" WASPADA STROKE BERBAHAYA "
Stroke pun Mulai Serang anak Muda
Media Indonesia – rabu 6 juli 2005/No.8975/Tahun XXXV1 hal 18
Belakangan ini marak diberitakan sejumblah orang yang masih muda dan aktif tiba tiba harus terbaring dirumah sakit karena serangan stroke. Sebut saja presenter Muthia Kasim dan Victor Menayang, ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang kini masih terbaring di rumah sakit.
Bahkan temuan di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (RS-PJKNHK) ada remaja berusia 17 tahun meninggal karena stroke. Ada pula pasien 13 tahun terserang stroke. Mengapa penyakit pembuluh darah telah menjangkiti orang muda ?
Dr Harnanto andriantoro SpJP-FIHA dari RS-PJNHK mengatakan banyak faktor yang menyebabkan orang muda terkena stroke.
“Bisa karena genetis. Apabila ada anak yang orangtuanya meniggal karena penyakit kardiovaskular perlu diwaspadai. Pada bapak yang meningal dibawah usia 55 tahun atau ibu dibawah usia 60 tahun karena kardiovaskular, maka kemungkinan anak terkena stroke lebih dini sangat besar,” kata Hananto dalam semiloka bertema Hipertensi dan Hiperkolesterolemia sebagai pemicu stroke, pakean lalu di jakarta.
Menurut Hananto, anak laki-laki lebih beresiko terkena stroke dibanding anak perempuan. “Bila didalam keluarga ada yang demikian, sebaiknya anak anda jangan merokok atau jangan berdekatan dengan orang merokok. Jalankan pola hidup sehat untuk mencegah tejadinya penyakit kardiovaskular,” kata Hananto.
Ia memberi contoh kasus di RS-PJHNK terdapat pasien usia 17 tahun hanya dalam waktu 7 jam meninggal dunia, akibat serangan stroke. Seluruh pembuluh darahnya robek hingga keperut usai menonton pertandingan sepak bola di televisi. “sebetulnya bila didalam keluarga ada riyawat penyakit kardiovaskular, sebaiknya anak anak kandungannya harus melakukan upaya preventif untuk tidak merokok, menjaga koresterol didalam tubuh, mengontrol gula darah dan sebagainya.”
Plak, lanjutnya, sesungguhnya telah muncul di usia bayi. Pertumbuhan plak akan terlihat pada usia 13 tahun disaat anak mengalami pubertas. Adanya plak ini karna didalam tubuh seseorang terjadi penimbunan koresterol jahat yang berlebihan sehingga menganggu peredaran darah diseluruh tubuh.
Pada anak, katanya, koresterol yang tidak bisa dikendalikan akan memunculkan anak anak obesitas (kelebihan berat badan) dengan timbunan lemak di perut. “Jadi bibitnya sudah ada. Plak didalam pembuluh darah jantung sudah ada sejak anak anak. Orangtua harus mengarahkan anak anak mereka untuk menjaga pola makan yang benar. Jangan hanya karbohidrat saja dan tidak ada seratnya sama sekali.”
Sedangkan pada anak tidak gemuk, tapi berpotensi stroke lebih disebabkan anak tersebut telah merokok sejak usia dini. “Rokok mengandung karbon yang merangsang proses peradangan pembuluh darah. Jadi sekalipun seseorang yang berat badanya ideal atau kurus, namun merokok, maka potensi terjadi serangan jantung dan stroke tetap tinggi.
Hananto mengatakan banyak anak muda terkena serangan jantung dan stroke, lebih disebabkan gaya hidup, seperi merokok dan makan makanan tinggi karbohidrat dan lemak, tetapi sedikit serat.
Mengukur sendiri
Hal senada dikatakan dr Antonia A Lukito SpJP dari RS Siloam Gleneagles Lippo Karawaci. Menurut dia, faktor gemuk bukan indikator seseorang berpotensi terserang stroke.
“Banyak faktor yang menyebabkan orang berbakat menjadi stroke. Seperti liburan sekolah sekarang ini, anak dibiarkan menonton televisi berjam jam. Anak anak sejak dini telah terbiasa malas bergerak. Hanya duduk didepan televisi sambil makan atau bermain playstation.”
Ia memberi contoh salah seorrang pasiennya usia 13 tahun terserang stroke. Awalnya, anak tersebut tidak mampu memegang gelas, sehingga jatuh dan pecah. Ternyata, katanya, anak tersebut setiap hari sepulang sekolah menghabiskan waktu bermain playstation.
“Selain tidak pernah bergerak, anak itu juga hobi makan makanan karbohidrat tinggi. Suatu hari tanpa disadari terjadi serangan stroke yang menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit.”
Kedua dokter itu menganjurkan untuk siapa saja yang belum pernah mengalami sakit jantung atau stroke sebaiknya melakukan pencegahan dini. Untuk mencegah hal hal diatas, sangant dianjurkan bagi kita semua mulai mengukur faktor resiko, seperti : usia, kebiasaan merokok, hipertensi, kadar gula darah, dan mengukur koresterol baik LDL (jahat) ataupun HDL (baik).
Berdasarkan studi Framingham Heart Study (hingga sekarang dijadikan anutan), sebetulnya seseorang bisa mengukur sendiri berapa persen keungkinan ia terkena komplikasi kardiovaskular. Sebagai contoh, pasien pria berusia 45 tahun memiliki kadar koresterol LDL 100-159 mg/dL atau tekanan darah sistolik 140-159 mmHg.
Kadar koresterol dan tekanan darah pria itu memang tidak terlalu tinggi dan tidak begitu mengkhawatirkan. Namun, kondisi itu menjadi berbahaya bila si pria tadi menderita diabetes. Karena itu pasien tersebut memiliki faktor resiko berganda (multiple risk faktor). “Pada kondisi itu pasien maupun dokter harus hati hati, dengan berusaha memodifikasi kondisi tersebut (prevensi primer), supaya resiko pasien tersebut terkena serangan jantung dan stroke lebih kecil.”
Caranya, kadar LDL si pasien harus dibawah 100mg/dL dan tekanan darah sistonik dibawah atau sama dengan 130 mmHg.
Antonia mengatakan ada beberapa pengobatan yang bisa mencegah terjadinya terjadinya serangan jantung dan stroke. Misalnya pemberian obat antilipid statin dengan dosis 10 mg, ternyata bisa menurunkan mortalitas serta serangan jantung atau stroke yang sangat bermakna.
(Nda/H-1)
CEGAH STROKE DENGAN HIDUP YANG TERATUR DAN SEIMBANG
Siapapun tentu tidak ingin terserang stroke. Dalam penelitian dikatakan bahwa stroke termasuk dari tiga penyakit utama yag menyebabkan kematian. Stroke bisa disembuhkan, tapi harus diwaspadai. Penyakit yang banyak diderita manusia berusia lanjut tersebut disebabkan ganguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami penyumbatan. Namun tidak hanya manusia berusia lanjut yang mesti waspada, karena serangan stroke bisa juga menimpa kaum muda, 15-40 tahun, pada wanita maupun pria.
STROKE
Stroke atau disebut juga seranga fungsi otak, terjadi ketika aliran darah menuju otak terganggu atau terhenti. Ketika stroke menyerang, sel sel otak menjadi mati karena aliran oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan otak untuk berfungsi terhenti.
DUA JENIS STROKE:
1.Ischemic stroke: Disebabkan membekunya darah sehingga menyumbat pembuluh darah otak.
2.Hemorrhagic stroke: Terjadi ketika pembuluh darah otak pecah sehingga darah mengenangi jaringan di sekitarnya.
Sekitar 80% dari stroke merupakan jenis Ischemic stroke dan sisanya adalah Hemorrhagic stroke.
RESIKO TERSERANG STROKE
1.Faktor yang tidak dapat dicegah
- umur
- jenis kelamin
Semakin bertambah usia, kian besar kemungkinan terkena stroke bila dibandingkan ketika berusia lebih muda. Juga dikatakan pria relatif lebih banyak mengalami serangan stroke dibanding wanita.
2.Faktor yang dapat dicegah
- Hipertensi - Diabetes melitus
- Perokok - Hiperlipidemia
- Peminum alkohol - Penderita penyakit jantung
- Obesitas
CIRI CIRI SERANGAN STROKE
Karena stroke menyerang otak, orang yang terkena stroke biasanya tidak segera menyadarinya. Orang lain barangkali mengira orang yang terkena stroke sedang dalam keadaan binggung. Ciri ciri serangan stroke bisa diketahui karena iri ciri tersebut bisa dilihat atau dirasakan dengan cepat. Berikut ciri ciri serangan stroke :
1. Tiba-tiba lemah (lumpuh) satu sisi tubuh (sisi kanan atau kiri)
2. Rasa baal dan kesemutan satu sisi tubuh
3. Pandangan gelap
4. Bila melihat ada bayangan (melihat dobel)
5. Tiba-tiba tidak dapat/ lancar bicara
6. Pelo
7. Mulut jadi mengot (miring ke kiri atau kekanan)
8. Tiba-tiba perasaan mau jatuh saat berjalan
9. Kadang kadang disertai pusing, terasa berputar
10. Mual-mual dan muntah muntah
11. Sakit kepala
12. Kesadaran tiba-tiba menurun
Gejala-gejala tersebut dapat ditemukan salah satu saja atau bisa muncul beberapa gejala sekaligus; tergantung berat dan letak lesi pada otak orang tersebut. Gejala-gejala yang disebutkan diatas bisa muncul tiba tiba saat sedang santai, ketika melakukan aktivitas atau ketika bangun tidur.
EFEK STROKE
Efek dari stroke bervariasi, dari ringan hingga berat, tergantung tipe atau jenis stroke dan area otak yang terkena. Orang yang terkena stroke mungkin akan menderita:
1. Kelumpuhan
2. Mati rasa
3. Kesulitan berbicara dan berpikir
4. Gangguan emosi.
BEBERAPA TIPS PERTOLONGAN PERTAMA SERANGAN STROKE
1. Bila penderita pingsan, atau mengorok, segera bawa kerumah sakit terdekat. Saat dibawa kerumah sakit, perhatikan jalan nafas penderita agar tetap lancar. Misalnya bila mulut atau hidung penderita mengeluarkan busa, segera dibersihkan. Kadang kadang penderita muntah. Segera sisa muntahannya dibersihkan dari mulut atau hidungnya, sambil posisi berbaring tubuhnya dibuat miring. Hal ini penting untuk menghindari agar sisa muntahannya tidak masuk ke jalan nafas yang dapat mengakibatkan komplikasi infeksi saluran nafas bahkan menyumbat jalan napas sehingga menimbulkan kematian.
2. Hindari pemberian makanan dan minuman pada penderita yang sedang pingsan, atau kesadarannya tampak menurun dibanding dengan orang normal. Hal ini untuk mencegah agar air atau makanan yang diberikan tidak menganggu jalan pernapasan penderita tersebut.
3. Bila penderita mengalami salah satu dari beberapa gejala seperti disebutkan diatas, namun penderita tetap sadar, penderita sebaiknya tetap dibawa kerumah sakit. Agak berbeda dengan penderita yang tidak sadar dapat penderita yang masih sadar dapat dibawa dalam kondisi duduk atau berbaring, tergantung kenyaman penderita.
4. sebaiknya tidak panik bila menurunkan seseorang terserang stroke. Bila serangan stroke cepat ditanggani, mudah mudahan hasilnya lebih baik daripada kita panik dan akhirnya tidak melakukan apa-apa.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Penderita stroke mempunyai kemungkinan sembuh lebih besar, jika ada orang lain yang mengetahui ciri ciri tersebut diatas dengan cepat serta langsung melarikan si penderita ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Semakin lama aliran darah terhenti mengalir keotak, semakin besar potensi penderita untuk mengalami kerusakan permanen. Walaupun stroke merupakan penyakit otak, serangan stroke bisa berakibat di bagian tubuh lainnya.
Penderita stroke memerlukan terapi fisik untuk memulihkan kekuatan dan mobilitasnya. Mereka juga perlu memperoleh terapi untuk melatih agar mereka mampu melakukan kegiatan sehari hari tanpa bantuan orang lain semisal makan, berpakaian, pergi kekamar mandi, dan sebagainya. Bagi mereka yang mengalami kesulitan membaca, berbicara, dan menyusun kata kata, speech teraphy diperlukan.
Selain itu, ikuti nasihat para pakar kesehatan agar hidup teratur dan seimbang. Teratur baik waktu kerja, istirahat, berolahraga , rekreasi, dan kegiatan lain sesuai waktunya. Seimbang maksudnya baik waktu bekerja maupun istirahat, mendapatkan proporsi masing masing.
Diolah dari berbagai sumber Ari/Ghp/Litbang MI.
Kesehatan
Berbagai Cerita Untuk Menguatkan
KOMPAS – RABU, 13 JULI 2005 HALAMAN 33
Hirosi (60) terbaring lemah diranjang sebuah bangsal kelas tiga Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sudah beberapa hari ia dirawat di rumah sakit akibat terkena stroke. Sebagian anggota tubuhnya masih sulit digerakkan.
Oleh : EVY RACHMAWATI
Kendati dalam kondisi sakit, raut wajah lelaki itu berseri seri ketika dikunjungi oleh beberapa anggota Klub Stroke RSCM. Tanpa ragu ia menceritakan kondisi fisiknya sejak terkena serangan kepada anggota klub yang pagi itu membagi bingkisan dan pamflet. Maklum, ini rangkaian kegiatan peringatan Hari Stroke Sedunia, setiap 24 Juni.
“Saya merasa tidak sendiri lagi. Ternyata ada yang lebih parah, saya juga bersemangat untuk sembuh,” ungkap Hirosi.
Beberapa pasien lain bahkan meneteskan airmata haru karena diperhatikan sesama yang pernah terkena stroke.
Penyakit stroke memang membuat kondisi psikologis sebagian penderitanya menjadi terguncang. Maklumlah, serangan stroke bisa mengakibatkan kelumpuhan dan ketidakmampuan fisik lainnya.
Padahal, penyakit ini banyak menimpa kelompok masyarakat usia produktif dan sedang berada dipuncak karier. Mayoritas penderita berjenis kelamin lelaki dan biasanya pencari nafkah utama keluarga. Tak heran jika stroke bekan hanya mengakibatkan kecacatan fisik, namun juga membuat penderita putus asa, kehilangan semangat hidup, dan cenderung mengucilkan diri dari lingkungan sosial.
Salah satu anggota klub Stroke adalah Berry Tanukusumo (65). Iia mengaku terkena stroke ketika berusia 40-an tahun. Saat itu kariernya di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah memasuki masa keemasan. Ia baru saja dipromosikan ke jenjang karier yang lebih tinggi.
“Saya merasa tidak berguna. Saya sempat tidak mau dijenguk dan sering marah kepada istri dan anak anak,” kenangnya.
Segala macam pengobatan ia jalani, termasuk keluar negeri. Setelah menjalani perawatan medis dan terapi fisik secara berkala, perlahan kondisi fisiknya pulih kembali kendati tidak bisa sembuh seratus persen. Dengan segala keterbatasan fisiknya, ia masih bisa bekerja hingga memasuki masa pensiun.
“Saya tetap masuk dengan beban kerja ringan, karena saya tidak bisa lagi mikir yang berat-berat”, ujar Berry.
Hal serupa dialami Dewi (29). Di saat menikmati indahnya masa remaja, tepatnya diusia 21 tahun, gadis berkulit kuning langsat ini terkena serangan stroke. Akibat terlambat dibawa kerumah sakit, ia sempat lumpuh kaku separuh bagian tubuhnya, terutama tangan dan kaki. Setelah rawat inap dan fisioterapi, perlahan kondisi badannya berangsur pulih kendati tidak sempurna. “Sekarang tinggal bagian pipi yang kebal rasa, “ tuturnya.
Keterbatasan kemampuan fisik akibat stroke membuat Dewi berhenti bekerja sebagai pramuniaga di sebuah restoran waralaba. Ia lalu membantu kedua arang tuanya membuka usaha warung makan.
“Saya merasa minder, tidak percaya diri kalau melamar kerja se sebuah perusahaan. Siapa yang mau mempekerjakan orang cacat seperti saya, “ ujar gadis berparas ayu ini lirih.
Gara gara stroke, ia juga menarik diri dari lingkungan sosial termasuk pergaulan dengan teman sebaya. Perjalanan asmarapun tidak berjalan muluslantaran keluarga sang kekasih tidak lagi menyetujui hubungan mereka.
“Sebenarnya pacar saya bisa menerima saya apa adanya, Akan tetapi, keluarganya tidak,” kata Dewi.
Jadi sensitif
Ketua Klub Stroke di RSCM hariadi menuturkan, banyak penderita pasca serangan stroke menjadi sensitif dan menutup diri terhadap lingkungan sekitar.
“Ini menghambat proses latihan fisik untuk membantu penyembuhan. Karena itu, peran keluarga sangat penting untuk menyemangatinya, “ tuturnya.
Berbagi cerita dengan sesama penderita stroke ternyata bisa meringankan beban. “Ini membuat kami merasa tidak sendiri dan saling bisa memotivasi,” ujar Hariadi.
Alasan itulah yang membuat ia dan para penyandang stroke lainnya bergabung dengan kelompok kelompol stroke berbasis rumah sakit maupun dari komunitas masyarakat.
Kerinduan untuk berbagi membuat klub klub stroke menjamur. Klub Stroke RSCM, misalnya, saat pertama kali dibentuk hanya beranggotakan 30-an orang. Kini klub yang di[rakarsai tim medis Instalasi Rehabilitasi Medik RSCM itu memiliki lebih dari 500 anggota. Setelah dirawat inap, pasien stroke disarankan bergabung.
“Kalau ada anggota yang lama tidak aktif, kami berkunjung kerumahnya,” tutur Hariadi.
Seminggu sekali mereka bertemu dalam senam stroke yang dipandu terapis dari RSCM. Kadangkala pertemuan diisi dengan ceramah tentang gizi dan berbagai hal yang berkaitan dengan pencegahan serangan ulang dari tim medis.
“Hal yang terpenting adalah, para anggota klub dapat saling berbagi cerita dengan sesama penderita stroke,”tambahnya.
Aktivitas senam itu disesuaikan dengan kondisi fisik yang ada pada masing masing penderita. Dalam kegiatan senam stroke akhir Juni lalu di RSCM misalnya, beberapa peserta asik bersendagurau dan memilih beristirahat jika merasa lelah. Bahkan, ada peserta di kursi roda yang terus berusaha mengerakkan bagian tubuhnya mengikuti instruktur.
Seusai senam stroke, para anggota klub saling berbincang. Topik perbincangan beragam, dari sekedar saling menertawakan, berbagi kiat kiat terapi fisik, hingga berbagi informasi penanganan stroke terbaru.
Dengan membuka diri terhadap lingkungan sekitar, para oenyandang stroke merasa tidak lagi sendiri dan kembali menemukan gairah hidup.
Dewi, misalnya, tidak lagi diliputi kesedihan setelah berpisah dengan kekasihnya dan berhenti bekerja. Ia makin giat mengikuti segala aktivitas klub dan menjadi salah satu pengurus kelompok itu.
Berry bahkan mengaku telah bergabung dengan sejumblah klub berbasis rumah sakit, diantaranya Rumah Sakit Persahabatan dan RSCM. Tak jarang ia mengajak istri dan anaknya untuk terlibat dalam berbagai aktivitas klub. Kini, ia aktif memotivasi rekan rekannya untuk tidak jemu menjalani terapi fisik.
Demi itu pula Berry ditemani sejumblah pengurus, tak jarang mengemudikan mobilnya sendiri untuk mendatangi anggota yang tidak aktif. Dengan perseneling otomatis, ia bahkan berani keluar kota.
“Saya pernah menyetir selama lebih dari tujuh jam. Muter muter mendatangi anggota klub. Karena kecapean, saya akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Kalau kumpul sama anggota klub, kadang lupa kalau kena stroke,” ujarnya tertawa.
“Terkena stroke bukan akhir dari segalanya. Jangan menyerah,” tegas Berry.
Stroke terjadi karena penyumbatan pada saluran darah di otak sehingga sel sel mati akibat kekurangan zat gizi dan oksigen yang dibawa darah, “Ishemic stoke” merupakan jenis stroke yang sering terjadi. Stroke ini disebabkan oleh deposit berlemak (plak) pada pembuluh darah arteri otak. Stroke juga bisa disebabkan oleh bocornya pembuluh darah diotak, disebut “hemorrhanic stroke”.
Saat ini stroke menjadi salah satu ancaman kematian utama di dunia. Faktor faktor pemicu stroke antara lain merokok, keresterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kurang berolahraga. Stroke juga bisa terjadi karena faktor keturunan.
Sel otak
Agar otak berfungsi dengan baik, sel sel otak (neuron) bergantung pada lancarnya peredaran darah yang didistribusikan oksigen dan nutrisi. Otak disuplai olleh dua pasang arteri (pembuluh darah), yaitu dua arteri carotid yang terletak di bagian depan leher dan dua arteri veterbal yang terletak di belakang leher.
Terjadinya penyumbatan pembuluh darah
Kadar koresterol tinggi pada darah bisa menimbulkan plak yang menempel di dinding pembuluh darah. Prosese ini disebut atherosclerosis.
Tindakan preventif
1. Berhenti merokok
2. Pengaturan makanan yang sesuai dengan kaidah makanan sehat
3. Berolahraga secara teratur
4. Mengendalikan penyakit yang menjadi penyebab utama stroke seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Mandiri Rajut Masa Depan
KOMPAS – RABU, 13 JULI 2005 – HALAMAN 35
OLEH : WIDJAJAKSMI K
Agus (bukan nama sebenarnya)adalah pegawai administrasi perusahaan swasta berusia 45 tahun. Gara gara serangan stoke tiga bulan lalu, separuh tubuhnya lumpuh. Pembicaraan Agus jadi sulit dimengerti. Ia bukan hanya tidak dapat mengerjakan tugasnya dikantor, tetapi juga berbagai aktivitas sehari harinya seperti mandi, berpakaian, dan makan. Maka, selama dirawat dirumah sakit, Agus juga mendapatkan berbagai terapi untuk meningkatkan kemandiriannya.
Keluar darirumah sakit, Agus tetap menjalani berbagai terapi, termasuk menjadi anggota Klub stroke di rumah sakit tempat ia pernah dirawat. Agus juga dilatih membaca, menulis, bahkan mengetik dengan komputer.
Dengan itu, ayah tiga anak dan pencari nafkah keluarga ini meningkatkan kepercayaan dirinya. Beruntung kantor tempatnya bekerja, berdasat rekomendasi dokter yang merawatnya, bersedia menerima Agus kembali.
Agus merasakan, berbagai terapi atau latihan latihan dari bagian rehabilitasi medik itu amat bermafaat baginya.
Memang cara berjalan Agus masihjauh dari sempurna. Namun, dengan berbagai alat bantu yang telah dimodifikasi, ia sudah mandiri melaksanakan semua aktivitas hariannya. Bahkan kata kata Agus juga dapat dipahami lawan bicaranya.
Berbagai upaya rehabilitasi medik – dengan target yang tidak muluk –telah meningkatkan mutu kehidupan Agus. Ia kembali bersosialisasi dengan masyarakat baik dirumah, lingkungan tempat tinggal maupun pekerjaanya.
Upaya rehabilitasi terbukti berperan penting dalam pemulihan dengan mengoptimalkan kemampuan fungsional yang ada. Dengan demikian, insan pascastroke mampu beradaptasi dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Kemajuan pengetahuan
Saat ini penatalaksanaan teknologi di bidang ilmu kedokteran telah bisa mengatasi sebagian besar penyakit sehingga penderita dapat bertahan hidup meski dengan kecacatan sisa yang cukup berarti.
Stroke sendiri merupakan kumpulan gejala, akibat dari berbagai penyakit atau kelainan dalam fungsi tubuh yang disebut faktor resiko. Diantaranya hipertensi, diabetes melitus, dan kelainan sistem peredaran darah. (Rheologi).
Serangan stroke dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Korban serangan stroke juga bervariasi. Pada berbagai lapisan masyarakat.
Berdasarkan proses perjalanan penyakitnya, penanganan rehabilitasi tidak terbatas pada insan pascastroke seperti Agus, tetapi juga pada mereka yang punya faktor resiko.
Maka, secara garis besar, program rehabilitasi terbagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pencegahan primer pada para pengidap faktor resiko. Caranya dengan memberikan berbagai latihan khusus maupun edukasi bagi penderita diabetes yang tergabung pada klub diabates, kelompok usia lanjut, ataupun klub jantung sehat.
Tahap kedua adalah rehabilitasi stroke sedini mungkin pada saat pasien masih dirawat dirumah sakit. Latihan diberikan baik bagi penderita maupun keluarga mengenai berbagai program rehabilitasi sesuai dengan fase stroke.
Keluarga atau pelaku rawat dilibatkan secara langsung sehingga selain bertambah pengetahuan juga bertambah ketrampilannya.
Tahap ketiga adalah pasca stroke. Pada tahap ini program rehabilitasi berlanjut pada tahap rawat jalan. Keluarga atau pelaku rawat didampingi para profesional dalam menghadapi berbagai masalah pascastroke seperti masalah fisik, mental, emosional, lingkungan, pekerjaan, dan lain lain.
Dukungan tim rehabilitasi medis berlanjut dalam persiapan sosialisasi insan pascastroke melalui klub stroke. Edukasi secara berkesinambungan diberikan berbagai hal seperti pentingnya ketaatan dalam minum obat pengontrol faktor resiko, pencegahan berbagai komplikasi akibat kurang bergerak (berolahraga teratur), dan sebagainya.
Dengan bertemu reguler, anggota klub stroke akan saling membantu mencarikan solusi tantangan yang dihadapi. Para insan pascastroke menyadari bahwa mereka tidak sendiri.
Klub stroke merupakan tempat bagi insan pascastroke dan keluarganya untuk bersosialisasi, mendapatkan berbagaisaran realistik dengan menyadari berbagai keterbatasan untuk terus melangkah.
Bentuk pelayanan rehabilitasi stroke di indonesia meliputi pelayanan institusional seperti dirumah sakit atau klinik maupun pelayanan rehabilitasi berbasis masyarakat.
Pada pelayanan rehabilitasi stoke institusional berjenjangterdapat beberapa strata pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi setempat bergantung pada sarana, fasilitas, serta tenaga profesional yang tersedia.
Misal pelayanan rehabilitasi stroke sederhana pada institusi rumah sakit tipe C. Pelayan rehabilitasi sudah meliputi semua stadium rehabilitasi dengan sistem rujukan berjenjang.
Sumber daya manusia profesional berdasarkan Konsensus Nasional Rehabilitasi Stroke tahun 2004 oleh Perdosri (Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia) terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medik dengan mitra/timnya. Yaitu perawat terlatih, fisioterapi, okupasi terapi, dan terapi wicara. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ortosa ( alat bantu gerak), cukup dengan layanan ortosa-protesta.
Pada jenjang pelayanan rehabilitasi stroke paripurna, yaitu pada rumah sakit tipe A seperti RSCM. Diperlukan teknisi ortotik-protestik dengan labolatorium/workshop lengkap.
Selain itu, SDM profesional meliputi, psikolog klinis, pekerja sosial medis, maupun rohaniawan. Terapis selain ketiga jenis diatas dengan kekhususan dibidang neuromuster juga dilengkapi terapi vokasional.
Rehabilitasi
Pelayanan rehabilitasi pada institusi dilaksanakan terintegrasi dalam bentuk kerjasama tim. Selain pelayanan rehabilitasi secara induvidual dilaksanakan pula program rehabilitasi khusus dan berkelompok.
Tugas dokter spesialis rehabilitasi medik adalah merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program rehabilitasi dengan tujuan peningkatan kemampuan fungsional meliputi upaya promosif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam pelaksaannya harus berkoordinasi dengan seluruh anggota tim.
Psikolog klinis dalam tim rehabilitasi selain memeriksa dan mengevaluasi psikologis juga memberikan bimbingan dukungan dan terapi psikis bagi pasien dan keluarga.
Peranan psikolog pening dalam mencapai tujuan rehabilitasi. Fisioterapis melakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan atas kapasitan fisik dengan kemampuan fungsi dengan mengsinergikan ilmu pengetahuan alam, biologi dengan penerapan teknologi biofisika dan biomedika.
Okupasi terapis memberikan terapi yang bertujuan mempertahankan dan meningkatkan kemandiriaan, terutama kemampuan fungsi aktivitas kehidupan sehari hari. Hal itu dilakukan dengan antara lain melatih fungsi koordinasi, integrasi sensorik-motorik, keseimbangan berbagai pelatihan aktivitas kehidupan sehari hari dengan peralatan adaptif yangmengunakan berbagai stimulus khusus bagi penyandang cacat.
Terapis wicara bertugas mempertahankan, menstimulasi, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui pelatihan sensorik motorik. Termasuk latihan pada gangguan menelan yang sering terjadi pada penderitan stroke.
Petugas sosial medik mengevaluasi, menganalisa dan memberikan alternatif penyelesaian masalah sosial ekonomi pasien, termasuk pendanaan, kesempatan kerja, pendidikan, maupun penyesuaian lingkungan dirumah maupun ditempat kerja.
Para teknisi ortosa-protesa yang bekerja di labolatorium khusus/workshop melayani pembuatan alat bantu gerak/bidai baik bagi anggota gerak atas dan bawah maupun tulang belakang, alat bantu jalan, sepatu khusus, maupun pembuatan anggota gerak buatan (protesa).
Rohaniwan bertugas memberikanbimbingan rohani sesuai agama pasien guna mendukung keberhasilan program rehabilitasi.
Akhirnya “bintang” dari tim rehabilitasi medik stroke adalah insan pascastroke dan keluarganya. Mereka beserta keluarga terlibat dalam memutuskan program rehabilitasinya.
Menurut WHO, jumblah penyandang cacat adalah 10 persen dari jumblah penduduk, termasuk di dalamnya insan pascastroke dengan berbagai tingkat kecacatan baik ringan, sedang, maupun berat.
Bagaimana dengan kemungkinan para penyandang cacat memperoleh pelayanan rehabilitasi institusi ? Ternyata, pelayanan rehabilitsi institusi (rumah sakit dan klinik) hanya menjangkau sebagian kecil penyandang cacat yang membutuhkan, diperkirakan hanya 2-3 persen penyandang cacat memperoleh kesempatan tersebut.
Terjadinya kesenjangan yang besar antara pelayanan rehabilitasi yang tersedia dan kebutuhan masyarakat penyandang cacat, termasuk insan pascastroke, terhadap pelayangn rehabilitasi. Berbagai faktor lain juga turut berpengaruh, misalnya Indonesia sebagai negara kepulauandimana transportasi bagi penyandang cacat juga merupakan masalah. Harus pula dilihat laju pertumbuhan penduduk, ketersediaan SDM profesional, maupun fasilitas pelayanan rehabilitasi berbentuk institusi. Agar rehabilitasi stroke lebih berhasil perlu melibatkan masyarakat. Peran serta masyarakat ditingkatkan dalam bentuk rehabilitasi bersumber daya masyarakat/community based rehabilitation. Disini anggota masyarakat berperan sebagai kader kesehatan dilingkunganya dibidang penangulangan stroke.
Kader dapat dimulai dari keluarga atau pelaku rawat ataupun anggota masyarakat lain. Selain memahami serba serbi yang berhubungan dengan stroke, para kader juga terampil dalam program terapi rehabilitasi stroke sederhana dan pencarian solusi pada masalah yang mungkin dihadapi.
Pada kader kemudian bisa menjadi pelatih (trainer) bagi keluarga lain yang membutuhkan. Tentunya kader masyarakat harus menyadari keterbatasan dan memahami kapan harus konsultasi atau bertanya kepada dokter spesilis rehabilitasi medik dan anggota timnya.
Basis masyarakat
Penangulangan rehabilitasi berbasis masyarakat merupakan gambaran suatu keadaan yang menyatakan bahwa sumber rehabilitasi berada di masyarakat. Dalam hal ini pada seorang dokter spesialis rehabilitasi medik dituntut kemampuannya membina masyarakat disekitar lingkungannya. Ini agar terjadi pemindahan ketrampilan tepat guna untuk rehabilitasi insan pascastroke, keluarga, maupun masyarakat. Diperlukan kepedulian masyarakat terhadap insan pascastroke maupun terhadap pengetahuan tentang stroke itu sendiri. Bila ada kepedulian masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan, pembuatan keputusan, dan evaluasi program. Dalam hal ini baik rehabilitasi dalam bentuk institusi maupun berbasis masyarakat.
Dengan mengikutsertakan peran masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mengenal berbagai dampak kecacatan dan menerima keterbatasan fungsi akibat stroke. Masyarakat bisa ikut berupaya membantu insan pascastroke meningkatkan kemampuan fungsinya dan kembali bersosialisasi.
Masyarakat juga bisa berperan dalam berbagai upaya promosi dan preventif (pencegahan) baik primer, sekunder maupun tersier. Hal ini tentunya membutuhkan perubahan sikap dan prilaku masyarakat.
Soalnya para penyandang cacat, termasuk insan pascastroke, umumnya tersisih dari kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam masyarakat. Dampaknya mereka jarang terpilih menduduki jabatan kepemimpinan di masyarakat. Karena tidak terwakili, mereka juga tidak dapat memengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan aksesbilitas.
Rehabilitasi berbasis masyarakat mengikutsertakan dan meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam pencegahan kecacatan melalui upaya rehabilitasi dalam keluarga dan masyarakat.
DR WIDJAJALAKSMI K
SPRM MSC
Konsulen Departemen Rehabilitasi Medik pada
RS DR Cipto Mangunkusumo, Jakarta;
Staf Pengajar FKUI, Jakarta
Tingkatkan Kepedulian pada Stroke
Kompas – jumat, 24 huni 2005 hal 10
Jakarta, kompas --- tingginnya berbagai kasus stroke diberbagai daerah di Tanah Air belum diimbangi dengan kepedulian masyarakat terhadap penanganan masalah kesehatan ini. Padahal, stroke merupakan penyebab nomor satu kecacatan pada pasien. Karena itu, upaya pencegahan perlu ditingkatkan melalui pamahaman penyakit dan perbaikan pola maka.
Menurut Ketua Klub Stroke Rumah Sakiit Cipto Mangunkusumo Hariasi, kamis (23/6), pencegahan stroke bisa dilakukan sejak awal.
Orang orang yang beresiko tinggi terkena stroke adalah penderita hipertendi, diabetes, kelebihan koresterol maupun penyempitan pembuluh darah. “Dengan mengubah pola makan dan menghindari stress, resiko itu bisa diminimalisir,” kata Hariadi.
Selain itu, penatalaksanaan stroke sejauh ini terbentur pada kendala belum adanya kesadaran masyarakat untuk memperlakukan stroke sebagai keadaan yang harus ditangani segera, sama seperti serangan jantung. Dengan demikian, perlu sosialisasi kemasyarakat bahwa stroke adalah suatu serangan otak yang harus ditangani dengan segera.
“Dukungan keluarga sangat penting bagi pasien. Karena penderita stroke biasanya jadi sangat sensitif dan menutup diri terhadap lingkungan sekitar,” tutur Hariadi.
Banyak penderita stroke yang putus asa dan kehilangan masa depannya lantaran sebagian fungsi tubuhnya terganggu.
Terus meningkat
Kasus stroke dalam sepuluh tahun terakhir terus meningkat. Berdasarkan data Klub Stroke RSCM, tahun 1995 jumblah anggota klub baru 30-an orang. Namun, tahun 2005 jumblah anggota klub yang aktif maupun yang non aktif mencapai 504 orang.
DR dr Wijayalaksmi Kusumaningsih SpRM dari Instalasi Rehabilitasi Medik RSCM menyatakan, beberapa tahun terakhir ada kecenderungan rentang usia orang yang terkena stroke semakin luas. Jika semula penderita stroke rata rata berusia di atas 40 tahun, kini tidak sedikit usia remaja yang terkena.
Dewi (29) misalnya, kena serangan stroke saat berusia 21 tahun. Ia sempat lumpuh pada separuh tubuhnya, terutama bagian tangan dan kaki. Setelah menjalani fisioterapi dan bergabung dengan Klub Stroke, kondisi badanya berangsur pulih kendati tidak sempurna. Namun, akibat stroke ia tidak dapat lagi bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran.
Wijayalaksmi menjelaskan, upaya pencegahan terhadap penyakit stroke hingga kini masih minim. Para pasien biasanya baru datang kerumah sakit saat mendapat serangan dengan gejala antara lain lumpuh kakau pada bagian tangan dan kaki disertai sakit kepala.
“Jika sudah terserang, pasien terlu mendapatkan pelayanan medis terpadu agar terhindar dari kematian,” ungkapnya.
Salah satu cara yang sudah terbukti menurunkan angka kematian akibat stroke akut adalah dengan merawat penderita di unir stroke yang lintas disiplin. Kerjasama dalam tim dapat membantu upaya tindakan preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan melibatkan keluarga pasien.
“Selanjutnya, rehabilitasi penderita stroke pascaperawatan diselengarakan Unit Rehabilitasai Medik. Upaya yang dilakukan disini lebih banyak berupa upaya “adaptif” terhadap keterbatasan pasien.
“Rehabilitasi medik dilaksanakan sejak pasien masuk rumah sakit. Selain membantu proses pemulihan, hal ini juga bertujuan mengoptimalkan potensi yang masih ada, “ kata Wijayalaksmi.
Pencegahan serangan ulang juga harus dilaksanakan sejak penderita masih dalam perawatan di unit stroke, dengan melibatkan keluarga penderita sedini mungkin.
“Pascarawat inap dirumah sakit, setiap penderita membutuhkan terapi secara berkelompok agar tetap bisa bersosialisasi. Mereka juga butuh terapi induvidual karena kondisi fisik setiap penderita stroke berbeda, misalnya ada yang sama sekali tidak berjalan atau tidak bisa bicara, “ ujarnya.
Hari stroke
Kamis kemarin sekitar pukul 09.00, mereka yang tergabung dalam Klub Stroke RSCM mengunjungi para penderita stroke di Ruang Instalasi Rawat Inap (Irna) B RSCM. Mereka membagikan pamflet dan bingkisan kepada 13 pasien stroke dan juga pasien lain di bangsal itu terkait peringatan Hari Stroke Sedunia.
Kendati sulit mengerakan sebelah kaki dan tangan, angota klub tampak bersemangat. Selain memberikan bingkisan mereka juga sempat bercakap cakap dengan puluhan pasien diruang rawat inip kelas tiga itu.
Sejumblah pasien stroke yang dikunjungi tampak terharu. Bahkan ada pasien yang berlinangan airmata dan takhenti hentinya mengucapkan terima kasih.
“Saya jadi merasa tidak sendiri. Ternyata ada yang lebih parah, dari apa yang saya alami,” ungkap Hirosi (60), warga Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
“Menderita stroke bukan akhir dari segalanya. Kita harus terus melawan penyakit itu, jangan menyerah,” tutur Berry Tanukusumo (65), anggota klub yang telah sembilan kali terkena serangan stroke, kepada salah seorang pasien.
Menurut dia, proses pemulihan fisik pasien yang terkena serangan stroke sangat tergantung pada konsidi emosional dan latihan fisik yang teratur.
Para pasien pascastroke mangatakan, berkaitan dengan peringatan Hari Stroke Sedunia, mereka berharap kepedulian terhadap penangulangan penyakit stroke makin ditingkatkan melalui berbagai media kampanye yang dilakukan pemerintah mapun berbagai kalangan masyarakat.
“Kami berharap kedepan penangulangan masalah penyakit stroke lebih difokuskan pada tindakan pencegahan,” kata Berry. (EVY)
KESEHATAN.
Stroke Pun (Bisa) Menyerang Anak-anal.
(Kompas, 13 Juni 2007).
Sjafirah Aulia (9), putri pertama Ny Diah, dua bulan lalu mendapatkan serangan sroke dan sempat koma selama enam hari. Ia sempat lumpuh dan duduk di kursi roda. Namun, kini Sjafirah mulai bisa meninggalkan kusi rodanya.
Jangan pernah meremehkan stroke, apalagi mengira stroke adalah penyakit degeratif yang hanya menyerang mereka orang beruasia lanjut. Kini strokw juga menyerang orang-orang muda di usia 40-30 tahun. Bahkan, anak-anak berusia 4-9 tahun pun bisa terserang stroke. “Saya punya pasien anak yang umurnya baru sembilan tahun. Ia mengalami penyakit jantung bawaan. Ada sumbatan embolan di jantung, yang kemudian menyumbat pembuluh darah,” kata Alfred Sutrisno, dokter ahli bedah saraf di rumah sakit Medistra Jakarta, akhir pekan lalu. Pasien anaka tersebut bernama Sjafirah Aulia, siswa kelas III Sd Al Azhar Kemang Pratama, Bekasi. Sejak bayi, Sjafirah mengalamai kelainan jantung dan tidak boleh cape,. Dua bulan lalu, Sjafirah koma selama enam hari. Menurut ibunya, Ny Diah, daah Sjafirah mengental karena HB nya tinggi, mencapai 22-23 (padahal Hb normal 12-14 untuk perempuan) dan kemudian terjadi sumbatan di otak kiri. Akibatnya, tubuh sebelah kanan gadis cilik ini lumpuh serta bibirnya sempat mencong. “Tapi sekarang dia sudah bisa jalan, meski kalau jalan agak jauh terkadang harus dibantu kursi roda. Juga sudah bisa bicara meski tersendat,” tutur Ny Diah.
Penyebab Stroke.
Menurut Alfred Sutrisno, stroke adalah gangguan saraf yang menetap. Penyebabnya adalah karena kerusakan pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Serangan itu berlangsung selama 15-20 menit. Orang menyebutnya sebagai serangan otak, identik dengan serangan jantung. Stroke ini bisa disebabkan aneurysma (pembuluh darah seperti balon yang pecah) atau hipertensi. Tercatat 80% pasien stroke itu perdarahan disebabkan hipertensi dan 20% karena adanya kelainan pembuluh darah di otak sejak dini/lahir (AVM) dan pecah saat bertambah usia. Sekarang ada kecenderungan serangan stroke menimpa mereka yang berusia muda. Kalau dulu stroke terjadi pada usia tua, sekarang justru pada anak muda umur 30-40 tahun. Pola makan dan gaya hidup menjadi penyebab utamanya. Lihat saja anak-anak SD dan SMP perkotaan masa kini yang lebih suka makan junk food yang penuh kolesterol dan triglisterid. “Kalau kita lihat tren anak muda sekarang ini, dari 10 anak ada enam anak yang badannya gemuk. Ini berarti anak itu mengomsumsi makanan berlemak tinggi. Lemak tinggi ini bisa kolesterol atau triglisterid yang tinggi,” kata Alfred. Bentuk makanan bisa bermacam-macam, misalnya daging ayam, babi sapi, yang bisa menyebabkan kerusakkan pembuluh darah arterosklerosis. Daging memang dibutuhkan tubuh. Akan tetapi, sebelum dimakan sebaiknya lemaknya dipinggirkan dari daging, atau sebelum dimasak daging tersebut direbus dul supaya lemaknya hancur. Itu adalah upaya mencegah agar tidak terjadi stroke. Selain menjaga pola makan, juga olah raga teratur dan tidak minum kopi karena kopi bisa menyebabkan hipertensi atau meningkatkan kadar kolesterol. (LOK).
HUMANIORA
Stroke Hilangkan Waktu Produktif
Jakarta, Kompas --- Penyakit stroke yang terus menyerang ratusan pendududuk di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan dampak sosial ekonomi yang sangat besar. Para penderita stroke tidak hanya memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan maupun rehabilitasi, namun juga terancam waktu produktifitasnya.
Menurut ketua harian Yayasan Stroke Indonesia Prof Dr Haryono Suyono, sejau ini stroke masih merupakan penyebab kematian pertama di rumah sakit di Indonesia dan sebagai penyebab kecacatan terbanyak pada kelompok usia dewasa. Angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit, 63,52 per 1000.000 penduduk pada kelompok usia diatas 65 tahun. Secara kasar, tiap hari, dua orang penduduk Indonesia terkena stroke.
Stroke adalah ganguan fungsi otak karna terganggunya suplai darah ke otak. Jika aliran darah terhambat lebih dari beberapa detik, sel sel otak yang tak teraliri akan rusak secara permanen, bahkan menyebabkan kematian.
Haryono Suyono ditengah tengah seminar “Stroke Dapat Dicegah”, di Jakarta, Sabtu (25/6), juga memperkirakan bahwa hampir setengah juta penduduk beresiko tinggi terkena serangan stroke, sedang jumblah yang meninggal mencapai 125.000 jiwa.
Di Bogor misalnya, setiap hari diperkirakan ada tiga orang yang meninggal karena stroke. Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Cabang Bogor, Dr Yoeswar Darisan, yang spesialis saraf mengemukakan, hasil pengamatan pada beberapa rumah sakit di Bogor menunjukan, rata-rata lima orang perhari datang sebagai penderita baru dan 30 persen diantaranya meninggal.
Berbagai kawasan pekan kemarin memang banyak membahas stroke, karenan tanggal 24 Juni ditetapkan sebagai Hari Stroke Internasional.
Untuk itu, Dr dr Airiza Ahmad SpSK, konsultan saraf dari Rumah Sakit Cipto mangunkusumo (RSCM) menyatakan sistem pelayanan kesehatan kepada orang-orang yang beresiko tinggi terkena stroke maupun para penderita stroke perlu ditingkatkan. Amerika Serikat misalnya, telah menerapkan jaminan kesehatan total. Beberapa negara termasuk Indonesia belum memberlakukanya karena keterbatasan anggaran.
“Karena itu upaya promotif dan preventif pelu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya serangan stroke. Jika sudah terserang stroke, penderita akan kehilangan waktu produktif dan keluarga pasien akan menanggung beban sosial ekonomi tinggi,”ungkapnya.
Dr Ronnie Rivancy MSc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI menuturkan, stroke sebetulnya merupakan penyakit yang resikonya bisa direduksi dengan gaya hidup sehat seperti olahraga, gizi seimbang, bebas rokok dan alkohol, pengaturan waktu serta sikap positif.
Waktu produktif
Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan kesehatan FKM UI Ascrobat Gani, dalam makalahnya menuturkan, stroke merupakan penyakit yang menimbulkan dampak sosial ekonomi sangat besar dan luas. Selain memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan dan rehabilitasi, penyakit itu juga menimbulkan kerugian berupa kehilanganya waktu produktif.
“Karena stroke cenderung menyerang orang dewasa di usia produktif selaku pencari nafkah keluarga, dampaknya pada pendidikan kesahatan dan keluarga sangat besar,” ujarnya.
Kerugian sosial yang terjadi karna kasus stroke, lanjut Ascobat, adalah kehilangan masa hidup penduduk. Menurut perhitungan Bank Dunia dan Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1994, ada 1.094.000 tahun hidup yang hilang karna stroke yang dialami warga Indonesia. Kalau tahun tidak produktif juga diperhitungkan, maka jumblahnya mencapai 1.364.000 tahun. Kerugian waktu produktif akibat stroke ini lebih banyak dikalangan pria daripada perempuan.
Sesuai dengan data klinik tentang distribusi umur penderita stroke yang dirawat di 20 rumah sakit di Indonesia, menurut hasil perhitungan ekstrapolasi, tampak bahwa kerugian karna stroke sangat meningkat pada usia 45 tahun keatas.
Kerugian stroke pada kelompok umur 45-49 tahun adalah 3,4 kali lebih besar dibanding 30-44 tahun. Pada kelompok umur 60-69 tahun 8,6 kali lebih besar dan pada kelompok usia diatas 70 tahun 15,5 kali kerugian kelompok usia 30-44 tahun.
Dampak ekonomi langsung terjadi pada kasus stroke adalah biaya pengobatan. Belanja atau pengeluaran kesehatan bisa berasal dari individu atau rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Selama ini belanja kesehatan di Indonesia hanya 2,6 persen produk nasional bruto atau 20 dollar per kapita setiap tahun. Ini jauh dibawah sejumblah negara Asia.
(PUN/EVY)
Media Indonesia – rabu 6 juli 2005/No.8975/Tahun XXXV1 hal 18
Belakangan ini marak diberitakan sejumblah orang yang masih muda dan aktif tiba tiba harus terbaring dirumah sakit karena serangan stroke. Sebut saja presenter Muthia Kasim dan Victor Menayang, ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang kini masih terbaring di rumah sakit.
Bahkan temuan di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (RS-PJKNHK) ada remaja berusia 17 tahun meninggal karena stroke. Ada pula pasien 13 tahun terserang stroke. Mengapa penyakit pembuluh darah telah menjangkiti orang muda ?
Dr Harnanto andriantoro SpJP-FIHA dari RS-PJNHK mengatakan banyak faktor yang menyebabkan orang muda terkena stroke.
“Bisa karena genetis. Apabila ada anak yang orangtuanya meniggal karena penyakit kardiovaskular perlu diwaspadai. Pada bapak yang meningal dibawah usia 55 tahun atau ibu dibawah usia 60 tahun karena kardiovaskular, maka kemungkinan anak terkena stroke lebih dini sangat besar,” kata Hananto dalam semiloka bertema Hipertensi dan Hiperkolesterolemia sebagai pemicu stroke, pakean lalu di jakarta.
Menurut Hananto, anak laki-laki lebih beresiko terkena stroke dibanding anak perempuan. “Bila didalam keluarga ada yang demikian, sebaiknya anak anda jangan merokok atau jangan berdekatan dengan orang merokok. Jalankan pola hidup sehat untuk mencegah tejadinya penyakit kardiovaskular,” kata Hananto.
Ia memberi contoh kasus di RS-PJHNK terdapat pasien usia 17 tahun hanya dalam waktu 7 jam meninggal dunia, akibat serangan stroke. Seluruh pembuluh darahnya robek hingga keperut usai menonton pertandingan sepak bola di televisi. “sebetulnya bila didalam keluarga ada riyawat penyakit kardiovaskular, sebaiknya anak anak kandungannya harus melakukan upaya preventif untuk tidak merokok, menjaga koresterol didalam tubuh, mengontrol gula darah dan sebagainya.”
Plak, lanjutnya, sesungguhnya telah muncul di usia bayi. Pertumbuhan plak akan terlihat pada usia 13 tahun disaat anak mengalami pubertas. Adanya plak ini karna didalam tubuh seseorang terjadi penimbunan koresterol jahat yang berlebihan sehingga menganggu peredaran darah diseluruh tubuh.
Pada anak, katanya, koresterol yang tidak bisa dikendalikan akan memunculkan anak anak obesitas (kelebihan berat badan) dengan timbunan lemak di perut. “Jadi bibitnya sudah ada. Plak didalam pembuluh darah jantung sudah ada sejak anak anak. Orangtua harus mengarahkan anak anak mereka untuk menjaga pola makan yang benar. Jangan hanya karbohidrat saja dan tidak ada seratnya sama sekali.”
Sedangkan pada anak tidak gemuk, tapi berpotensi stroke lebih disebabkan anak tersebut telah merokok sejak usia dini. “Rokok mengandung karbon yang merangsang proses peradangan pembuluh darah. Jadi sekalipun seseorang yang berat badanya ideal atau kurus, namun merokok, maka potensi terjadi serangan jantung dan stroke tetap tinggi.
Hananto mengatakan banyak anak muda terkena serangan jantung dan stroke, lebih disebabkan gaya hidup, seperi merokok dan makan makanan tinggi karbohidrat dan lemak, tetapi sedikit serat.
Mengukur sendiri
Hal senada dikatakan dr Antonia A Lukito SpJP dari RS Siloam Gleneagles Lippo Karawaci. Menurut dia, faktor gemuk bukan indikator seseorang berpotensi terserang stroke.
“Banyak faktor yang menyebabkan orang berbakat menjadi stroke. Seperti liburan sekolah sekarang ini, anak dibiarkan menonton televisi berjam jam. Anak anak sejak dini telah terbiasa malas bergerak. Hanya duduk didepan televisi sambil makan atau bermain playstation.”
Ia memberi contoh salah seorrang pasiennya usia 13 tahun terserang stroke. Awalnya, anak tersebut tidak mampu memegang gelas, sehingga jatuh dan pecah. Ternyata, katanya, anak tersebut setiap hari sepulang sekolah menghabiskan waktu bermain playstation.
“Selain tidak pernah bergerak, anak itu juga hobi makan makanan karbohidrat tinggi. Suatu hari tanpa disadari terjadi serangan stroke yang menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit.”
Kedua dokter itu menganjurkan untuk siapa saja yang belum pernah mengalami sakit jantung atau stroke sebaiknya melakukan pencegahan dini. Untuk mencegah hal hal diatas, sangant dianjurkan bagi kita semua mulai mengukur faktor resiko, seperti : usia, kebiasaan merokok, hipertensi, kadar gula darah, dan mengukur koresterol baik LDL (jahat) ataupun HDL (baik).
Berdasarkan studi Framingham Heart Study (hingga sekarang dijadikan anutan), sebetulnya seseorang bisa mengukur sendiri berapa persen keungkinan ia terkena komplikasi kardiovaskular. Sebagai contoh, pasien pria berusia 45 tahun memiliki kadar koresterol LDL 100-159 mg/dL atau tekanan darah sistolik 140-159 mmHg.
Kadar koresterol dan tekanan darah pria itu memang tidak terlalu tinggi dan tidak begitu mengkhawatirkan. Namun, kondisi itu menjadi berbahaya bila si pria tadi menderita diabetes. Karena itu pasien tersebut memiliki faktor resiko berganda (multiple risk faktor). “Pada kondisi itu pasien maupun dokter harus hati hati, dengan berusaha memodifikasi kondisi tersebut (prevensi primer), supaya resiko pasien tersebut terkena serangan jantung dan stroke lebih kecil.”
Caranya, kadar LDL si pasien harus dibawah 100mg/dL dan tekanan darah sistonik dibawah atau sama dengan 130 mmHg.
Antonia mengatakan ada beberapa pengobatan yang bisa mencegah terjadinya terjadinya serangan jantung dan stroke. Misalnya pemberian obat antilipid statin dengan dosis 10 mg, ternyata bisa menurunkan mortalitas serta serangan jantung atau stroke yang sangat bermakna.
(Nda/H-1)
CEGAH STROKE DENGAN HIDUP YANG TERATUR DAN SEIMBANG
Siapapun tentu tidak ingin terserang stroke. Dalam penelitian dikatakan bahwa stroke termasuk dari tiga penyakit utama yag menyebabkan kematian. Stroke bisa disembuhkan, tapi harus diwaspadai. Penyakit yang banyak diderita manusia berusia lanjut tersebut disebabkan ganguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami penyumbatan. Namun tidak hanya manusia berusia lanjut yang mesti waspada, karena serangan stroke bisa juga menimpa kaum muda, 15-40 tahun, pada wanita maupun pria.
STROKE
Stroke atau disebut juga seranga fungsi otak, terjadi ketika aliran darah menuju otak terganggu atau terhenti. Ketika stroke menyerang, sel sel otak menjadi mati karena aliran oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan otak untuk berfungsi terhenti.
DUA JENIS STROKE:
1.Ischemic stroke: Disebabkan membekunya darah sehingga menyumbat pembuluh darah otak.
2.Hemorrhagic stroke: Terjadi ketika pembuluh darah otak pecah sehingga darah mengenangi jaringan di sekitarnya.
Sekitar 80% dari stroke merupakan jenis Ischemic stroke dan sisanya adalah Hemorrhagic stroke.
RESIKO TERSERANG STROKE
1.Faktor yang tidak dapat dicegah
- umur
- jenis kelamin
Semakin bertambah usia, kian besar kemungkinan terkena stroke bila dibandingkan ketika berusia lebih muda. Juga dikatakan pria relatif lebih banyak mengalami serangan stroke dibanding wanita.
2.Faktor yang dapat dicegah
- Hipertensi - Diabetes melitus
- Perokok - Hiperlipidemia
- Peminum alkohol - Penderita penyakit jantung
- Obesitas
CIRI CIRI SERANGAN STROKE
Karena stroke menyerang otak, orang yang terkena stroke biasanya tidak segera menyadarinya. Orang lain barangkali mengira orang yang terkena stroke sedang dalam keadaan binggung. Ciri ciri serangan stroke bisa diketahui karena iri ciri tersebut bisa dilihat atau dirasakan dengan cepat. Berikut ciri ciri serangan stroke :
1. Tiba-tiba lemah (lumpuh) satu sisi tubuh (sisi kanan atau kiri)
2. Rasa baal dan kesemutan satu sisi tubuh
3. Pandangan gelap
4. Bila melihat ada bayangan (melihat dobel)
5. Tiba-tiba tidak dapat/ lancar bicara
6. Pelo
7. Mulut jadi mengot (miring ke kiri atau kekanan)
8. Tiba-tiba perasaan mau jatuh saat berjalan
9. Kadang kadang disertai pusing, terasa berputar
10. Mual-mual dan muntah muntah
11. Sakit kepala
12. Kesadaran tiba-tiba menurun
Gejala-gejala tersebut dapat ditemukan salah satu saja atau bisa muncul beberapa gejala sekaligus; tergantung berat dan letak lesi pada otak orang tersebut. Gejala-gejala yang disebutkan diatas bisa muncul tiba tiba saat sedang santai, ketika melakukan aktivitas atau ketika bangun tidur.
EFEK STROKE
Efek dari stroke bervariasi, dari ringan hingga berat, tergantung tipe atau jenis stroke dan area otak yang terkena. Orang yang terkena stroke mungkin akan menderita:
1. Kelumpuhan
2. Mati rasa
3. Kesulitan berbicara dan berpikir
4. Gangguan emosi.
BEBERAPA TIPS PERTOLONGAN PERTAMA SERANGAN STROKE
1. Bila penderita pingsan, atau mengorok, segera bawa kerumah sakit terdekat. Saat dibawa kerumah sakit, perhatikan jalan nafas penderita agar tetap lancar. Misalnya bila mulut atau hidung penderita mengeluarkan busa, segera dibersihkan. Kadang kadang penderita muntah. Segera sisa muntahannya dibersihkan dari mulut atau hidungnya, sambil posisi berbaring tubuhnya dibuat miring. Hal ini penting untuk menghindari agar sisa muntahannya tidak masuk ke jalan nafas yang dapat mengakibatkan komplikasi infeksi saluran nafas bahkan menyumbat jalan napas sehingga menimbulkan kematian.
2. Hindari pemberian makanan dan minuman pada penderita yang sedang pingsan, atau kesadarannya tampak menurun dibanding dengan orang normal. Hal ini untuk mencegah agar air atau makanan yang diberikan tidak menganggu jalan pernapasan penderita tersebut.
3. Bila penderita mengalami salah satu dari beberapa gejala seperti disebutkan diatas, namun penderita tetap sadar, penderita sebaiknya tetap dibawa kerumah sakit. Agak berbeda dengan penderita yang tidak sadar dapat penderita yang masih sadar dapat dibawa dalam kondisi duduk atau berbaring, tergantung kenyaman penderita.
4. sebaiknya tidak panik bila menurunkan seseorang terserang stroke. Bila serangan stroke cepat ditanggani, mudah mudahan hasilnya lebih baik daripada kita panik dan akhirnya tidak melakukan apa-apa.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Penderita stroke mempunyai kemungkinan sembuh lebih besar, jika ada orang lain yang mengetahui ciri ciri tersebut diatas dengan cepat serta langsung melarikan si penderita ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Semakin lama aliran darah terhenti mengalir keotak, semakin besar potensi penderita untuk mengalami kerusakan permanen. Walaupun stroke merupakan penyakit otak, serangan stroke bisa berakibat di bagian tubuh lainnya.
Penderita stroke memerlukan terapi fisik untuk memulihkan kekuatan dan mobilitasnya. Mereka juga perlu memperoleh terapi untuk melatih agar mereka mampu melakukan kegiatan sehari hari tanpa bantuan orang lain semisal makan, berpakaian, pergi kekamar mandi, dan sebagainya. Bagi mereka yang mengalami kesulitan membaca, berbicara, dan menyusun kata kata, speech teraphy diperlukan.
Selain itu, ikuti nasihat para pakar kesehatan agar hidup teratur dan seimbang. Teratur baik waktu kerja, istirahat, berolahraga , rekreasi, dan kegiatan lain sesuai waktunya. Seimbang maksudnya baik waktu bekerja maupun istirahat, mendapatkan proporsi masing masing.
Diolah dari berbagai sumber Ari/Ghp/Litbang MI.
Kesehatan
Berbagai Cerita Untuk Menguatkan
KOMPAS – RABU, 13 JULI 2005 HALAMAN 33
Hirosi (60) terbaring lemah diranjang sebuah bangsal kelas tiga Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sudah beberapa hari ia dirawat di rumah sakit akibat terkena stroke. Sebagian anggota tubuhnya masih sulit digerakkan.
Oleh : EVY RACHMAWATI
Kendati dalam kondisi sakit, raut wajah lelaki itu berseri seri ketika dikunjungi oleh beberapa anggota Klub Stroke RSCM. Tanpa ragu ia menceritakan kondisi fisiknya sejak terkena serangan kepada anggota klub yang pagi itu membagi bingkisan dan pamflet. Maklum, ini rangkaian kegiatan peringatan Hari Stroke Sedunia, setiap 24 Juni.
“Saya merasa tidak sendiri lagi. Ternyata ada yang lebih parah, saya juga bersemangat untuk sembuh,” ungkap Hirosi.
Beberapa pasien lain bahkan meneteskan airmata haru karena diperhatikan sesama yang pernah terkena stroke.
Penyakit stroke memang membuat kondisi psikologis sebagian penderitanya menjadi terguncang. Maklumlah, serangan stroke bisa mengakibatkan kelumpuhan dan ketidakmampuan fisik lainnya.
Padahal, penyakit ini banyak menimpa kelompok masyarakat usia produktif dan sedang berada dipuncak karier. Mayoritas penderita berjenis kelamin lelaki dan biasanya pencari nafkah utama keluarga. Tak heran jika stroke bekan hanya mengakibatkan kecacatan fisik, namun juga membuat penderita putus asa, kehilangan semangat hidup, dan cenderung mengucilkan diri dari lingkungan sosial.
Salah satu anggota klub Stroke adalah Berry Tanukusumo (65). Iia mengaku terkena stroke ketika berusia 40-an tahun. Saat itu kariernya di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah memasuki masa keemasan. Ia baru saja dipromosikan ke jenjang karier yang lebih tinggi.
“Saya merasa tidak berguna. Saya sempat tidak mau dijenguk dan sering marah kepada istri dan anak anak,” kenangnya.
Segala macam pengobatan ia jalani, termasuk keluar negeri. Setelah menjalani perawatan medis dan terapi fisik secara berkala, perlahan kondisi fisiknya pulih kembali kendati tidak bisa sembuh seratus persen. Dengan segala keterbatasan fisiknya, ia masih bisa bekerja hingga memasuki masa pensiun.
“Saya tetap masuk dengan beban kerja ringan, karena saya tidak bisa lagi mikir yang berat-berat”, ujar Berry.
Hal serupa dialami Dewi (29). Di saat menikmati indahnya masa remaja, tepatnya diusia 21 tahun, gadis berkulit kuning langsat ini terkena serangan stroke. Akibat terlambat dibawa kerumah sakit, ia sempat lumpuh kaku separuh bagian tubuhnya, terutama tangan dan kaki. Setelah rawat inap dan fisioterapi, perlahan kondisi badannya berangsur pulih kendati tidak sempurna. “Sekarang tinggal bagian pipi yang kebal rasa, “ tuturnya.
Keterbatasan kemampuan fisik akibat stroke membuat Dewi berhenti bekerja sebagai pramuniaga di sebuah restoran waralaba. Ia lalu membantu kedua arang tuanya membuka usaha warung makan.
“Saya merasa minder, tidak percaya diri kalau melamar kerja se sebuah perusahaan. Siapa yang mau mempekerjakan orang cacat seperti saya, “ ujar gadis berparas ayu ini lirih.
Gara gara stroke, ia juga menarik diri dari lingkungan sosial termasuk pergaulan dengan teman sebaya. Perjalanan asmarapun tidak berjalan muluslantaran keluarga sang kekasih tidak lagi menyetujui hubungan mereka.
“Sebenarnya pacar saya bisa menerima saya apa adanya, Akan tetapi, keluarganya tidak,” kata Dewi.
Jadi sensitif
Ketua Klub Stroke di RSCM hariadi menuturkan, banyak penderita pasca serangan stroke menjadi sensitif dan menutup diri terhadap lingkungan sekitar.
“Ini menghambat proses latihan fisik untuk membantu penyembuhan. Karena itu, peran keluarga sangat penting untuk menyemangatinya, “ tuturnya.
Berbagi cerita dengan sesama penderita stroke ternyata bisa meringankan beban. “Ini membuat kami merasa tidak sendiri dan saling bisa memotivasi,” ujar Hariadi.
Alasan itulah yang membuat ia dan para penyandang stroke lainnya bergabung dengan kelompok kelompol stroke berbasis rumah sakit maupun dari komunitas masyarakat.
Kerinduan untuk berbagi membuat klub klub stroke menjamur. Klub Stroke RSCM, misalnya, saat pertama kali dibentuk hanya beranggotakan 30-an orang. Kini klub yang di[rakarsai tim medis Instalasi Rehabilitasi Medik RSCM itu memiliki lebih dari 500 anggota. Setelah dirawat inap, pasien stroke disarankan bergabung.
“Kalau ada anggota yang lama tidak aktif, kami berkunjung kerumahnya,” tutur Hariadi.
Seminggu sekali mereka bertemu dalam senam stroke yang dipandu terapis dari RSCM. Kadangkala pertemuan diisi dengan ceramah tentang gizi dan berbagai hal yang berkaitan dengan pencegahan serangan ulang dari tim medis.
“Hal yang terpenting adalah, para anggota klub dapat saling berbagi cerita dengan sesama penderita stroke,”tambahnya.
Aktivitas senam itu disesuaikan dengan kondisi fisik yang ada pada masing masing penderita. Dalam kegiatan senam stroke akhir Juni lalu di RSCM misalnya, beberapa peserta asik bersendagurau dan memilih beristirahat jika merasa lelah. Bahkan, ada peserta di kursi roda yang terus berusaha mengerakkan bagian tubuhnya mengikuti instruktur.
Seusai senam stroke, para anggota klub saling berbincang. Topik perbincangan beragam, dari sekedar saling menertawakan, berbagi kiat kiat terapi fisik, hingga berbagi informasi penanganan stroke terbaru.
Dengan membuka diri terhadap lingkungan sekitar, para oenyandang stroke merasa tidak lagi sendiri dan kembali menemukan gairah hidup.
Dewi, misalnya, tidak lagi diliputi kesedihan setelah berpisah dengan kekasihnya dan berhenti bekerja. Ia makin giat mengikuti segala aktivitas klub dan menjadi salah satu pengurus kelompok itu.
Berry bahkan mengaku telah bergabung dengan sejumblah klub berbasis rumah sakit, diantaranya Rumah Sakit Persahabatan dan RSCM. Tak jarang ia mengajak istri dan anaknya untuk terlibat dalam berbagai aktivitas klub. Kini, ia aktif memotivasi rekan rekannya untuk tidak jemu menjalani terapi fisik.
Demi itu pula Berry ditemani sejumblah pengurus, tak jarang mengemudikan mobilnya sendiri untuk mendatangi anggota yang tidak aktif. Dengan perseneling otomatis, ia bahkan berani keluar kota.
“Saya pernah menyetir selama lebih dari tujuh jam. Muter muter mendatangi anggota klub. Karena kecapean, saya akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Kalau kumpul sama anggota klub, kadang lupa kalau kena stroke,” ujarnya tertawa.
“Terkena stroke bukan akhir dari segalanya. Jangan menyerah,” tegas Berry.
Stroke terjadi karena penyumbatan pada saluran darah di otak sehingga sel sel mati akibat kekurangan zat gizi dan oksigen yang dibawa darah, “Ishemic stoke” merupakan jenis stroke yang sering terjadi. Stroke ini disebabkan oleh deposit berlemak (plak) pada pembuluh darah arteri otak. Stroke juga bisa disebabkan oleh bocornya pembuluh darah diotak, disebut “hemorrhanic stroke”.
Saat ini stroke menjadi salah satu ancaman kematian utama di dunia. Faktor faktor pemicu stroke antara lain merokok, keresterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kurang berolahraga. Stroke juga bisa terjadi karena faktor keturunan.
Sel otak
Agar otak berfungsi dengan baik, sel sel otak (neuron) bergantung pada lancarnya peredaran darah yang didistribusikan oksigen dan nutrisi. Otak disuplai olleh dua pasang arteri (pembuluh darah), yaitu dua arteri carotid yang terletak di bagian depan leher dan dua arteri veterbal yang terletak di belakang leher.
Terjadinya penyumbatan pembuluh darah
Kadar koresterol tinggi pada darah bisa menimbulkan plak yang menempel di dinding pembuluh darah. Prosese ini disebut atherosclerosis.
Tindakan preventif
1. Berhenti merokok
2. Pengaturan makanan yang sesuai dengan kaidah makanan sehat
3. Berolahraga secara teratur
4. Mengendalikan penyakit yang menjadi penyebab utama stroke seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Mandiri Rajut Masa Depan
KOMPAS – RABU, 13 JULI 2005 – HALAMAN 35
OLEH : WIDJAJAKSMI K
Agus (bukan nama sebenarnya)adalah pegawai administrasi perusahaan swasta berusia 45 tahun. Gara gara serangan stoke tiga bulan lalu, separuh tubuhnya lumpuh. Pembicaraan Agus jadi sulit dimengerti. Ia bukan hanya tidak dapat mengerjakan tugasnya dikantor, tetapi juga berbagai aktivitas sehari harinya seperti mandi, berpakaian, dan makan. Maka, selama dirawat dirumah sakit, Agus juga mendapatkan berbagai terapi untuk meningkatkan kemandiriannya.
Keluar darirumah sakit, Agus tetap menjalani berbagai terapi, termasuk menjadi anggota Klub stroke di rumah sakit tempat ia pernah dirawat. Agus juga dilatih membaca, menulis, bahkan mengetik dengan komputer.
Dengan itu, ayah tiga anak dan pencari nafkah keluarga ini meningkatkan kepercayaan dirinya. Beruntung kantor tempatnya bekerja, berdasat rekomendasi dokter yang merawatnya, bersedia menerima Agus kembali.
Agus merasakan, berbagai terapi atau latihan latihan dari bagian rehabilitasi medik itu amat bermafaat baginya.
Memang cara berjalan Agus masihjauh dari sempurna. Namun, dengan berbagai alat bantu yang telah dimodifikasi, ia sudah mandiri melaksanakan semua aktivitas hariannya. Bahkan kata kata Agus juga dapat dipahami lawan bicaranya.
Berbagai upaya rehabilitasi medik – dengan target yang tidak muluk –telah meningkatkan mutu kehidupan Agus. Ia kembali bersosialisasi dengan masyarakat baik dirumah, lingkungan tempat tinggal maupun pekerjaanya.
Upaya rehabilitasi terbukti berperan penting dalam pemulihan dengan mengoptimalkan kemampuan fungsional yang ada. Dengan demikian, insan pascastroke mampu beradaptasi dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Kemajuan pengetahuan
Saat ini penatalaksanaan teknologi di bidang ilmu kedokteran telah bisa mengatasi sebagian besar penyakit sehingga penderita dapat bertahan hidup meski dengan kecacatan sisa yang cukup berarti.
Stroke sendiri merupakan kumpulan gejala, akibat dari berbagai penyakit atau kelainan dalam fungsi tubuh yang disebut faktor resiko. Diantaranya hipertensi, diabetes melitus, dan kelainan sistem peredaran darah. (Rheologi).
Serangan stroke dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Korban serangan stroke juga bervariasi. Pada berbagai lapisan masyarakat.
Berdasarkan proses perjalanan penyakitnya, penanganan rehabilitasi tidak terbatas pada insan pascastroke seperti Agus, tetapi juga pada mereka yang punya faktor resiko.
Maka, secara garis besar, program rehabilitasi terbagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pencegahan primer pada para pengidap faktor resiko. Caranya dengan memberikan berbagai latihan khusus maupun edukasi bagi penderita diabetes yang tergabung pada klub diabates, kelompok usia lanjut, ataupun klub jantung sehat.
Tahap kedua adalah rehabilitasi stroke sedini mungkin pada saat pasien masih dirawat dirumah sakit. Latihan diberikan baik bagi penderita maupun keluarga mengenai berbagai program rehabilitasi sesuai dengan fase stroke.
Keluarga atau pelaku rawat dilibatkan secara langsung sehingga selain bertambah pengetahuan juga bertambah ketrampilannya.
Tahap ketiga adalah pasca stroke. Pada tahap ini program rehabilitasi berlanjut pada tahap rawat jalan. Keluarga atau pelaku rawat didampingi para profesional dalam menghadapi berbagai masalah pascastroke seperti masalah fisik, mental, emosional, lingkungan, pekerjaan, dan lain lain.
Dukungan tim rehabilitasi medis berlanjut dalam persiapan sosialisasi insan pascastroke melalui klub stroke. Edukasi secara berkesinambungan diberikan berbagai hal seperti pentingnya ketaatan dalam minum obat pengontrol faktor resiko, pencegahan berbagai komplikasi akibat kurang bergerak (berolahraga teratur), dan sebagainya.
Dengan bertemu reguler, anggota klub stroke akan saling membantu mencarikan solusi tantangan yang dihadapi. Para insan pascastroke menyadari bahwa mereka tidak sendiri.
Klub stroke merupakan tempat bagi insan pascastroke dan keluarganya untuk bersosialisasi, mendapatkan berbagaisaran realistik dengan menyadari berbagai keterbatasan untuk terus melangkah.
Bentuk pelayanan rehabilitasi stroke di indonesia meliputi pelayanan institusional seperti dirumah sakit atau klinik maupun pelayanan rehabilitasi berbasis masyarakat.
Pada pelayanan rehabilitasi stoke institusional berjenjangterdapat beberapa strata pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi setempat bergantung pada sarana, fasilitas, serta tenaga profesional yang tersedia.
Misal pelayanan rehabilitasi stroke sederhana pada institusi rumah sakit tipe C. Pelayan rehabilitasi sudah meliputi semua stadium rehabilitasi dengan sistem rujukan berjenjang.
Sumber daya manusia profesional berdasarkan Konsensus Nasional Rehabilitasi Stroke tahun 2004 oleh Perdosri (Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia) terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medik dengan mitra/timnya. Yaitu perawat terlatih, fisioterapi, okupasi terapi, dan terapi wicara. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ortosa ( alat bantu gerak), cukup dengan layanan ortosa-protesta.
