INGAT, HARI GURU TG 25 NOV "SEJARAH SOKO GURU PUNDAKE MANUSA" YANG MENGAJAR ANAK2 JADI CERDAS PUNYA BUDI PEKERTI & BALAS BUDI KPD ORANG TUA ATAU YANG DI TUA-KAN. TOLONG HORMATI KAMI PARA GURU UTK MERAYAKAN & MENGENANG JASA2 PAHLAWAN GURU YANG TELAH MENDAHULUI KAMI...





  




JANGAN DI RUSAK HARI GURU TG 25 NOV NANTI DG DEMO YG TDK SEJALAN DG MISI & VISI GURU....

Jangan Demo Tanggal 25 November 13 November 2016 00:11:14 Diperbarui: 13 November 2016 22:53:08 Dibaca : 4,800 Komentar : 17 Nilai : 16 Jangan Demo Tanggal 25 November http://www.sorak.in/ Saya sedih mendengar isu akan ada demo Bela Islam III.

Sedihnya karena, Pertama, masyarakat tidak tahu bahwa itu adalah hari guru, hari ulang tahun kami para guru, guru-guru kita juga.

Sedih karena kami benar-benar dilupakan. Apakah kami mau diajak untuk gabung bersama ormas Islam, atau warga lain yang merasa tersakiti oleh orang (belum tentu) bersalah yang sudah minta maaf.

Apakah kami diminta untuk membalas dendam dan kalau bisa terus dihembuskan sampai Ahok dihukum?

Kedua, sedih karena tidak banyak yang memikirkan dampak negative yang ditimbulkan.

Ketiga, banyak tokoh Agama yang melupakan bahwa kita Indonesia.

Keempat, para Tokoh Akademis diam seribu bahasa seolah tidak ada apa-apa padahal bahaya Per-Pecahan di Depan Mata, bahkan ada Tokoh Akademisi yang menjadi salah satu Tokoh Pen-Demo.

Saya tidak memahami Politik tetapi saya merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hati saya bahwa ada sesuatu yang tidak adil dan tidak masuk akal di mana mereka berjuang yang hanya memikirkan perasaanya, golongan atau kepentingannya saja, di atas kepentingan Nasional yang lebih Besar yang bernama Indonesia.

Maafkan saya mungkin keimanan saya sangat Cetek. Saya lebih merasakan dari Sisi Kemanusiaan dan Kepentingan Nasional di atas ke-Imanan yang menurut orang harus di-Nomor Satukan.

Yang saya rasakan hanya Perlakuan yang Ke-Terlaluan kepada seorang Ahok. Ibaratnya, dia sudah Kalah Perang, Minta Maaf, tetapi kita Terus meng-Hukum, dan meng-Aniaya Tiada Ampun.

Seingat saya sewaktu masih kecil, saya sering diberi contoh-contoh ahlak Rasulallah Muhammad oleh Guru Ngaji saya di Suro yang menggambarkan Beliau yang Penyayang, Pemaaf, dan bukan Pendendam. Sering di-Hina dan di-Lludahi pun Beliau Tetap Diam.

Bahkan Beliau men-Jenguk saat si Penghina tadi sedang Sakit. Tidak pernah Guru Mengaji saya berceritera tentang perkataan-perkataan Baginda yang Kasar. Cerita-cerita saat saya kecil itulah yang paling ber-Kesan dan mem-Bekas. Mengapa kita tidak me-Nirunya. Hingga Masih dilanjutkan saat di SMP dan SMA.

Tetap sama ceritanya, Beliau patut kita Teladani. Tidak ada guru Agama di sekolah yang bercerita tentang Ahlak Baginda Nabi yang Kasar, Bengis dan Mengerikan. Kenapa kita Umatnya sekarang, juga para Pemimpin Agama berbicara Sangat Kasar, Fulgar, misalnya tentang Ancaman ke Ahok yang seharusnya bisa di-Amputasi atau di-Usir dari Negeri ini.

Tidak sama sekali bicara dalam Konteks Indonesia. Sekali lagi saya tidak mengerti banyak tentang Politik tetapi saya merasakan Indonesia akan Pecah jika kita hanya memikirkan Kepentingan Sentimen Pribadi, Golongan atau Kepentingan Sesaat. Lihat para Ulama kita, dalam Pembelaannya hanya dilihat dari sudut Kepentingan Satu Kelompok saja.

Pokoknya Salah ya Salah, itu Penistaan Agama. 

Tidak pernah melihat Konteksnya. Apalagi Konteks yang Lebih Besar, Nasional. Ya Allah Ampuni saya Kenapa saya tetap Tidak Mengerti. Benarkah Allah perlu dibela. Menurutku Allah yang akan Bela kita, yang akan Menolong kita. Kita cukup Ber-Doa agar hal ini Jangan Menjadikan Bangsa ini Pecah. Sekalai lagi Maaf jika Banyak yang tidak se-Paham. Bukan mau Bela Ahok.


Saya juga Heran mengapa rasa ingin mem-Bela ke-Bhinekaan yang Lebih Kuat dari pada Perasaan Sentiment Pribadi. Biasanya kalau saya sudah me-Maafkan se-Seorang yang Minta Maaf maka Perasaan saya menjadi Plong. Kakek saya yang juga Pejuang Lokal di Kampung saat Jaman Perjuangan sering cerita Tokoh Sukarno dan kawan-kawannya saat mem-Perjuangkan Dasar Negara sampai pada Perumusan Pembukaan UUD 45.

Yang sangat berkesan adalah mengapa para Tokoh Agama Akhirnya me-Relakan untuk meng-Hilangkan Frasa “dengan menjalankan syariat –syariatnya (Islam)”. Lebih Kagum lagi orang Jawa yang Mayoritas mau me-Relakan bahasa Melayu sebagai bahasa Persatuan, mengapa bukan bahasa Jawa saja yang diangkat. Cuma satu alasannya, karena mereka para Pendiri Negara Sadar bahwa kita Majemuk.

Teridiri dari banyak Bangsa, Suku, Adat, dan Budaya yang ber-Beda2. Jadi, yang Mayoritas tidak boleh me-Maksa Kehendak ke pada yang Minoritas. Jika tidak bisa Saling me-Mahami sudah di-Pastikan suatu saat Indonesia akan Hancur ber-Keping-Keping. Jumlah Satu Maknanya Sama dengan Seribu.

Itulah Makna Sila ke-Empat Pancasila. Musyawrah untuk Mupakat adalah Jiwa Demokrasi kita yang sebenarnya. Bukan ADU KUAT. Itulah mengapa Voting Kurang Cocok dengan Semangat Sila ke 4 Pancasila. Oh ya, maaf saya sering menyebut kakek.

Karena cerita-cerita beliau yang heroik sangat tertanam dalam sanubari saya. Betapa Perjuangan para Perintis Kemerdekaan telah me-Mikirkan Nasib Indonesia jauh ke- Depan. Tentang Bahasa misalnya.

Tidak ada salah satu Etnis atau Suku yang Protes tentang bahasa Nasional seperti Negara lain yang masih mencari-cari bahasa Nasionalnya. Saya juga mengagumi Peran Sukarno saat Jaman Perjuangannya dan Jaman Revolusi.

Rasa Nasionalisme yang selalu di-Kobarkan membawa Rakyat Indonesia tetap Bangga dengan Negaranya. Selanjutnya kakek saya juga memberi nama saya Suharto, seorang Tokoh yang sangat di-Kagumi beliau saat itu.

Kakek pun bercerita tentang kehebatannya saat di Medan-Perang dan saat Menumpas G30S/PKI, walaupun pada akhir-akhir ini saya Prihatin karena akhirnnya nama Suharto termasuk yang dihujat sebagian masyarakat Indonesia. Tetapi pada TokoH Suharto ini pun saya kagum karena sikapnya yang Menjaga Persatuan dan Kesatuan Indonesia. Kembali ke masalah Isu Demo tanggal 25 November.

Tidak banyak tokoh Politik apalagi tokoh Agama yang Bicara masalah Nasional, Kebinekaan yang Notabene adalah Jatidiri kita. Saya heran mereka benar-benar tidak mau tahu, tidak tahu atau sengaja pura-pura tidak tahu. Mereka seolah melihat ini Negara Agama, bukan Negara Indonesia yang warga Penduduknya ber-Bagai Etnis, dan Agama.

Supaya imbang para tokoh Nasional mestinya jangan bicara dari satu sudut saja supaya masyarakat yang Cetek Pengetahuan dan rasa Nasionalisimenya kurang juga bisa merasakan sebagai bangsa Indonesia. Sesuai undang-undang dasar negara semua warga negara mestinya punya hak yang sama untuk menjadi Pimpinan Pemerintahan.

Jadi jika para Politikus menggunakan Ayat Agama untuk menghalangi calon lain tentu tidak adil, bahkan “SALAH”. Itulah yang mungkin maksud Ahok dalam ucapan yang kesleo itu di Kepulauan Seribu. 


 



Saya sejak dulu juga sering sekali mendengar para Politikus, para Narasumber di TV dan Radio yang bicara masalah itu. Kok gak se-HEBOH yang diucapkan Ahok.

Setelah saya analisis (tentu analisis ringan saja) itu mungkin Karena;
(1)  Ahok Pejabat Publik, (2) Ahok non-Muslim (menurut merka non muslim gak boleh ngomong ayat-ayat suci), dan (3) Ahok ber-Mata Sipit.
Yang nomor 2 dan 3 ini yang “di-Benci” oleh kaum muslim atau kaum mayoritas. Maaf ini kesimpulan Bodoh saya.

Dan ini yang membuat saya merasa malu sebagai muslim terutama jika ada peristiwa sensitif ini muncul hingga akhirnya menjadi kerusuhan. Kenapa kita jadi Pemarah dan Pendendam dan Akhirnya jadi Sangat Sadis dan Kejam.

Menurut saya Peristiwa MEI '98 sangat Tidak Manusiawi. Apakah kita mau ini terulang kembali?

Kini Ahok sedang berjuang sendiri. Mungkin sedang merasakan Jeritan Kepedihan, atau Penyesalan, atau Kebingungan.

Tetapi dari Raut Mukanya pada akhir-akhir ini, saya merasakan Kebingungan dan Kekecewaanya. Kekecewaanya, mungkin menganggap mereka Kaum Muslim mengapa begitu Tega, tidak ada Rasa Maaf, tidak mau mengerti tentang Visi Misi, dan Cita-cita yang ingin Ia Sampaikan. Apalagi mau menyampaikan bukti Prestasi. Sama sekali Tak Diakui.

Muka Sedih yang Dalam dan juga mungkin Rasa Marah yang tertahan terlihat di raut muka yang memerah saat menjelaskan ke media mengapa sekarang ditolak di mana-mana saat Kampanye. Sudah Sangat Tidak Logis lagi, Peserta Pilkada di-Halangi untuk Kampanye.

Anehnya Bawaslu hanya mem-Bisu. Sekali lagi kita terus Diam dan Tetap Diam karena ini masalah Sensitif?
Karena yang kita bicarakan orang Sipit dan Minoritas?
Kita takut, pasti? INI SENSITIF?

Jika ada ke-Kacauan yang lebih besar berarti kita akan “MUNDUR” ke “BELAKANG”, 10 hingga 20 Tahun. Bahkan bisa lebih Parah Dampaknya bagi Ekonomi dan Sosial. Sekali lagi “JANGAN DEMO“ Tanggal 25 NOVEMBER. Itu hari Ulang Tahun kami, para Guru. Biar kami bisa tenang men-Didik Tunas-Tunas Bangsa. Jangan di-Tunggangi dan Jangan di-Paksa kami untuk Prei di Hari Indah Milik kami.

Please! Bantu kami janganlah ini menjadi SEJARAH kami yang akhirnya kami BENCI Sampai MATI. Jangan membuat Sejarah Mengerikan yang di-Kenang orang karena ada Peristiwa Buruk yang terjadi di hari ULTAH kami. Karena terus terang kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Yang saya tahu itu Pertanda TIDAK BAIK jika terjadi di hari itu.

Please, itu hari kami kaum Guru, Jangan di-Nodai, Jangan di-Tunggangi, biar Tetap Suci bagi kami. Itu hari yang sangat berarti bagi kami dan siswa-siswa kami di mana mereka akan menyanyikan Lagu “Bagimu Negeri, Melati Suci” dan “Selamat Hari Jadi” yang pasti dengan setangkai ‘MAWAR’ di tangan-tangan siswa-siswa kami yang Mungil yang sering mereka Beri ke kami.

Please, jangan di-Sambut Ulang Tahun kami dengan Iringan Teriakan-Teriakan Kebencian dan Kata2 KOTOR dari Toa yang me-Mekakan Telinga. Karena, itu pasti akan menutupi ke-Indahan Harmoni Paduan Suara yang sedang dialunkan siswa-siswa.

Please Jangan sampai anak-anak kami di Sekolah menjadi TRAUMA karena mendengar kata-kata KOTOR, MAKIAN yang Tidak Pernah di-Dengar sebelumnya.

Dan, apalagi yang Lebih Buruk yang mungkin bisa saja terjadi jika tak terkendali.

S. Suharto /s.suharto Teacher and Lecturer, Researcher Selengkapnya...

IKUTI Share Share 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/s.suharto/jangan-demo-tanggal-25-november_58274d2dd17a615f481da4d4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “