Dunia Tidak Lebih Baik, Cuma Cara Membunuh yang Berubah Tren pelucutan senjata nuklir terus berlanjut, kendati program modernisasi persenjataan oleh negara adidaya nuklir. Tapi laporan yang diterbitkan SIPRI itu tidak bisa digolongkan sebagai kabar baik, tulis Grahame Lucas. Sekilas, kabar yang menyebutkan jumlah hulu ledak nuklir di seluruh dunia berkurang memang terkesan baik. Sejak 2010 jumlahnya menurun dari 22.600 menjadi 15.850. Tapi adalah kekeliruan besar jika kita berasumsi bahwa umat manusia telah sadar dan mulai mengucurkan dana untuk kemaslahatan bersama. Sayangnya yang terjadi adalah justru sebaliknya. Data-data yang diumumkan SIPRI tidak lain berarti bahwa negara adidaya nuklir mulai menyadari menyimpan cadangan hulu ledak nuklir dalam jumlah besar tidak lagi dibutuhkan setelah berakhirnya Perang Dingin.
Hukum Karma hrs di-Pahami, di-Renungkan dg
Benar2 Serius- Buumm..JIHAD SUKSES Idul
Fitri, Bln Puasa, Masjid & Korban Wanita & Anak2 tdk Salah..Semua buku
Agama- Hrs di-REVISI utk Ke-SELAMATAN & Ke-DAMAIAN Dunia, di Timur Tengah
Rutin Tiap Hari Bom & Bom Bunuh Diri, Ribuan Korban Perang Men-DERITA
Sengsara, Pem-Bantaian & Gempur Orang2 ISIS & HAUTHI banyak Korban
Anak2 & Wanita Sediiih...Fakta Agama cm Teori & Dongeng Anak2 Benar
adanya...utk Praktek-nya ber-Lawan dg Isi Ajaran Agama, maka Penganut Agama di
zaman ini hrs MEDITASI dg Ajaran BUDDHA GOTAMA utk Buang EMOSI, Iri-Hati,
Serik-Dengki, MARAH, DENDAM, BENCI, SERAKAH, KORUPSI, agar bisa SADAR &
SABAR maaf bukan Foromosi ini Fakta hehehe... Moga2
ber-Guna mem-Buka Wawasan lbh Luas jd Orang Bijak dlm Belajar & Praktek
Agama saat ini…
news.okezone.com -Jelang Ramadan Rakyat
Yaman Ribuan Korban Perang Wanita & Ibu serta Anak2, minta seluruh pihak
yang bertikai di Yaman untuk melakukan gencatan senjata..
Bukan karena mereka berhenti mengancam satu sama lain. Beberapa bulan lalu
Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim ia telah memerintahkan militer untuk
menyiagakan hulu ledak nuklir menyusul konflik di Ukraina. Pekan lalu Pakistan
mengisyaratkan kesiapan mereka buat menggunakan kekuatan nuklir untuk
menghadapi jiran India.
Alasan Strategis
Berkurangnya jumlah hulu ledak nuklir tidak lebih karena alasan strategis.
Amerika Serikat dan Rusia harus meremajakan persediaan nuklirnya untuk
menghadapi ancaman di masa depan dan buat menghemat dana. Kedua negara tidak
berniat memusnahkan semua persediaan senjata nuklirnya.
Editor Senior
Deutsche Welle, Grahame Lucas
Tidak pula
dengan Inggris yang baru saja membeli sistem peluru kendali berhulu ledak
nuklir, Trident dari Amerika Serikat. Hal serupa juga berlaku buat Perancis dan
terutama Cina yang tidak lelah memanggang konflik di Laut Cina Selatan.
Sementara negara nuklir lain, India, Pakistan dan Israel masing-masing menyimpan sekitar 100 hulu ledak nuklir. Jumlah tersebut bisa melumat nyawa jutaan orang. Lalu Korea Utara dengan seorang penguasa yang despot, sudah memproduksi delapan hulu ledak nuklir - cukup buat mengawali perang terbuka.
Sementara negara nuklir lain, India, Pakistan dan Israel masing-masing menyimpan sekitar 100 hulu ledak nuklir. Jumlah tersebut bisa melumat nyawa jutaan orang. Lalu Korea Utara dengan seorang penguasa yang despot, sudah memproduksi delapan hulu ledak nuklir - cukup buat mengawali perang terbuka.
Semua itu jelas
tidak berguna. Penggunaan senjata nuklir bisa menyebabkan kehancuran yang luar
biasa dan mengancam eksistensi umat manusia. Cuma seorang yang tidak waras saja
yang bisa mengacuhkan fakta-fakta tersebut.
