya. Mengapa ?” Sebab, setahu kita, dialah yang lebih dahulu berada disini, sedangkan kita muncul sesudahnya. “Para bhikkhu dalam hal ini makhluk yang pertama yang berada di situmemiliki usia yang lebih panjang, lebih mulia, lebih berkuasa daripada makhluk-makhluk yang datang sesudahnya. Para bhikkhu, selanjutnya ada beberapa makhluk yang meninggal di alam tersebut dan terlahir kembali di bumi. Setelah berada di bumi ia meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa, maka dengan bersemangat, tekad, waspada dan menjadi tenang dan memiliki kemampuan mengingat kembali satu kehidupan lampau, tetapi tak lebih dari itu. Mereka berkata Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi Semua Makhluk, Asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Diala yang menciptakan kami, ia akan tetap kekal selamanya, tetapi kami yang diciptakannya dan datang ke sini adalah tidak kekal, berubah, dan memiliki usia yang terbatas. Apabila kita cermati dengan seksama, Maha Brahma yang merupakan makhluk alam Abhassara yang terlahir di alam Brahma. Pada masa awal memiliki tubuh yang bercahaya dan memiliki kemampuan untuk melayang-layang. Munculnya makhluk alam Brahma lainnya adalah karena habisnya masa kehidupan mereka di alam Abhassara. Jadi, bukan karena hasil dari ciptaan Maha Brahma. Setelah menolak Maha Brahma sebagai pencipta, dia menawarkan rumusan lain yang diambil dari Tipitaka yang menurutnya lebih tepat disebut Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Beliau mengutip Sutta Pitaka, Udana Nikaya VIII : 3 : “Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam, yang artinya : “Suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan Mutlak.” Pandangan Upasaka Succako, dalam bukunya Konsep Ketuhanan dalam Agama Buddha, beliau menyebutkan : Nibbana adalah cita-cita tertinggi. Nibbana merupakan suatu keadaan ketika kita terbebaskan secara sempurna dari belenggu lahir-mati dan tanha ? Nirvana adalah kebalikan Samsara. Nibbana harus ditafsirkan sebagai berakhirnya segala manisfestasi dari tanha. Nibbana adalah akibat dari proses pembersihan hati dan pikiran secara total dan bukan sebaliknya sebab dari terjadinya proses itu ? Dalam Anguttara Nikaya, Buddha menjelaskan ada 3 (tiga) pandangan yang berbeda yang dianut masyarakat luas pada masa kehidupannya. Salah satu dianataranya adalah pandangan bahwa baik penderitaan maupun kebahagiaan kedua-duanya berasal semata-mata dari Pencipta (Issaranimmanahetu). Menurut pandangan ini kita tidak lebih dari hasil karya Pencipta dan sebagai konsekuensinya, seluruh nasib dan takdir kita bergantung mutlak pada kehendaknya yang absolut. Dalam pandangan ini manusia tidak memiliki sedikit kebebasan lagi untuk menentukan nasib dan takdirnya sendiri. Terhadap pandangan ini, Sakyamuni Buddha bersabda, “Jadi, karena diciptakan oleh Pencipta yang maha tinggi, maka manusia akan menjadi pembunuh, pencuri, penjahat, pembohong, pemfitnah, penghina, pembual, pencemburu, pendendam dan orang yang keras kepala. Oleh karena bagi mereka yang berpandangan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan pencipta, maka mereka tidak akan lagi mempunyai keinginan, ikhtiar ataupun untuk menghindar dari perbuatan lain. (Majjhima Nikaya II, Sutta no. 101). Jika ada suatu makhluk yang merancang kehidupan dunia, kemuliaan dan kesengsaraan, tindakan