NIBBANA ANALISIS & ULASAN TERBATAS.
Kitab Tipitaka, bagian Sutta Pitaka, Udana VIII:3 Buddha mengatakan, “ Atthi, Bhikkave Ajatang Abhutang Akatang Asangkhatang …” yang artinya “O Bhikkhu, ADA yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak / yang tidak berkondisi …” Dengan adanya Yang Mutlak, Yang Tidak Berkondisi (Asankhata-Dhamma) maka semua makhluk yang berkondisi (sankhata) bisa terbebas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan tertinggi dengan cara merealisasi Nibbana (bahasa Pali) / Nirvana (bahasa Sanskerta).
Karena Atthi (ADA) dijelaskan sebagai Asankhata-Dhamma maka ADA yang dimaksud bersifat anatta (tanpa aku) yang tidak dapat dipersonifikasikan dan tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun.
Selama 45 tahun dalam pengembaraannya
mengajarkan Jalan yang beliau peroleh saat mencapai penerangan sempurna
dibawah pohon bodhi di bulan Vesakha.
Buddha selalu konsisten bahwa
apa yang beliau ajarkan Fakta Kehidupan yang sudah di Lihat, di
Rasakan, di Buktikan, di Alami, di Mengerti, di Pahami dengan Benar2
Nyata.
Semua itu hanyalah Jalan untuk merealisasi Nibbana dan
Nibbana bisa dicapai dalam kehidupan saat ini atau Kegidupan
selanjutnya, juga tidak harus menunggu kematian.
Secara positif
Nibbana dapat diartikan sebagai Ke-Buddha-an karena mereka yang telah
merealisasi Nibbana telah menjadi Buddha, dan istilah Buddha sebetulnya
adalah gelar bagi mereka “Yang Sadar Sempurna”. Pemahaman inilah yang
kadang disalahartikan bahwa Buddha adalah Allah/ Tuhan itu sendiri.
Perlu diketahui Buddha tidak hanya Gelar di India bagi Orang Suci
Sempurna Lahir Batin saat itu adalah Buddha Gotama.
Satu lagi konsep yang kadang disalahartikan sehubungan dengan agama Buddha di Indonesia, karena dihadapkan pada peraturan UU bahwa setiap agama harus memiliki kenyakinan terhadap Tuhan, maka dengan dipaksa-paksakan muncul istilah Sanghyang Adi Buddha yang digunakan untuk menyebut nama Allah/ Tuhan dalam agama Buddha di Indonesia.
Celakanya Sanghyang Adi Buddha banyak dipahami hanya secara literal sebagai Buddha Awal atau Buddha Pertama. Dalam aliran Vajrayana Adi Buddha merupakan aspek dari Vajradhatu sedangkan vajradhatu adalah DHARMA yaitu ajaran yang diajarkan oleh semua Buddha, tidak terbatas pada diri Buddha Gotama. (---tunggu ulasan Sanghyang Adi Buddha dalam artikel tersendiri).
Tulisan ini juga tidak ingin mengulas Ketuhanan dalam ajaran Buddha terlalu panjang lebar, karena pikiran dan batin penulis sendiri masih terbelenggu dalam kehidupan duniawi sehingga tulisan ini bukanlah sebuah hasil pencerahan tapi hanya sekedar pengetahuan biasa, maklum sudah Tua penulis masih mengidap “penyakit pertanyaan Malunkyaputta” alias LUPA INGATAN.
Buddha sendiri tidak mau berkomentar banyak dan berspekulasi tentang ATTHA /ADA yang telah beliau realisasikan dalam Kesadaran Agung. Beliau hanya sekedar menuntun kita untuk bisa mencapai apa yang beliau capai, dan kita sendirilah yang akhirnya harus berjuang sendiri untuk merealisasi Nibbana atau Ke-Buddha-an dengan demikian, dengan sendirinya kita akan paham terhadap ADA dan bagaimana alam semesta ini berproses bukan sebatas pengetahuan biasa (intelek) tapi sebuah pengalaman yang luar biasa.
Ibarat jika dikatakan di atas Puncak Gunung Himalaya terdapat danau yang sangat indah sekali, Anda harus pergi naik ke Puncak Gunung Himalaya itu baru hanya bisa Percaya / Tidak Percaya. Tapi dengan tekad yang kuat meski banyak hambatan dan rintangan dan dengan petunjuk yang Anda miliki, Berjuang Mendaki akhirnya Anda mencapai Puncak Himalaya dan betul-betul melihat bahwa memang terdapat danau yang begitu indah sekali, Anda memiliki sebuah pengalaman yang luar biasa yang tidak bisa dijelaskan dan diuraikan dengan kata-kata.
Ibarat ketika ada secangkir kopi di depan Anda, dan Anda ditanya: bagaimanakah rasa kopi dari secangkir kopi tersebut?
Kalau Anda tidak mencicipi secangkir kopi tersebut, bagaimana mungkin Anda tahu.
Pengalaman merealisasi Nibbana sangat berbeda dengan pengetahuan akan Nibbana yang kita peroleh lewat buku yang diberi label Kitab Suci atau dengan searching ke Mbah Google.
Terus bagaimana alam semesta? Siapakah yang menciptakan? Apakah ajaran Buddha mengenal kiamat? Apakah ada pahalah dan hukuman dalam ajaran Buddha? Apakah ajaran Buddha mengenal surga dan neraka? (tunggu artikelnya)
Sumber: Medsos Kitab Tipitaka.
Editor: Bhante Sudhammacaro.
Komentar