Misteri Otak dan Pengalaman Melihat 'Penampakan' Tuhan. Oleh Alexander Lumbantobing pada 17 Mei 2016, 19:07 WIB
Liputan6.com, Yerusalem
- Bagi
orang yang mempercayai suatu kekuatan yang lebih tinggi, pengalaman religius
dapat menjadi hal yang mengubah kehidupan. Selama ini, apa yang terjadi pada
otak saat mengalami hal itu masih menjadi misteri.
Biasanya, penelitian
neuorologi tentang pengalaman tersebut berlangsung lama setelah kejadiannya
sendiri. Baru-baru ini, seperti dikutip dari Daily Mail pada
Selasa (17/5/2016), sebuah tim peneliti Israel memindai otak pada saat kejadian
seorang pasien 'melihat Tuhan'.
Para peneliti di Hadssah
Hebrew University melaporkan kasus langka ketika sedang menangani seorang
pasien yang memiliki suatu bentuk epilepsi.
Sang pasien tengah berada dalam pengalaman religius dan ia melihat serta
'berbincang' dengan Tuhan.
Penelitian kasus ini
memberikan sekelumit pemahaman tentang apa yang mungkin sedang berkecamuk dalam
otak orang-orang yang mengaku telah 'melihat Tuhan'.
Dr. Shahar Arzy dan Dr.
Roey Schurr dilaporkan sedang merawat seorang pasien berusia 46 tahun yang
memiliki epilepsi pada lobus temporal (temporal lobe epilepsy,
TLE). Sejumlah tes lengkap dilakukan, termasuk pembacaan electro
encephalogram (EEG) secara daring guna mengukur kegiatan
otaknya.
Sebelum menjalankan tes itu, sang pasien, seorang pria Yahudi yang dilaporkan
tidak pernah terlalu religius,
telah berhenti meminum obat antikonvulsan yang dipakai menangani kejang-kejang.
Namun begitu, selama
pengujian, para peneliti melaporkan pasien mereka mendadak kaku dan menatap ke
langit-langit selama beberapa menit, dan ia merasa seakan 'Tuhan sedang
mendekatinya', lalu ia menyapa 'Adonai', nama sebutan Tuhan dalam bahasa
Ibrani.
Pria itu kemudian
melepaskan kabel-kabel dari kepalanya, lalu turun dari tempat tidur, dan
kemudian berkeliling rumah sakit untuk menarik minat para pengikut sambil
mengatakan, 'Tuhan telah mengirim saya bagimu'. Ia yakin sang penciptanya telah
memilihnya untuk membawa pengampunan bagi para pasien lain dan
pegawai-pegawai kedokteran di sana.
Sesaat sebelum kejadian,
para dokter sempat mengukur lonjakan kegiatan di bagian korteks prefrontal kiri
pada otak sang
pasien. Korteks prefrontaladalah daerah di otak manusia yang
berkaitan dengan beberapa fungsi lebih tinggi, misalnya perencanaan dan
persepsi.
Sebelum ini, bagian otak
tersebut sudah dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman religius dan mistis.
Namun demikian, menurut
The Epilepsy Foundation, studi-studi kasus pada pasien yang mengalami ayan di
TLE mengaku dunia ini seperti 'lebih nyata' dan adanya keadaan mirip mimpi yang
tak tersambung, serta kerap disertai dengan 'peringatan' dalam bentuk suara dan
gambar.
Tim Israel berpendapat
bahwa pria itu menderita sejumlah penampakan sebagai akibat episode psikotis
setelah mengalami kejang.
Melalui blog untuk
majalah Discover tentang
studi kasus ini, blogger Neuroskeptic menjelaskan pengalaman
sang pasien ketika melihat dan terpilih oleh Tuhan memiliki kemiripan dengan
pengalaman sejumlah tokoh agama, mulai dari Musa, Yesus, hingga Muhammad.
Menurut Neuroskeptic,
"Tentu saja, ini bukan berarti tokoh-tokoh itu menderita epilepsi, tapi
menarik sekali bahwa gejala tersebut bisa muncul pada penyakit ini."
Temuan ini telah
diterbitkan dalam jurnal Epilepsy and Behavior.
Lebih Rumit Dari Dugaan
Sementara itu, masih
dari Daily
Mail, disebutkan sudah banyak upaya mencari keberadaan ‘Tuhan’ di
dalam otak manusia.
Pada 2009, suatu
penelitian terhadap kelompok berbagai agama menunjukkan adanya daerah otak yang
sama yang 'menyala' ketika para peserta penelitian ditanyai tentang masalah
agama dan moral.
Pemindaian MRI
mengungkapkan daerah-daerah otak yang menjadi aktif adalah daerah-daerah otak
yang dipergunakan untuk memahami perasaan dan niat orang lain.
Para sukarelawan
ditanyai tentang pernyataan apakah Tuhan turut campur dalam dunia, misalnya
dengan pernyataan 'Tuhan membimbing tindakan-tindakan saya'.
Hal ini mengaktifkan
daerah lobus lateral frontal pada otak manusia, yaitu
suatu daerah pada otak manusia yang dipergunakan untuk menunjukkan rasa empati
kepada sesamanya.
Kemudian mereka ditanyai
untuk menempatkan Tuhan dalam keadaan emosional. Ketika diberi pernyataan
'Tuhan murka', maka daerah otak yang menyala adalah medial temporal atau frontal
gyri, yaitu daerah otak yang membantu manusia untuk menilai emosi
orang lain.
Namun demikian,
penelitian-penelitian lanjutan menunjukkan spiritualitas itu lebih rumit
daripada yang dibayangkan dan ada beberapa daerah otak yang terlibat dalam
begitu banyaknya pengalaman rohani.
Para peneliti Missouri
University mengulangi temuan-temuan sebelumnya, sekaligus menentukan bahwa
aspek-aspek lain fungsi spiritual berkaitan dengan peningkatan kegiatan di
bagian lobus depan (frontal) di otak.
Penelitian itu mendapati
para peserta yang memiliki cedera lebih pada lobus parietal kanan
menunjukkan adanya peningkatan perasaan kedekatan dengan 'kekuasaan di atas'.
Komentar