Terlebih, sejak berakhirnya perlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet, konsep perang modern sudah banyak berubah. Konflik yang kita alami saat ini lebih sering melibatkan tentara pemberontak melawan serdadu pemerintah.
Amerika punya pengalaman pahit pada perang di Vietnam, Afghanistan dan Irak. Sementara Uni Sovyet pernah mengalami kekalahan telak di Afghanistan. Situasinya tidak berubah hingga kini. India masih memerangi pemberontak Maois di timur dan ekstremisme Islam di Kashmir. Kelompok Taliban masih mengangkat senjata di Afghanistan dan Pakistan. Dan kini gerilayawan Islamic State berambisi membantai non muslim di Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia.
Terlebih, sejak berakhirnya perlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet, konsep perang modern sudah banyak berubah. Konflik yang kita alami saat ini lebih sering melibatkan tentara pemberontak melawan serdadu pemerintah.
Amerika punya pengalaman pahit pada perang di Vietnam, Afghanistan dan Irak. Sementara Uni Sovyet pernah mengalami kekalahan telak di Afghanistan. Situasinya tidak berubah hingga kini. India masih memerangi pemberontak Maois di timur dan ekstremisme Islam di Kashmir. Kelompok Taliban masih mengangkat senjata di Afghanistan dan Pakistan. Dan kini gerilayawan Islamic State berambisi membantai non muslim di Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia.
LIMA ANCAMAN BAGI KEHIDUPAN DI BUMI
1. Perang Nuklir
Jika
negara-negara adidaya atom berperang, ratusan juta orang secara langsung akan
menjadi korban keganasan senjata ini. Namun ancaman sebenarnya adalah dampak
dari perang nuklir tersebut yang dikenal dengan sebutan “musim dingin nuklir“.
Suhu dingin dan kekeringan akan mendera bumi selama ratusan tahun, menyebabkan
ancaman kelaparan global.
Beralih
ke Senjata Konvensional
Kekuatan militer besar atau menengah tidak akan mampu memenangkan perang melawan pemberontak yang didukung oleh penduduk lokal dengan cara mengancam atau menggunakan senjata nuklir.
Tidak mengejutkan jika angka pembelian senjata konvensional terus menggelembung. Cina, Rusia dan Arab Saudi belakangan lebih banyak berbelanja senapan serbu, kendaraan lapis baja atau peluru kendali anti darat dan udara.
Tapi juga negara-negara yang bertetangga dengan Rusia turut mengucurkan dana besar untuk pertahanan lantaran khawatir akan situasi keamanan yang tidak menentu. Fenomena serupa bisa diamati pula di Afrika.
Namun di banyak negara melejitnya anggaran belanja militer juga merupakan propduk dari korupsi, kepentingan sepihak dan kediktaturan. Amerika Serikat dan negara negara di Eropa Barat masih berpikir mereka bisa mengacuhkan ancaman Rusia dan berhemat dalam persenjataan. Buat mereka, prioritas utama saat ini adalah situasi ekonomi yang memburuk pasca krisis keuangan 2008.
Tidak, dunia tidak lantas menjadi lebih baik, cuma cara manusia mengancam dan membunuh satu sama lain saya yang berubah.
Kekuatan militer besar atau menengah tidak akan mampu memenangkan perang melawan pemberontak yang didukung oleh penduduk lokal dengan cara mengancam atau menggunakan senjata nuklir.
Tidak mengejutkan jika angka pembelian senjata konvensional terus menggelembung. Cina, Rusia dan Arab Saudi belakangan lebih banyak berbelanja senapan serbu, kendaraan lapis baja atau peluru kendali anti darat dan udara.
Tapi juga negara-negara yang bertetangga dengan Rusia turut mengucurkan dana besar untuk pertahanan lantaran khawatir akan situasi keamanan yang tidak menentu. Fenomena serupa bisa diamati pula di Afrika.
Namun di banyak negara melejitnya anggaran belanja militer juga merupakan propduk dari korupsi, kepentingan sepihak dan kediktaturan. Amerika Serikat dan negara negara di Eropa Barat masih berpikir mereka bisa mengacuhkan ancaman Rusia dan berhemat dalam persenjataan. Buat mereka, prioritas utama saat ini adalah situasi ekonomi yang memburuk pasca krisis keuangan 2008.
Tidak, dunia tidak lantas menjadi lebih baik, cuma cara manusia mengancam dan membunuh satu sama lain saya yang berubah.
*Grahame Lucas
adalah pakar Asia Selatan dan kini memimpin Departemen Asia Selatan dan Tenggara
di Deutsche Welle, Jerman.
Komentar