Erupsi Anak Krakatau, Pakar: Daerah Rawan di Ring 1 Sabtu 11 Apr 2020 13:43 WIB.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ahli Oseanografi Universitas Diponegoro Denny Nugroho Sugianto mengatakan, erupsi Gunung Anak Krakatau memang tidak mengindikasikan tsunami atau anomaly permukaan air laut. Namun demikian, menurut dia ada daerah yang masih dikatakan rawan.
“Daerah rawan ada di ring 1 yang berjarak lima hingga 10 Km dari pusat erupsi. Hanya rawan,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika, Sabtu (11/4).
Dia tak menampik, informasi dampak dan jarak pasti memang belum ada. Namun demikian, jika erupsi di Anak Krakatau lebih besar, atau setidaknya sebesar erupsi Merapi sebelumnya, maka jarak rawan bisa melebar ke 10 kali lima km dari pusat erupsi.
Dia menambahkan, serupa dengan daerah rawan, jarak aman erupsi juga cenderung bervariasi. Terlebih, jika ditinjau dari kondisi arah angin, meteorologi atau faktor lainnya yang mampu menyebarkan erupsi di atas permukaan.
“Erupsi Anak Krakatau itu kan terdampaknya ada di laut, jadi sepanjang tidak ada gangguan di meteorologi dan lainnya, maka dampak erupsi langsung tidak akan sampai ke darat,” kata dia.
Membandingkan dengan tsunami 2018 di Banten, kata dia, erupsi saat ini bisa dikatakan berbeda dan belum ada indikasi untuk dampak susulan. Utamanya tsunami.
Bahkan, sambung dia, tak ada laporan dan indikasi longsor dari Anak Gunung Krakatau. Menurutnya, hal tersebut yang membuatnya berbeda dengan kejadian 2018 lalu.
“Yang menyebabkan tsunami itu bukan erupsi atau faktor lainnnya. Tapi longsorannya,” ungkap dia.
Dia menyebut, hingga kini, tak ada indikasi distribusi masa air berlebih juga dari pusat erupsi. Denny meyakinkan, jika memang ada longsoran, pasti akan cepat terdeteksi. Sebab, jangka waktu erupsi dan longsoran berjarak tak begitu lama.
Komentar