baik dan tindakan jahat – maka manusia tidak lain adalah alat dari kehendaknya dan tentu makhluk itu yang bertanggung jawab (Jataka VI : 208). SANGHYANG ADI BUDDHA adalah asal usul dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, ia sendiri tanpa asal dan tanpa akhir, ada dengan sendirinya, tidak terhingga, Supreme dalam segala kondisi, conditionlesss, absolute, ada dimana-mana, esa tiada duanya, kekal abadi. Namun semua kata-kata indah dan besar itu tidak mampu melukiskan keadaannya yang sebenarnya dari Sanghyang Adi Buddha. Apakah Adi Buddha tersebut ? Adi Buddha tak dapat dikatakan sebagai zat Ilahi yang memiliki inti ego (ego conscious). Adi Buddha bukanlah Tuhan Antrofomorfik (menyerupai manusia) maupun Tuhan Antropopatis (memiliki perasaan dan emosi seperti manusia) yang membuat sebuah rencana dibenaknya, lalu berkeinginan
untuk mewujudkannya dan dikemudian hari memutuskan untuk menilai baik tidaknya hasil karya itu – layaknya seorang arsitek yang memandangi gedung hasil ciptaannya sendiri untuk memuji atau mencela. Dalam Literatur Mahayana dapat kita jumpai konsep pemahaman mengenai Ketuhanan tersebut. Dalam kitab Sutra Vimalakirti Nirdesa, disebutkan Dharma tertinggi adalah tak terkatakan. Pendekatan pemahaman tersebut kita telusuri dalam Trikaya (tiga tubuh Kebuddhaa), yaitu : 1. Dharmakaya yang absolut Yang Mutlak ini bersifat kekal, meliputi segalanya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu bukan realitas personifikasi, esa, bebas dari pasangan yang berlawanan, ada dengan sendirinya, bebas dari pertalian sebab akibat. Tubuh Dharma ini disebut Tathagatagarbha. 2. Sambhogakaya Tubuh rahmat atau tubuh cahaya sering dinyatakan perwujudan surgawi yang dapat dilihat oleh makhluk surga dan Boddhisatva. 3. Nirmana kaya Tubuh perubahan yang dapat dilihat oleh manusia dan dipakai untuk mengajarkan manusia. Buddha Gotama yang mengajarkan kita memakai tubuh ini Mengapa harus ada Adi Buddha Adanya Adi Buddha merupakan penegasan yang penting, bahwa kehidupa ini bukanlah produk chaos, melainkan hasil dari tata kerja hierarchi spiritual yang menghendakinya. Dengan adanya Adi Buddha kehidupan ini menjadi berarti dan dapat dimungkinkan untuk mencapai pencerahan dan kebuddhaan. Bagaimana dengan pengaturan hukum alam semesta ?” Ajaran Buddha mengenai asal alam semesta. Selaras dengan ilmu pengetahuan. Dalam Aganna Sutta, Buddha menggambarkan: alam semesta berulang kali mengalami kehancuran dan tersusun kembali selama masa yang tak terhitung; bumi ini bukanlah satu-satunya planet; ada gugus-gugus yang lebih besar, tatasurya, galaksi, mahagalaksi, dst, tanpa batas. kehidupan pertama terbentuk di atas permukaan air, kehidupan berangsur-angsur berevolusi dari organisme yang sederhana menjadi makin kompleks. Segala proses ini tidak berawal, tidak berakhir, dan berlangsung alamiah. “Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran Buddha.” (Albert Einstein, 1939) Sumber Pencantuman Ketuhanan Konsep mengenai Adi Buddha dapat kita jumpai dalam 1. Kitab Namasangiti Karanda Vyuha. 2. Svayambu Purana 3. Maha Vairocanabhisambodhi Sutra 4. Guhya Samaya Sutra 5. Tattvasangraha Sutra dan 6. Paramadi Buddhodharta Sri Kalacakra Sutra. Di Indonesia, 1. Kitab Namasangiti versi Chandrakirti dari Sriwijaya dan 2. Sanghyang Kamahayanikan pada jaman Pemerintahan Mpu Sindok.


9. Chandra menulis: Kebenaran terakhir ini, seperti Nibbana yang memungkinkan kita untuk mencapai pembebasan. Buddha telah mencapai Pencerahan Sempurna, dengan demikian Buddha menghayati dan memahami Ketuhanan dengan sempurna pula. Buddha bersabda: “Ada Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak Terjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak (Udana VIII:3). Yang Mutlak = Asamkhata-Dhamma = Yang Tak Terkondisi. Dengan adanya Yang Tak Terkondisi (Asamkhata), maka manusia yang terkondisi (Samkhata) dapat mencapai kebebasan mutlak dari samsara. Dengan adanya hukum Dharma, unsur IMANEN dari Ketuhanan YME tidak lenyap sama sekali, namun ajaran Buddha menekankan unsur TRANSENDEN dari Ketuhanan YME. Semua yang transenden adalah TIDAK TERKONSEPKAN, harus dipahami secara INTUITIF melalui PENCERAHAN, bukan melalui konsep. Tak terelakkan, ketika kita bicara tentang konsep Ketuhanan, diperlukanlah: SEBUTAN. Salah satu sebutan: Adi-Buddha. Sebutan lain: Advaya, Diwarupa, Mahavairocana (kitab-kitab Buddhis bahasa Kawi), Vajradhara (Tibet: Kargyu & Gelug), Samantabhadra (Tibet: Nyingma), Adinatha (Nepal). Daftar ini tidak lengkap dan masih bisa diperpanjang lagi sesuai dengan kebutuhan Ajaran-ajaran mengenai Adi Buddha telah lama dianut oleh leluhur-leluhur kita di tanah Jawa yang menganut aliran Buddha esoterik yang mendirikan candi borobudur serta candi-candi Buddhis lainnya. Adi-Buddha = Realitas Tertinggi Adi-Buddha = Kebenaran Mutlak. Adi-Buddha = Ketuhanan Yang Maha Esa Adi-Buddha = Dharmakaya Dharmakaya: tubuh Dharma yang absolut, kekal, meliputi segalanya, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, ada dengan sendirinya, bebas dari pasangan yang berlawanan, bebas dari pertalian sebab-akibat. Adi-Buddha bukan suatu personifikasi. Adi-Buddha bukan sosok yang punya inti-ego (ego-conscious). Adi-Buddha bukan Tuhan antropomorfik (menyerupai manusia). Adi-Buddha bukan Tuhan antropopatis (berperasaan = manusia). Apakah pengetahuan kita mengenai Adi-Buddha dapat menyelamatkan kita dari samsara? Tentu saja TIDAK. Mengapa ?” Karena pengetahuan kita mengenai Adi-Buddha bersifat intelektual semata; bukan pengalaman intuitif langsung. Selain itu karena kita masih harus berlatih sila dan semadi untuk mewujudkan kebijaksanaan. Tanpa melakukan ketiga hal ini, kita tidak akan terbebas dari Samsara. Pandangan C. Wowor mengenai konsep Ketuhanan, beliau mengatakan bahwa Ketuhanan yang Maha Esa dalam agama Buddha, menurut ajaran dalam Tipitaka adalah Nibbana. Menurutnya Maha Brahma bukanlah Tuhan dalam versi Buddhis. Sebagaimana kutipan beliau dalam Bramajala Sutta, disebutkan sebagai berikut : “Demikianlah pada suatu waktu yang lampau ketika berakhirnya suatu masa yang lama sekali, bumi ini mulai berevolusi dalam pembentukan. Ketika hal ini terjadi alam Brahma kelihatan dan masih kosong. Ada makhluk dari alam dewa Abhassara yang masa hidupnya atau pahala karma baiknya untuk hidup di alam itu telah habis. Ia meninggal dari alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma Di sini ia hidup ditunjang oleh kekuatan pikirannya diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa, hidup diliputi kemegahan, ia hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Karena terlalu lama ia hidup di situ. Maka dalam dirinya muncullah rasa ketidakpuasan, juga muncul suatu keinginan, “O, Semoga ada makhluk lain yang datang dan hidup bersama saya di sini !” Pada saat itu ada makhlukn lain yang disebabkan oleh masa usianya atau pahala karma baiknya telah habis, mereka meninggalkan alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya, tetapi banyak hal sama dengan dia. Para Bhikkhu, berdasarkan hal itu, maka makhluk pertama yang terlahir di alam Brahma berpendapat, “Saya Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi Semua Makhluk, Asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Semua makhluk adalah ciptaanku. Mengapa Demikian !” Baru saja saya berpikir, semoga mereka datang, dan berdasarkan pada keinginanku itumaka makhluk-makhluk itu muncul.



Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun Ven.Sudhammacaro.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “