“ UPACARA PERKAWINAN DI DEPAN PETI MAYAT ORTU, APA BOLEH? “
DISKUSI
DHARMA FACEBOOK.
Teman2
Dharma kl sempat silahkan simak pertanyaan dari Umat di bawah ini dan kasih
komen.
Bagaimana
pandangan Budhist bila ada keluarga kita atau temen kita yg melaksanakan
upacara perkawinan di depan peti mati almarhum / almarhumah orang tua mempelai.
Apakah
hal tsb; boleh atau tidak boleh dilakukan sebagai umat Buddha.
Dan apa
alasannya kl blh atau tdk blh, mohon pencerahan temen2 dan bhante. Sblm d
sesudahnya trimkasih, sadhu.
Teman2
tlg ks koment yg benar dan berguna, sadhu.
Komen dari teman2 sdh benar
dan bgs2.
Teman2 maaf kl komen bhante
salah.
Kesimpulan: Pertanyaan diatas (topik) ini dua SIKON yg
berbeda, bahkan berlawanan. Yaitu; disatu pihak sedang duka cita (sedih), di
pihak lain sedang suka cita (bahagia).
Apapun alasannya,
upacara perkawinan (suka cita) di depan peti mayat ortu, rasanya tdk ETIS.
Sebab, orang mati butuh ketenangan dan doa (pelimpahan jasa). Dan orang sdh
mati tdk bisa mendoakan anaknya yg sedang menikah.
Andaikata, orang sdh
mati lahir ke alam manusia atau alam Dewa, tdk akan tahu anaknya menikah.
Baiknya, upacara
perkawinan cari wktu lain yg lbh bgs misalnya hari minggu krn liburan. Maka, tradisi apapun pasti menunggu wktu yg
tepat/ baik setelah beberapa hari kematian ortu utk melaksanakan upacara
perkawinan.
Demikian
pandangan bhante yg sederhana ini semoga berguna, utk menambah pengetahuan dan
wawasan jd luas. Mohon maaf bila ada yg kurang berkenan dihati, dan terimakasih
atas partisipasi teman2 dlm diksui ini.
Teman2 terimakasih atas dedikasi
dan komen yg berguna.
1. Namo Buddhaya,
saya punya teman yg melaksanakan upacara perkawinan di depan peti mati almarhum
orang tua nya, kalo saya melihat teman saya itu kehidupan rumah tangganya, dari
segi keharmonisannya maupun keuangannya sangat tidak baik.
saya tidak tau apakah gara-2 melaksanakan upacara perkawinan di depan peti mati
almarhum orang tua nya ? mungkin Bhante yg bisa menjawab. Kalo menurut saya
alangkah baiknya menikah pada waktu orang tuanya masih ada, bukan kah hati
orang tua pasti senang apabila melihat anaknya menikah. Lagi pula, apabila
orangtua meninggal yg dibutuhkan adalah pembacaan parita dan pelimpahan jasa
kpd almarhum, bukannya upacara perkawinan. Komen saya mungkin salah, tapi saya
mencoba ikut memberikan komen. Apabila komen saya salah atau ada yang kurang,
silahkan dikoreksi atau direvisi. Sabbe satta bhavantu sukhitata. Semoga semua
makhluk hidup berbahagia. Sadhu...sadhu...sadhu.
2. Namo Buddhaya
Bhante,menurut saya boleh2 aja,asal niat dari kedua mempelai pengantin itu
baik,misalnya untuk memberi penghormatan kepada almarhum atau niatnya demi
kebahagian almarhum ya silahkan aja,tapi kalau niatnya untuk demi kebahagian
kedua mempelai,ya sebaiknya jangan deh,takutnya jadi tradisi pula hehehe.
Setiap hour jg hour baik kalo kita menjalaninya dgn penuh
kesadarn, penuh cinta ksh kpd semua makhluk.
