FAKTA2 AKIBAT AKAL SEHAT MATI PERDEBATAN ALLAH/Tuhan di Luar, ALLAH/Tuhan di Dalam-Oleh : Kartono Mohamad-(Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter-Indonesia)-Kompas, Sabtu, 5 Mei 2007. Opini & Contoh2 AKAL SEHAT MATI. AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Manusia yang mengganggap Tuhan jauh di atas tidak merasa bersalah saat ia korupsi, mencuri, atau merugikan orang lain. ALLAH/Tuhan yang jauh akan diam saja, atau senang, asal sesudah itu manusia bersembahyang, pergi haji atau membangun rumah ibadah. Beda dengan konsep Kant yang mengatakan kita harus selalu berbuat baik dan menghindari berbuat jahat karena-Tuhan ada di dalam diri kita. Bagi banyak orang, ALLAH/Tuhan ada di luar. Orang sering merujuk tempat ALLAH/Tuhan sebagai di atas, entah di mana. “Terserah yang di atas” adalah ungkapan yang biasa diucapkan saat orang menyerahkan nasibnya kepada ALLAH/Tuhan. ALLAH/Tuhan yang diagungkan tidak mungkin ada di bawah dan lebih rendah dari manusia. Banyak agama meyakini, tempat ALLAH/Tuhan ‘yang di atas’ itu. Musa menemui ALLAH/Tuhan di atas puncak gunung di Sinai. Setelah disalib, Yesus diyakini ‘di angkat ke langit’. Nabi Muhamad pernah dipanggil ‘naik ke tempat ALLAH/Tuhan lalu menerima perintah untuk umatnya’.
ALLAH/Tuhan dimanipulasi.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Karena ALLAH/Tuhan ada di luar diri kita, banyak orang merasa dekat hanya saat mengunjungi-Nya, saat bersembahyang di mesjid, di gereja, di pure atau vihara. Pada saat itulah manusia merasa telah mendekat kepada ALLAH/Tuhan dan berharap Tuhan akan mengingat kehadirannya. Selepas itu, bahkan tidak jarang baru beberapa langkah keluar dari tempat ibadah, ia sudah lupa akan ALLAH/Tuhan. ALLAH/Tuhan sudah ditinggalkan di mesjid, gereja, pure atau vihara. Seperti guarauan teman saya orang Filipina “On Sunday we are true Catholics,
On the other days, we are true Philippinos”. Pada hari
lain kembali mereka senang bertaruh menyabung (aduan) ayam dan mabuk-mabukan.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Konsep ALLAH/Tuhan jauh di
atas juga membuat ALLAH/Tuhan seperti orang lain yang dapat dimanipulasi,
ditipu, atau disuap. Banyak penganjur agama yang mengatasnamakan Tuhan dalam
meminta upeti, fasilitas, atau layanan pribadi kepada umatnya yang miskin.
Mereka menjual Tuhan untuk kepentingan pribadi dan memperkaya diri. Itulah yang
menyebabkan Karl Marx menuduh agama sebagai candu rakyat. Rakyat miskin
dicekoki, mereka harus lebih mementingkan Tuhan daripada diri sendiri, tetapi
tidak satupun yang mengangkat kemiskinan.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Rakyat diajari, kemiskinan
adalah takdir ALLAH/Tuhan maka banyaklah bersembahyang dan beramal agar
tertolong dari kemiskinan. Tuhan yang di luar juga bisa ditipu.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Setelah manusia mencuri atau
korupsi, ia akan merasa sudah berbuat amal atau menebus dosa jika sebagian
hasil korupsinya di sumbangkan untuk membangun tempat ibadah atau pergi haji.
