"URAIAN SINGKAT TIPITAKA"
Berikut ini akan diuraikan secara singkat bagian-bagian dari Buku Tipitaka
Pali.
VINAYA PITAKA
Vinaya Pitaka berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturan-peraturan bagi
para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang terdiri atas 3 bagian:
1. Sutta Vibhanga
Kitab Sutta Vibhanga berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan
Bhikkhuni, terdiri dari:
o Bhikkhu Vibhanga: berisi 227 peraturan
yang mencakup 8 jenis pelanggaran, diantaranya terdapat 4 pelanggaran yang
menyebabkan dikeluarkannya seorang Bhikkhu dari Sanggha dan tidak dapat menjadi
Bhikkhu lagi seumur hidup. Keempat pelanggaran itu, adalah : berhubungan kelamin;
mencuri; membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri; membanggakan diri
secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan-kekuatan
batin luar biasa yang dicapai. Untuk ketujuh jenis pelanggaran yang lain
ditetapkan hukuman dan pembersihan yang sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran yang bersangkutan.
o Bhikkhuni Vibhanga : berisi
peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih
banyak.
2. Khandhaka
Kitab Khandhaka terbagi atas Mahavagga dan Culavagga.
Kitab Mahavagga: berisi peraturan-peraturan dan uraian tentang
upacara pentahbisan Bhikkhu; upacara uposatha pada saat bulan purnama dan bulan
baru dimana dibacakan Patimokha (peraturan disiplin bagi para Bhikkhu);
peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan (vassa); upacara pada akhir
vassa (pavarana); peraturan-peraturan mengenai jubah, peralatan,
obat-obatan dan makanan; pemberian jubah Kathina setiap tahun;
peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu yang sakit; peraturan tentang tidur;
peraturan tentang bahan jubah; tata cara melaksanakan Sangghakamma (upacara Sanggha);
dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan.
o Kitab Culavagga: berisi
peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran; tata cara
penerimaan kembali seorang Bhikkhu ke dalam Sanggha setelah melakukan
pembersihan atas pelanggarannya; tata cara untuk menangani masalah-masalah yang
timbul; berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, pengenaan jubah,
menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya; mengenai
perpecahan kelompok-kelompok Bhikkhu; kewajiban-kewajiban guru (acariya)
dan calon Bhikkhu (samanera); pengucilan dari upacara pembacaan Patimokkha;
pentahbisan dan bimbingan bagi Bhikkhuni; kisah mengenai Pasamuan Agung Pertama
di Rajagaha; dan kisah mengenai Pasamuan Agung Kedua di Vesali.
3. Parivara
Kitab Parivara memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan
Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam
pengajaran dan ujian.
SUTTA PITAKA
Sutta Pitaka terdiri atas 5 kumpulan (nikaya) atau buku,
yaitu:
1. Digha Nikaya
Merupakan buku pertama dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 34 Sutta panjang
dan terbagi menjadi 3 vagga (Silakkhandhagga, Mahavagga,
Patikavagga). Beberapa di antara Sutta-sutta yang terkenal adalah:
Bramajala Sutta: "Jala para Brahma" Buddha
Gotama bersabda bahwa Beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena
kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan
dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah daftar berisi 62 bentuk spekulasi
mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.
Samannaphala Sutta: "Pahala yang dimiliki oleh tiap
pertapa". Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Buddha Gotama, Beliau
menerangkan keuntungan menjadi seorang Bhikkhu, dari tingkat terendah sampai
tingkat Arahat.
o Ambattha Sutta: Percakapan antara Buddha
Gotama dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja
Okkaka, leluhur Buddha Gotama.
o Kutadanta Sutta: Percakapan dengan
Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk
sajian.
o Mahali Sutta: Percakapan dengan Mahali
mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi dari pada ini adalah latihan
menuju kepada pengetahuan sempurna.
o Kassapasihanada Sutta: Percakapan dengan
seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri.
o Tevijja Sutta: tentang ketidakbenaran
pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma.
o Mahapadana Sutta: Penjelasan Buddha Gotama
mengenai 6 orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa
mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon bodhi,
siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu dan kota dengan sebuah
khotbah kedua mengenai Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan
memberi pelajaran.
o Mahanidana Sutta: mengenai rantai sebab
musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.
o Mahaparinibbana Sutta: cerita tentang
hati-hari terakhir dan kemangkatan Buddha Gotama, serta pembagian relik-relik.
o Sakkapanha Sutta: Dewa Sakka mengunjungi Buddha
Gotama, menanyakan 10 persoalan dan mempelajari kesunyataan bahwa segala
sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan.
o Maha Satipatthana Sutta: Khotbah mengenai
4 macam meditasi (mengenai badan jasmani, perasaan, pikiran dan Dhamma)
disertai penjelasan mengenai 4 Kesunyataan.
o Payasi Sutta: Kumarakassapa menyadarkan
Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari
perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di surga dan
melihat keadaannya.
o Pitika Sutta: cerita mengenai seorang
siswa yang mengikuti guru lain, karena Buddha Gotama tidak menunjukkan kegaiban
maupun menerangkan asal mula banda-benda. Selama percakapan, Buddha Gotama menerangkan
kedua hal tersebut.
o Cakkavattisihanada Sutta: cerita tentang
raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta
tentang Buddha Metteyya yang akan datang.
o Aganna Sutta: perbincangan mengenai kasta dengan
penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya
yang sesungguhnya.
o Sampasadaniya Sutta: percakapan antara Buddha
Gotama dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Buddha Gotama dan
menjelaskan ajaran Buddha Gotama. Buddha Gotama berpesan untuk kerap kali
mengulangi pelajaran ini kepada para siswa.
o Lakkhana Sutta: Penjelasan mengenai 32 tanda
"Orang Besar" (Raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin
dengan syair berisi 20 bagian; tiap bagian dimulai dengan "Disini
dikatakan".
o Sigalovada Sutta: Buddha Gotama menemukan Sigala
sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan
menjelaskan bahwa pemujaan itu adalah menunaikan kewajiban terhadap enam
kelompok orang (orang tua, guru, sahabat dan lain-lain).
2. Majjhima Nikaya
Merupakan buku kedua dari Sutta Pitaka yang memuat khotbah-khotbah
menengah. Buku ini terdiri atas tiga bagian (pannasa); dua pannasa pertama
terdiri atas 50 sutta dan pannasa terakhir terdiri atas 52 sutta;
seluruhnya berjumlah 152 sutta. Beberapa sutta diantaranya adalah :
o Mulapariyaya Sutta: pelajaran mengenai
akar segala benda mulai dari unsur-unsur sampai Nibbana.
o Satipatthana Sutta: sama dengan di Digha
Nikaya, tetapi tanpa ulasan mengenai 4 Kesunyataan.
o Kakacupama Sutta: "Tamsil
Gergaji". Perihal tidak marah jika dihina. Seorang Bhikkhu yang marah
seandainya anggota badannya digergaji satu demi satu bukanlah siswa Buddha
Gotama.
o Alagaddupama Sutta : "Tamsil seekor
ular air". Seorang Bhikkhu dimarahi karena melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan ajaran. Mempelajari Dhamma secara tidak benar bagaikan
manangkap seekor ular pada ekornya.
o Cula Saccaka Sutta : diskusi umum antara Buddha
Gotama dan seorang Jain Saccaka mengenai lima khandha seseorang.
o Maha Saccaka Sutta : mengenai perenungan
atas nama dan rupa, dengan penjelasan oleh Buddha Gotama tentang ia
meninggalkan keduniawian, pengendalian nafsu dan penerangan sempurna.
o Seleyyaka Sutta : khotbah kepada para Brahmana
dari Sala mengenai sebab-sebab mengapa makhluk ada yang memasuki surga dan ada
yang menuju neraka.
o Vedalla Sutta (Maha dan Cula) : 2 khotbah
dalam bentuk komentar atas istilah-istilah kejiwaan. Yang pertama oleh
Sariputta kepada Mahakotthita dan yang kedua oleh Bhikkhuni Dhammadinna kepada
upasaka Visakha.
o Brahmanimantanika Sutta : Buddha Gotama
menceritakan kepada para Bhikkhu bagaimana Beliau pergi ke surga Brahma untuk
memberi pelajaran kepada Baka, yakni salah satu penghuni surga, tentang
ketidakbenaran pendapat tentang kekekalan.
o Maratajjaniya Sutta: cerita tentang Mara
yang menyelusup dalam perut Moggallana. Moggallana memerintahkan keluar dan
memberikan pelajaran dengan mengingatkannya akan suatu masa ketika Moggallana
sendiri terlahir sebagai Mara bernama Dusi dan Mara adalah kemenakannya.
o Kandaraka Sutta: percakapan dengan Pessa
dan Kandaraka dan khotbah tentang empat jenis orang.
o Jivaka Sutta: Jivaka mengajukan pertanyaan
apakah benar Buddha Gotama menyetujui pembunuhan dan memakan daging. Buddha
Gotama menunjukkan dengan contoh bahwa itu tidak benar dan bahwa seorang
bhikkhu makan daging hanya jika ia tidak melihat, mendengar dan menduga bahwa
daging itu khusus dibuat untuknya.
o Upali Sutta: cerita tentang Upali yang
diutus oleh pemimpin Jaina Nataputta untuk berdebat dengan Buddha Gotama,
tetapi akhirnya menjadi pengikut.
o Kukkuravatika Sutta: percakapan mengenai
kamma antara Buddha Gotama dengan dua orang pertapa, yang satu diantara mereka
hidup seperti anjing dan satu lagi seprti lembu.
o Abhayarajakumara Sutta: Pangeran Abhaya
diutus oleh seorang Jain Nataputta untuk membantah Buddha Gotama dengan
megajukan pertanyaan berganda tentang kutukan hebat yang diterima oleh
Devadatta.
o Bahuvedaniya Sutta: mengenai penggolongan
perasaan-perasaan dan perasaan tertinggi.
o Maha Rahulovada Sutta: nasehat kepada
Rahula tentang pemusatan pikiran dengan jalan menarik dan mengeluarkan napas
serta memusatkan pikiran kepada unsur-unsur.
o Ratthapala Sutta: cerita mengenai
Ratthapala yang kedua orang tuanya tidak menyetujui ia memasuki Sanggha dan
membujuknya untuk kembali menjadi umat biasa.
o Makhadeva Sutta: cerita mengenai Buddha
Gotama dalam kehidupannya di masa lampau sebagai Raja Makhadeva dan
keturunannya sampai Raja Nimi.
o Angulimala Sutta: cerita mengenai
Angulimala, penyamun yang kemudian menjadi Bhikkhu.
o Piyajatika Sutta: nasehat Buddha Gotama
kepada seorang laki-laki yang kehilangan anak dan pertengkaran antara Raja
Pasenadi dan permaisurinya mengenai hal itu.
o Brahmayu Sutta: mengenai 32 tanda pada
tubuh Buddha Gotama dan penerimaan Brahmana Brahmayu sebagai pengikut Buddha.
o Sela Sutta: Pertapa Keniya mengundang Buddha
Gotama dan para Bhikkhu untuk jamuan makan. Brahmana Sela melihat 32 tanda dan
menjadi siswa. (Ini terdapat pula dalamSn III 7).
o Vasettha Sutta: Khotbah yang sebagian
besar dalam bentuk syair mengenai brahmana sejati, baik karena kelahiran maupun
perbuatan (ini terdapat pula dalam Sn IIII 9).
o Subha Sutta: mengenai soal apakah
seseorang dapat berbuat kebaikan lebih banyak sebagai kepala keluarga atau
dengan jalan meninggalkan keduniawian.
o Isigili Sutta: Buddha Gotama menjelaskan
nama bukit Isigili dan menyebutnya nama-nama Pacceka Buddha yang dahulu tinggal
di sana.
o Maha Cattarisaka Sutta: penjelasan
mengenai Jalan Mulia Beruas Delapan dengan tambahan mengenai pengetahuan yang
benar dan emansipasi yang benar.
o Anapanasati Sutta: perihal cara dan jasa
melatih meditasi masuk dan keluarnya napas.
o Kayagatasati Sutta: perihal cara dan jasa
meditasi badan jasmani.
o Cula Kammavibhanga Sutta: Buddha Gotama
menerangkan sifat-sifat batin dan jasmani orang yang berbeda-beda dan
keberuntungan mereka menurut kamma.
o Maha Kammavibhanga Sutta: seorang pertapa
secara keliru menuduh bahwa Buddha Gotama mengatakan kamma tidak berguna dan Buddha
Gotama menerangkan pandangannya sendiri.
o Dhatuvibhanga Sutta: uraian mengenai
unsur-unsur. Khotbah ini dimasukkan dalam cerita Pukkusati, seorang siswa yang
belum pernah melihat Buddha Gotama akan tetapi mengenalinya melalui ajarannya.
0 Dakkhinavibhanga Sutta: Mahapajapati
menghadiahkan satu pasang jubah kepada Buddha Gotama, yang menjelaskan berbagai
jenis orang yang patut menerima pemberian dan berbagai jenis orang yang memberi.
3. Samyutta Nikaya
Merupakan buku ketiga dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta
(menurut "An analysis of the Pali Canon" [wheel
no.217/218/219/220] ada 2.889 sutta). Buku ini dibagi menjadi lima vagga utama
dan 56 bagian yang disebut Samyutta. Beberapa Samyutta di antaranya sebagai
berikut:
o Mara: perbuatan-perbuatan bemusuhan dari
Mara terhadap Buddha Gotama dan para siswaNya.
o Bhikkhuni: bujukan yang tidak berhasil
dari Mara terhadap para bhikkuni dan perbedaan pendapatnya dengan mereka.
o Brahma: Brahma Sahampati memohon Buddha
Gotama untuk membabarkan Dhamma kepada dunia.
o Sakka: Buddha Gotama menguraikan
sifat-sifat Sakka, Raja para Dewa.
o Nidana Samyutta: penjelasan mengenai
Paticcasamuppada (doktrin sebab musabab yang saling bergantungan).
o Abhisamaya: dorongan untuk membasmi
kekotoran batin secara tuntas.
o Khandha Samyutta: kumpulan unsur, fisik
dan mental yang membentuk individu.
o Kilesa: kekotoran batin muncul dari enam
pusat indria dan kesadaran indria.
o Vedana: tiga jenis perasaan dan sikap yang
benar terhadap perasaan itu.
o Citta: alat indria dan obyeknya pada
hakekatnya tidak jahat, melainkan kehendak-kehendak tidak baik yang timbul
melalui kontak mereka.
o Asankhata: tidak terbentuk (Nibbana)
o Magga Samyutta: jalan beruas delapan.
o Bojjhanga: tujuh faktor Penerangan Agung.
o Satipatthana: empat dasar kesadaraan.
o Indriya: lima kemampuan
o Sammappadhana: empat macam usaha benar.
o Bala: lima kekuatan.
o Iddhipada: empat kekuatan batin.
o Anuruddha: kekuatan-kekuatan gaib yang
dicapai oleh Anuruddha melalui kesadaran.
o Jhana: empat jhana.
o Anapana: kesadaraan dari pernapasan.
o Sotapatti: gambaran tentang seorang
"penakluk arus".
o Sacca: empat kesunyataan mulia.
4. Anguttara Nikaya
Merupakan buku keempat dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 9.577 sutta
(menurut "An Analysis of the Pali Canon & Buddhism" oleh
Christmas Humphreys ada 2.308 sutta) dan terbagi atas 11 nipata (bagian).
Sutta-sutta di sini disusun menurut urutan bernomor untuk memudahkan
pengingatan.
o Ekaka Nipata: (yang serba satu) misalnya
pikiran terpusat/tidak terpusat; usaha ketekunan Buddha Gotama dan sebagainya.
o Duka: (yang serba dua), dua jenis kamma
vipaka yaitu yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang maupun
yang membawa kepada tumimbal lahir dan seterusnya; dua jenis dana; dua golongan
Bhikkhu dan sebagainya.
o Tika: (yang serba tiga), tiga pelanggaran
melalui jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang patut dipuji yaitu
kedermawanan, penglepasan, dan pemeliharaan orang tua; dan sebagainya.
o Catuka: (yang serba empat), empat jenis
orang yaitu tidak bijaksana dan tidak beriman; tidak bijaksana tapi beriman;
bijaksana tapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; empat jenis kebahagiaan
(empat Brahma Vihara, empat sifat yang menjaga Bhikkhu dari kekeliruan); empat
cara pemusatan diri dan sebagainya.
o Pancaka: (yang serba lima), lima ciri yang
baik dari seorang siswa; lima rintangan batin; lima obyek meditasi; lima sifat
buruk; lima perbuatan baik; dan sebagainya.
o Chakka: kewajiban rangkap enam dari
seorang Bhikkhu.
o Sattaka: tujuh jenis kekayaan; tujuh jenis
kemelekatan.
o Atthaka: delapan sebab kesadaran; delapan
sebab pemberian dana; delapan sebab gempa bumi.
o Navata: sembilan perenungan; sembilan
jenis manusia.
o Dasaka: sepuluh perenungan, sepuluh jenis
penyucian batin.
o Ekadasaka: sebelas jenis kebahagian /
jalan menuju nibbana; sebelas sifat-sifat baik dan buruk dari seorang
pengembala dan Bhikkhu.
5. Khuddaka Nikaya
Merupakan buku kelima dari Sutta Pitaka yang terdiri atas kumpulan lima
belas kitab, yaitu:
o Khuddaka Patha: bacaan dari bagian-bagian
singkat; berisi empat teks dan lima sutta, yaitu:
§ Saranattaya: pengulangan tiga kali berlindung
pada Buddha,Dhamma dan Sanggha.
§ Dasasikkhapada: sepuluh sila yang harus dipatuhi
oleh para samanera. Lima pertama harus dipatuhi oleh umat biasa.
§ Dvattimsakara: daftar 32 unsur pokok badan
jasmani.
§ Kumarapanha: sepuluh macam tanya jawab untuk
para samanera.
§ Mangala Sutta: sebuah syair untuk menjawab
pertanyaan mengenai apakah kebahagian tertinggi itu.
§ Ratana Sutta: sebuah syair mengenai Tiratana
dalam hubungannya untuk menerangkan kepada para makhluk halus.
§ Tirokudda Sutta: syair mengenai pelimpahan jasa
untuk arwah sanak keluarga yang sudah meninggal, yang terlahir di alam yang
menyedihkan.
§ Nidhikanda Sutta: syair tentang pengumpulan
harta sejati.
§ Metta Sutta: syair tentang cinta kasih
universal.
o Dhammapada: kata-kata dari Dhamma;
kumpulan 423 bait yang dibagi dalam 26 vagga.
o Udana: kumpulan dari 80 udana yang terbagi
menjadi 8 vagga. Kitab ini memuat khotbah Buddha Gotama yang disabdakan pada
berbagai kesempatan.
§ Bodhi Vagga: menggambarkan kejadian-kejadian tertentu
setelah pencapaian Penerangan Sempurna oleh Buddha Gotama, termasuk khotbah
termasyur kepada Bahiya yang menekankan kehidupan pada saat sekarang.
§ Mucalinda: vagga ini dinamai menurut nama raja Naga
yang melindungi Buddha Gotama dengan kepalanya.
§ Nanda: Buddha Gotama meyakinkan saudara tirinya,
Nanda, tentang kehampaan hidup duniawi. Juga memuat nasehat-nasehat kepada Sanggha.
§ Meghiya : tanpa memeprdulikan nasehat Buddha Gotama, Meghiya
mengasingkan diri ke sebuah hutan mangga untuk berlatih meditasi, tetapi
batinnya segera diserang pikiran-pikiran tidak baik. Setelah kembali kepada Buddha
Gotama, ia diberitahukan bahwa lima faktor harus ditumbuhkan oleh orang yang
batinnya belum berkembang yaitu persahabatan yang baik, moralitas, percakapan
yang menguntungkan, keteguhan hati, dan pengetahuan. Juga memuat cerita-cerita
Sundari dan serangan terhadap Sariputta oleh seorang Yakkha.
§ Sonathera: memuat kisah kunjungan Raja Pasenadi kepada Buddha
Gotama, khotbah kepada Suppabuddha yang menderita penyakit kusta, penjelasan
mengenai delapan ciri Sasana dan tahun pertama dari kehidupan Sona sebagai
bhikkhu.
§ Jaccandha: memuat gambaran tentang Buddha Gotama akan
mencapai parinibbana, percakapan Raja Pasenadi, dan kisah raja yang menyuruh
orang-orang yang buta sejak lahir (jaccandha) untuk masing-masing meraba
dan menggambarkan seekor gajah - untuk membantu menjelaskan realisasi sebagian
dari kebenaran.
§ Cula: memuat peristiwa-peristiwa kecil, terutama
mengenai para Bhikkhu secara perorangan.
§ Pataligama: memuat definisi termasyur dari Nibbãna sebagai
yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak dibuat, tidak dibentuk, santapan Buddha
Gotama yang terakhir dan nasehatnya kepada Ananda mengenai Cunda, dan kunjungan
ke Pataligama tempat Buddha Gotama mengungkapkan lima manfaat menempuh
kehidupan suci dan lima kerugian tidak melakukan hal itu.
o Itivuttaka : kumpulan 112 sutta pendek dalam 4
nipata yang masing-masing disertai syair. Syair-syair ini biasanya dimulai
dengan kata "Iti Vuccati" (demikian dikatakan). Karya ini terdiri
atas ajaran-ajaran etika dari Buddha Gotama
o Sutta Nipata : kumpulan ini terdiri atas lima
vagga yang memuat 71 sutta. Sutta-sutta itu diantaranya sbb.:
§ Uraga Sutta: Bhikkhu yang menyingkirkan semua nafsu
(buruk) manusia, kemarahan, kebencian, kerakusan, dll.; dan terbebas dari
khayalan dan ketakutan, diperbandingkan dengan seekor ular yang berganti kulit.
§ Dhaniya Sutta: ketenangan duniawi diperbandingkan
dengan ketenangan Buddha Gotama.
§ Kasibharadvaja Sutta: pekerjaan yang berguna secara
sosial atau duniawi diperbandingkan dengan usaha-usaha Buddha Gotama yang tidak
kurang pentingnya untuk mencapai Nibbãna.
§ Cunda Sutta: Buddha Gotama menguraikan tentang 4 jenis
samana, seorang Buddha, seorang Arahat, seorang Bhikkhu yang sungguh-sungguh
dan bertanggung jawab, dan seorang Bhikkhu penipu.
§ Parabhava Sutta: sebab-sebab kejatuhan seseorang dalam
bidang moral dan batin diuraikan.
§ Vasala atau Aggika Bharadvaja Sutta: untuk menyangkal
tuduhan orang buangan, Buddha Gotama menjelaskan bahwa karena perbuatanlah,
bukan garis keturunan, orang menjadi orang buangan atau brahmana.
§ Metta Sutta: unsur-unsur pokok latihan cinta kasih
terhadap semua mahluk.
§ Hemawata Sutta: dua orang jakkha ragu-ragu
tentang sifat-sifat Buddha yang dinyatakan olehnya. Buddha Gotama merumuskan
uraiannya dengan menjelaskan jalan pembebasan dari kematian.
§ Alavaka Sutta : Buddha Gotama menjawab
pertanyaan-pertanyaan Yakkha Alavaka mengenai kebahagiaan, pengertian, jalan ke
Nibbana.
§ Vijaya Sutta: suatu analisa tubuh dalam bagian-bagian
pokoknya (yang tidak bersih) dan sebutan Bhikkhu yang mencapai Nibbãna karena
memahami sifat sejati badan jasmani.
§ Muni Sutta: konsepsi idealitas seorang muni atau
orang bijaksana yang menjalani kehidupan menyepi yang bebas dari nafsu-nafsu.
§ Ratana Sutta: pujian kepada Tiratana (Buddha, Dhamma,
dan Sanggha).
§ Mahamangala Sutta: 38 macam petunjuk-petunjuk etika
dalam menempuh kehidupan suci, mulai dengan petunjuk-petunjuk etika dasar dan
mencapai puncaknya pada penyelaman Nibbãna.
§ Suciloma Sutta: untuk menanggapi sikap mengancam dari
Yakkha Suciloma, Buddha Gotama menyatakan bahwa nafsu, kebencian, keraguan, dan
sebagainya bermula dengan badan jasmani, keinginan, dan konsep aku.
§ Rahula Sutta: Buddha Gotama menasehati putra-Nya
yang telah ditahbiskan, Rahula, untuk menghormati orang bijaksana, bergaul dan
berhubungan sesuai dengan prinsip-prinsip seorang pertapa.
§ Vangisa Sutta: Buddha Gotama memberi kepastian
kepada Vangisa bahwa gurunya yang telah wafat, Nigrodhakappa, telah mencapai
Nibbãna.
§ Dhammika Sutta: Buddha Gotama menjelaskan kepada
Dhammika kewajiban masing-masing dari seorang Bhikkhu dan umat biasa; umat
biasa diharapkan untuk mentaati Pancasila dan memperingati hari-hari Uposatha.
§ Pabbajja Sutta : Raja Bimbisara dari Magadha menggoda Buddha
Gotama dengan kekayaan meterinya dan menanyakan garis keturunannya. Buddha
Gotama menunjukkan kenyataan tentang kelahiran di antara kaum Sakya dari Kosala
dan Ia telah mengatasi khayal dari kenikmatan-kenikmatan indria.
§ Padhana Sutta: uraian yang jelas sekali mengenai
godaan Mara menjelang pencapaian Penerangan Sempurna oleh Buddha Gotama.
§ Subhasita Sutta: bahasa para Bhikkhu hendaknya baik
dalam penuturannya, menyenangkan, tepat, dan benar.
§ Salla Sutta: kehidupan itu berlangsung singkat dan
semua kehidupan terancam oleh kematian, tetapi orang bijaksana yang memahami
sifat kehidupan tidak merasa takut.
§ Vasetta Sutta: dua orang pemuda, Bharadvaja dan
Vasettha, membahas masalah martabat brahmana karena kelahiran, tetapi Vasettha
mengatakan bahwa seseorang menjadi brahmana hanya karena perbuatan. Buddha
Gotama akhirnya menegaskan pandangan Vasettha sebagai pendapat yang benar.
§ Kokaliya Sutta: Kokaliya secara keliru menganggap
keinginan-keinginan jahat berasal dari Sariputta dan Moggallana dan akhirnya
menimbulkan penderitaan, karena kematian dan tumimbal lahir di salah satu alam
neraka. Buddha Gotama kemudian menyebutkan satu persatu neraka-neraka yang
berbeda dan menggambarkan hukuman atas perbuatan mengumpat dan menfitnah.
§ Nalaka Sutta: ramalan Pertapa Asita mengenai Buddha
Gotama yang akan datang. Putra adik perempuannya, Nalaka, memiliki
kebijaksanaan tertinggi yang dibentangkan kepadanya oleh Buddha Gotama.
§ Dvayatanupassana Sutta: dukkha timbul
dari substansi, ketidaktahuan, panca khandha, keinginan,
kemelekatan, usaha, makanan, dan sebagainya.
§ Magandiya Sutta: kembali Buddha Gotama menekankan
kepada Magandiya, seorang yang yakin akan kesucian melalui filsafat, bahwa
kesucian hanya dapat terjadi karena kedamaian batin.
§ Purabheda Sutta: kelakuan dan ciri-ciri seorang
bijaksana sejati yaitu kebebasan dari keserakahan, kemarahan, keinginan, nafsu,
dan kemelekatan dan senatiasa tenang, tenggang ras, dan bermental seimbang.
§ Culaviyuha Sutta: uraian mengenai mazhab-mazhab
filsafat yang berbeda semuanya saling bertentangan tanpa menyadari bahwa
kebenaran itu satu.
§ Mahaviyuha Sutta: para ahli filsafat hanya memuji diri
mereka sendiri dan mengecam orang lain, tetapi seorang brahmana sejati tetap
tidak tertarik kepada pencapaian intelektual yang meragukan itu dan karenanya
tenang dan damai.
§ Attadanda Sutta: orang bijaksana hendaknya tulus,
tidak berbohong, sederhana, bebas dari ketamakan dan fitnah, bersemangat dan
tanpa keinginan untuk memperoleh nama dan kemasyuran.
o Vimanavatthu: cerita-cerita mengenai rumah di
surga yang merupakan 85 syair dalam tujuh vagga mengenai pahala dan tumimbal
lahir di alam-alam surga.
o Petavatthu: terdiri atas 51 syair dalam 4 vagga
mengenai tumimbal lahir sebagai setan pengembara karena perbuatan-perbuatan
tercela.
o Theragatha: syair tentang para Bhikkhu senior (thera),
kumpulan syair-syair, yang disusun oleh para Thera semasa hidup Buddha Gotama.
Beberapa syair berisi riwayat hidup para Thera, sedang lainnya berisi pujian
yang diucapkan para Thera atas pembebasan yang telah dicapai.
o Therigatha: syair tentang para Bhikkhuni senior
(theri), buku yang serupa dengan Theragatha yang merupakan kumpulan dari
ucapan para Theri semasa hidup Buddha Gotama.
o Jataka: cerita kelahiran merupakan kumpulan yang
memuat 547 kisah yang dianggap sebagai cerita tentang kehidupan-kehidupan
lampau Buddha Gotama. Nidana Katha atau cerita tentang garis silsilah adalah
ulasan pengantar yang menguraikan kehidupan Buddha Gotama sampai pembukaan
Vihãra Jetavana di Savatthi dan juga kehidupan-kehidupan lampaunya di bawah
Buddha-Buddha terdahulu.
o Niddesa: terbagi dalam Mahaniddesa, sebuah
ulasan mengenai Atthakavagga dari Sutta Nipata, dan Culaniddesa, sebuah ulasan
mengenai Parayanavagga dan Khaggavisana Sutta yang juga dari Sutta Nipata.
Niddesa ini sendiri diulas dalam Saddhammapajjotika dari Upasena dan di situ
dihubungkan dengan Sariputta.
o Patisambhidamagga: suatu analisa Abhidhamma
tentang konsep dan latihan yang sudah disebutkan dalam Vinaya Pitaka dan Digha,
Samyutta dan Anguttara Nikaya. Ini dibagi dalam 3 bagian; Maha vagga,
Yuganaddha-vagga dan Panna-vagga; tiap-tiap vagga memuat sepuluh topik (katha).
o Apadana: Kisah dalam syair tentang kehidupan
lampau dari 550 orang Bhikkhu dan 40 orang Bhikkhuni, yang semuanya diceritakan
hidup pada masa Buddha Gotama.
o Buddhavamsa: Riwayat Para Buddha yang di
dalamnya Buddha Gotama menuturkan cerita tentang kebulatan hatinya untuk
menjadi Buddha, dan mengungkapkan riwayat 24 Buddha yang mendahuluinya.
o Cariyapitaka: 35 kisah dari Jataka dalam syair
yang melukiskan 7 dari 10 Kesempurnaan (dasa parami) yaitu kemurahan
hati, moralitas, penglepasan, kebijaksanaan, daya usaha, kesabaran, kebenaran,
keteguhan hati, cinta kasih, dan keseimbangan batin.
Komentar