3. Namo Buddhaya... boleh atau
tidak ny tergantung bagaimana kita sebagai manusia menyikapi ny... apabila anda
merasa itu salah satu rasa penghormatan anda terhadap almarhum/almarhumah
kenapa tidak...? toh anda sendiri yang menentukan nya bukan orang lain..
apabila anda merasa hal tesebut tidak boleh dilakukan mungkin karena ada nya
pandangan dari masyarakat sekitar yang menyatakan hal itu PANTANG, y kembali
lagi pada anda sendiri... semua hal yang kita lakukan selama tidak merugikan
orang lain dan menurut anda secara pribadi hal itu boleh dilakukan y lakukan
saja... PANTANG atau tidak nya suatu hal jangan lah anda lihat dari mata orang
lain, tetapi pikirkan lah secara rasional dan cari alasan yang jelas kenapa
suatu hal menjadi PANTANG... sadhu sadhu sadhu...
4. Nammo Buddhaya...selamat
pagi...sya yg berada di hutan kalimantan tengah ingin memberi sedikit
pendapat...menurut pandangan sy,hal tsb boleh2 saja dilaksanakan sbgai simbol
dr penghormatan terakhir ato setidaknya almarhum ortu kita mash dapat
menyaksikan pernikahan anaknya,walaupun hanya raganya saja yg ada didepan kita
tetapi jiwanya n kasih sayangnya mash bersama kita sepanjang masa yg tak pupus
dimakan waktu.memang demikian tradisi khususnya keturunan tionghoa,bila sdh ada
rencana kita akan menikah,n tiba2 ortu kita meninggal,pernikahan tsb harus
dilaksanakan didepan jasad/peti mati almarhum,krn kalau tidak demikian maka
pernikahan tsb harus ditunda sampai 1 tahun yg akan datang.Demikian sedikit
komen n pengetahuan sy ttg hal tsb diatas,semoga dapat diterima.Sy sangat
bahagia n terimakasih atas kesempatan yg diberikan utk dapat sharing ttg
Dhamma,Semoga semua mahluk pun turut berbahagia.Sadhu3x.
5. Met pagi.. 南無阿彌陀佛 .. Menurut aku itu boleh saja, karena isi petimatinya adalah
orang tua kita, orang yg sangat mencintai ϑάπ mengasihi kita . Orang tua ibarat
Buddha hidup di rumah, jadi bila waktu pernikahan berbarengan dgn meninggalnya
orang tua, hati jadi sedih...mau mohon doa restu ke siapa lagi kalo bukan ke
depan orang tua, walaupun hanya tinggal sebagai jasadnya saja. Itu dapat
dianggap sebagai relik/ stupa sebagai pengganti memohon kepada orang tua yg
masih hidup.. Sama seperti kita menghormati simbol simbol sang Budha, berupa
stupa, rupang, altar, ϑάπ sebagainya... Šαbbє Šαttα ßhαvαntu Šukhitαttα. Semoga
semua makhluk hidup berbahagia. Šαdhu..3x.
6. Salamat pagiii bhante..
Maksud pertanyaannya apakah hari menikah dgn kematian org tua samaaa? Jika
iyaaa..menurut sy tidak bolehh bhente.. Krn sy pribadi lebih setuju jika
pernikahan di tunda.. Urusin proses kematian org tua dulu.. Sampai kelar 100
hari.. Baru dehh nikah.. Mana lebih penting menikah atau urus pemakaman org
tua? Yah ty hati nurani aja.. Bukti penghormatan bukan menikah di depan peti
mati jika menurut sy.. Penghormatan itu sewaktu org tua masi hidup.. Ε(ˆ⌣ˆʃƪ)з xie xie ε(ˆ⌣ˆʃƪ)з bhante..
7. Namo buddhaya.kalo menurut
sy sich boleh saja tapi alangkah baiknya ditunda saja karena ga mungkin kan
kita barengkan kesedihan dengan kebahagiaan.kalo pun tetap mau melaksanakannya
ya pemberkahannya saja dilaksanakan di vihara tanpa adanya pesta.
8. Namo Buddhaya,
menurut saya sih tergantung kita sndri ♉ª, selama tidak
merugikan kita sndri dan org lain. Apalagi kadang juga merupakan permintaan
almarhum/almarhumah. Etis nya ♉ª, mmg lebih baik
diselesaikan dulu upacara pemakamannya baru kemudian pernikahan.
9. Pagi bhante, Kalau
menurut saya sebaik πƔª menunggu sampai selesai upacara kematian πƔª, setelah
beres upacara kematian setidak πƔª 100 hari, baru ϑi siapkan acara pernikan,
karena Gɑ̤̈ƙ mungkin kesedihan berbarengan dengan kebahagiaan, masalah
pernikakan toh, bisa bulan dan tanggal berapa saja, masalah kematian toh memang
harus ϑi selesaikan secepat πƔª, begitu saya menurut saya bhante,
Sabbe satta bhavantu sukhitata, Semoga semua mahluk dan sekitar πƔª hidup berbahagia, Sadhu3x
Namo budhaya.
Sabbe satta bhavantu sukhitata, Semoga semua mahluk dan sekitar πƔª hidup berbahagia, Sadhu3x
Namo budhaya.
10. Namo Buddhaya
Bhante..... Menurt sy, mendgn ngurus msalah kematian ortu dl. Minimal setelah
49 hour br mikir tentang pernikahan. Kalo kematian ortu berbarengan dgn
pernikhan anaknya, org2 yg dtg jg binggung urusn nya. Mau mengucapkan turut
berdukacita or mengucapkn haPpy wedding.
11. Buddha
mengajarkan adanya cetana .. Kehendak - niat yg muncul dlm pikiran ini. Seblum
smua terjadi mk pikiran yg berkehendak inilah yg muncul duluan. Jd kembali pd
kehendk msg2 atopun kelg tsb akan melakukn upcr pernikahan ato tdk. Itu bebas
deh. Boleh ato tdk boleh suka suka u sj deh , yg terpenting niatnya to.
Byk tradisi dlm masyarakat yg akhirnya menimbulkan
pandangan2 salah ato miccaditthi. Batin kt msh kotor keruh bahkan ada yg msh
berada dlm kegelapan ... Dng ajaran dr Maha Guru Buddha smoga kita mendapatkan
pencerahan ... Membuka pikiran2 yg tersumbat ini .. N terbebas dr kegelapan.
12. selamat siang
Bhante menurur cerita yg pernah saya dengan dari pembicaraan orang tua . kalau
kawin peti itu kurang baik mencari nafkah kemudian hari sulit itupun cerita
sulit juga pembuktiannya, jadi kembali ke masing masing yg sudah menjalani bila
belum sampai terjadi sebaiknya dihindari , kawin dalam hidup kan 1 x saja jadi
carilah hari yg paling baik untuk menunjang masa depan Anda sendiri. yg penting
jangan sampai ambil hari yg jatuhnya sam liong sat.
13. Menurut pandangan
saya, sebaiknya perkawinan di tunda. Karena kita perlu memberikan ketenangan
bagi almarhum dan mendoakan almarhum serta melakukan pelimpahan jasa kepada
almarhum. Setelah itu selang beberapa waktu baru dilanjutin acara nikahnya.
Tergantung tradisi masing-masing daerah. Tetapi yang penting kita bisa berpikir
lebih bijaksana, Karena dalam ajaran Budha tidak ada pantangan seperti itu.
Jadi ngak masalah jika kita married dan ada keluarganya yang meninggal. Cuam
sebaiknya acara pernikahan dimundurin dulu untuk mengurus keluarga nya yang
baru meninggal. Semoga kita bisa mempunyai pandangan benar.
14. yeeeaaahhh....
bagi yang bilang boleh yaaa boleh laa...bagi yang bilang gak boleh yaaa enggak
laaa....
hehehhee.... orang tua sendiri kenapa harus di kaitkan dengan hal hal yang lainnya..... jalankan dengan sakral dan hikmah..
hehehhee.... orang tua sendiri kenapa harus di kaitkan dengan hal hal yang lainnya..... jalankan dengan sakral dan hikmah..
15. ga usa berlebihan
di depan peti mati,cukup photo juga uda tersampaikan(yg penting niat tulus
difoto).
16. Boleh aja, tp
kudu bijak liat sikon. Sesuatu yang emang netral, tp bila dipaksakan, bisa jadi
tidak baik. Maksudnya : semisal tindakan itu mengakibatkan perpecahan, ada
baiknya mengalah demi harmonisasi.
Teman2 trims atas
dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para
Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua
makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut
berbahagia, sadhu.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun
Ven.Sudhammacaro.
Komentar