Secara spiritual ia telah melakukan pencucian uang, menyuap A;;AH/Tuhan, dan
mencari pujian dari sesama manusia.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Bagi yang menganggap
ALLAH/Tuhan ada di luar, ALLAH/Tuhan tidak tahu kalau ia korupsi atau menipu
dan hanya tahu ia pergi haji atau menyumbang pembangunan rumah ibadah. Lebih
parah lagi, selain menganggap ALLAH/ Tuhan ada di atas, manusia lalu mengangkat
diri sebagai wakil Tuhan di bumi dan berhak menafsirkan perintah Tuhan menurut
diri sendiri. Ia juga berhak merasa mewakili untuk menentukan siapa yang
berdosa, siapa yang kafir, dan siapa yang murtad. selain mejadi jaksa, ia juga
merasa berhak menjadi hakim lalu menjatuhkan hukuman bagi mereka yang dianggap
menyimpang.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Dulu ada nabi-nabi yang
diyakini dapat berkomunikasi langsung dengan ALLAH/Tuhan dan menjadi wakil
Tuhan di bumi. Kini tidak ada lagi nabi. Untuk itu manusia mengangkat dirinya
sendiri sebagai yang berhak mewakili ALLAH/Tuhan. Ia lalu menganggap ucapannya
adalah ucapan Tuhan. Celakanya, orang-orang yang merasa mewakli ALLAH/Tuhan
tidak jarang saling berebut pengaruh agar dialah yang dianggap paling benar.
Jika perebutan secara adu argumentasi tidak berhasil, adu otot pun terjadi.
Kekuatan fisik, jika perlu melalui teror ditonjolkan. Negara dan polisi dibuat
takut menindak karena melawan mereka indentik melawan ALLAH/Tuhan. ALLAH/Tuhan
di dalam Sudah sejak abad ke-8 para pakar filsafat berdebat tentang keadaan
Tuhan.
Ada yang menganggap ALLAH/Tuhan tak ada, ada yang
berpendapat ALLAH/Tuhan ada tetapi tidak operasional lagi (kaum Deist), bahkan
ada yang menganggap Tuhan sudah mati (antara lain Nietzsche). Kaum Deist, seperti
kebanyakkan penganut agama masa kini, menganggap ALLAH/Tuhan ada jauh di atas
sana. Sepanjang ia ada jauh di sana, biarkan ia dengan kesenangan-Nya sendiri,
atau buatlah agar Ia senang di tempat-Nya (Deist position kept god happily in
His place).
Yang agak berbeda adalah Immanuel Kant (1724-
1804). Ia mengaku percaya ada ALLAH/ Tuhan, tetapi
ALLAH/Tuhan diyakini ada bukan karena segala sesuatu harus ada awalnya. Bagi
Kant, ALLAH/Tuhan dianggap sebagai pembuat hukum moralitas tertinggi. Manusia
yang baik adalah yang mematuhi hukum Tuhan. Hanya saja Kant tidak menganggap,
ALLAH/Tuhan tidak ada di luar, tetapi di dalam diri kita (God is not a being
out side me.Only God in me, about me, and over me). Ia memperkenalkan teori
Categorikal Imperative: Kita wajib berbuat baik dan benar karena dorongan dari
diri sendiri, karena ada Tuhan pembuat hukum di dalam diri kita. Tuhan dalam
diri kita juga tidak dapat ditipu, dimanipulasi, atau dijual untuk kepentingan
kita.
Tuhan di Luar, Tuhan di Dalam Rahasia Kehidupan.
AKIBAT AKAL SEHAT MATI, Memahami konsep bahwa Tuhan
ada di dalam diri sesuai ajaran Kant akan sulit bagi kebanyakkan kita yang
sudah terbiasa menempatkan Tuhan ada di luar diri kita, jauh di atas sana. Kita
sudah menjadi penganut Deist yang membiarkan Tuhan berada jauh di sana, lalu
kita mewakili kehadiran-Nya di dunia baik sebagai jaksa maupun hakim bagi
manusia lain. Sementara kita sendiri tetap berbuat semau kita dan hanya
sesekali menghadap-Nya sebagai basa-basi rutin. Manusia yang mengganggap
ALLAH/Tuhan jauh di atas tidak merasa bersalah saat ia korupsi, mencuri, atau
merugikan orang lain.
ALLAH/Tuhan yang jauh akan diam saja, atau senang,
asal sesudah itu manusia bersembahyang, pergi haji atau membangun rumah ibadah.
Beda dengan konsep Kant yang mengatakan kita harus selalu berbuat baik dan
menghindari berbuat jahat karena ALLAH/Tuhan ada di dalam diri kita.
Komentar