Pada jenjang pelayanan rehabilitasi stroke paripurna, yaitu pada rumah sakit tipe A seperti RSCM. Diperlukan teknisi ortotik-protestik dengan labolatorium/workshop lengkap.
Selain itu, SDM profesional meliputi, psikolog klinis, pekerja sosial medis, maupun rohaniawan. Terapis selain ketiga jenis diatas dengan kekhususan dibidang neuromuster juga dilengkapi terapi vokasional.
Rehabilitasi
Pelayanan rehabilitasi pada institusi dilaksanakan terintegrasi dalam bentuk kerjasama tim. Selain pelayanan rehabilitasi secara induvidual dilaksanakan pula program rehabilitasi khusus dan berkelompok.
Tugas dokter spesialis rehabilitasi medik adalah merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program rehabilitasi dengan tujuan peningkatan kemampuan fungsional meliputi upaya promosif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam pelaksaannya harus berkoordinasi dengan seluruh anggota tim.
Psikolog klinis dalam tim rehabilitasi selain memeriksa dan mengevaluasi psikologis juga memberikan bimbingan dukungan dan terapi psikis bagi pasien dan keluarga.
Peranan psikolog pening dalam mencapai tujuan rehabilitasi. Fisioterapis melakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan atas kapasitan fisik dengan kemampuan fungsi dengan mengsinergikan ilmu pengetahuan alam, biologi dengan penerapan teknologi biofisika dan biomedika.
Okupasi terapis memberikan terapi yang bertujuan mempertahankan dan meningkatkan kemandiriaan, terutama kemampuan fungsi aktivitas kehidupan sehari hari. Hal itu dilakukan dengan antara lain melatih fungsi koordinasi, integrasi sensorik-motorik, keseimbangan berbagai pelatihan aktivitas kehidupan sehari hari dengan peralatan adaptif yangmengunakan berbagai stimulus khusus bagi penyandang cacat.
Terapis wicara bertugas mempertahankan, menstimulasi, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui pelatihan sensorik motorik. Termasuk latihan pada gangguan menelan yang sering terjadi pada penderitan stroke.
Petugas sosial medik mengevaluasi, menganalisa dan memberikan alternatif penyelesaian masalah sosial ekonomi pasien, termasuk pendanaan, kesempatan kerja, pendidikan, maupun penyesuaian lingkungan dirumah maupun ditempat kerja.
Para teknisi ortosa-protesa yang bekerja di labolatorium khusus/workshop melayani pembuatan alat bantu gerak/bidai baik bagi anggota gerak atas dan bawah maupun tulang belakang, alat bantu jalan, sepatu khusus, maupun pembuatan anggota gerak buatan (protesa).
Rohaniwan bertugas memberikanbimbingan rohani sesuai agama pasien guna mendukung keberhasilan program rehabilitasi.
Akhirnya “bintang” dari tim rehabilitasi medik stroke adalah insan pascastroke dan keluarganya. Mereka beserta keluarga terlibat dalam memutuskan program rehabilitasinya.
Menurut WHO, jumblah penyandang cacat adalah 10 persen dari jumblah penduduk, termasuk di dalamnya insan pascastroke dengan berbagai tingkat kecacatan baik ringan, sedang, maupun berat.
Bagaimana dengan kemungkinan para penyandang cacat memperoleh pelayanan rehabilitasi institusi ? Ternyata, pelayanan rehabilitsi institusi (rumah sakit dan klinik) hanya menjangkau sebagian kecil penyandang cacat yang membutuhkan, diperkirakan hanya 2-3 persen penyandang cacat memperoleh kesempatan tersebut.
Terjadinya kesenjangan yang besar antara pelayanan rehabilitasi yang tersedia dan kebutuhan masyarakat penyandang cacat, termasuk insan pascastroke, terhadap pelayangn rehabilitasi. Berbagai faktor lain juga turut berpengaruh, misalnya Indonesia sebagai negara kepulauandimana transportasi bagi penyandang cacat juga merupakan masalah. Harus pula dilihat laju pertumbuhan penduduk, ketersediaan SDM profesional, maupun fasilitas pelayanan rehabilitasi berbentuk institusi. Agar rehabilitasi stroke lebih berhasil perlu melibatkan masyarakat. Peran serta masyarakat ditingkatkan dalam bentuk rehabilitasi bersumber daya masyarakat/community based rehabilitation. Disini anggota masyarakat berperan sebagai kader kesehatan dilingkunganya dibidang penangulangan stroke.
Kader dapat dimulai dari keluarga atau pelaku rawat ataupun anggota masyarakat lain. Selain memahami serba serbi yang berhubungan dengan stroke, para kader juga terampil dalam program terapi rehabilitasi stroke sederhana dan pencarian solusi pada masalah yang mungkin dihadapi.
Pada kader kemudian bisa menjadi pelatih (trainer) bagi keluarga lain yang membutuhkan. Tentunya kader masyarakat harus menyadari keterbatasan dan memahami kapan harus konsultasi atau bertanya kepada dokter spesilis rehabilitasi medik dan anggota timnya.
Basis masyarakat
Penangulangan rehabilitasi berbasis masyarakat merupakan gambaran suatu keadaan yang menyatakan bahwa sumber rehabilitasi berada di masyarakat. Dalam hal ini pada seorang dokter spesialis rehabilitasi medik dituntut kemampuannya membina masyarakat disekitar lingkungannya. Ini agar terjadi pemindahan ketrampilan tepat guna untuk rehabilitasi insan pascastroke, keluarga, maupun masyarakat. Diperlukan kepedulian masyarakat terhadap insan pascastroke maupun terhadap pengetahuan tentang stroke itu sendiri. Bila ada kepedulian masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan, pembuatan keputusan, dan evaluasi program. Dalam hal ini baik rehabilitasi dalam bentuk institusi maupun berbasis masyarakat.
Dengan mengikutsertakan peran masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mengenal berbagai dampak kecacatan dan menerima keterbatasan fungsi akibat stroke. Masyarakat bisa ikut berupaya membantu insan pascastroke meningkatkan kemampuan fungsinya dan kembali bersosialisasi.
Masyarakat juga bisa berperan dalam berbagai upaya promosi dan preventif (pencegahan) baik primer, sekunder maupun tersier. Hal ini tentunya membutuhkan perubahan sikap dan prilaku masyarakat.
Soalnya para penyandang cacat, termasuk insan pascastroke, umumnya tersisih dari kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam masyarakat. Dampaknya mereka jarang terpilih menduduki jabatan kepemimpinan di masyarakat. Karena tidak terwakili, mereka juga tidak dapat memengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan aksesbilitas.
Rehabilitasi berbasis masyarakat mengikutsertakan dan meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam pencegahan kecacatan melalui upaya rehabilitasi dalam keluarga dan masyarakat.
DR WIDJAJALAKSMI K
SPRM MSC
Konsulen Departemen Rehabilitasi Medik pada
RS DR Cipto Mangunkusumo, Jakarta;
Staf Pengajar FKUI, Jakarta
Tingkatkan Kepedulian pada Stroke
Kompas – jumat, 24 huni 2005 hal 10
Jakarta, kompas --- tingginnya berbagai kasus stroke diberbagai daerah di Tanah Air belum diimbangi dengan kepedulian masyarakat terhadap penanganan masalah kesehatan ini. Padahal, stroke merupakan penyebab nomor satu kecacatan pada pasien. Karena itu, upaya pencegahan perlu ditingkatkan melalui pamahaman penyakit dan perbaikan pola maka.
Menurut Ketua Klub Stroke Rumah Sakiit Cipto Mangunkusumo Hariasi, kamis (23/6), pencegahan stroke bisa dilakukan sejak awal.
Orang orang yang beresiko tinggi terkena stroke adalah penderita hipertendi, diabetes, kelebihan koresterol maupun penyempitan pembuluh darah. “Dengan mengubah pola makan dan menghindari stress, resiko itu bisa diminimalisir,” kata Hariadi.
Selain itu, penatalaksanaan stroke sejauh ini terbentur pada kendala belum adanya kesadaran masyarakat untuk memperlakukan stroke sebagai keadaan yang harus ditangani segera, sama seperti serangan jantung. Dengan demikian, perlu sosialisasi kemasyarakat bahwa stroke adalah suatu serangan otak yang harus ditangani dengan segera.
“Dukungan keluarga sangat penting bagi pasien. Karena penderita stroke biasanya jadi sangat sensitif dan menutup diri terhadap lingkungan sekitar,” tutur Hariadi.
Banyak penderita stroke yang putus asa dan kehilangan masa depannya lantaran sebagian fungsi tubuhnya terganggu.
Terus meningkat
Kasus stroke dalam sepuluh tahun terakhir terus meningkat. Berdasarkan data Klub Stroke RSCM, tahun 1995 jumblah anggota klub baru 30-an orang. Namun, tahun 2005 jumblah anggota klub yang aktif maupun yang non aktif mencapai 504 orang.
DR dr Wijayalaksmi Kusumaningsih SpRM dari Instalasi Rehabilitasi Medik RSCM menyatakan, beberapa tahun terakhir ada kecenderungan rentang usia orang yang terkena stroke semakin luas. Jika semula penderita stroke rata rata berusia di atas 40 tahun, kini tidak sedikit usia remaja yang terkena.
Dewi (29) misalnya, kena serangan stroke saat berusia 21 tahun. Ia sempat lumpuh pada separuh tubuhnya, terutama bagian tangan dan kaki. Setelah menjalani fisioterapi dan bergabung dengan Klub Stroke, kondisi badanya berangsur pulih kendati tidak sempurna. Namun, akibat stroke ia tidak dapat lagi bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran.
Wijayalaksmi menjelaskan, upaya pencegahan terhadap penyakit stroke hingga kini masih minim. Para pasien biasanya baru datang kerumah sakit saat mendapat serangan dengan gejala antara lain lumpuh kakau pada bagian tangan dan kaki disertai sakit kepala.
“Jika sudah terserang, pasien terlu mendapatkan pelayanan medis terpadu agar terhindar dari kematian,” ungkapnya.
Salah satu cara yang sudah terbukti menurunkan angka kematian akibat stroke akut adalah dengan merawat penderita di unir stroke yang lintas disiplin. Kerjasama dalam tim dapat membantu upaya tindakan preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan melibatkan keluarga pasien.
“Selanjutnya, rehabilitasi penderita stroke pascaperawatan diselengarakan Unit Rehabilitasai Medik. Upaya yang dilakukan disini lebih banyak berupa upaya “adaptif” terhadap keterbatasan pasien.
“Rehabilitasi medik dilaksanakan sejak pasien masuk rumah sakit. Selain membantu proses pemulihan, hal ini juga bertujuan mengoptimalkan potensi yang masih ada, “ kata Wijayalaksmi.
Pencegahan serangan ulang juga harus dilaksanakan sejak penderita masih dalam perawatan di unit stroke, dengan melibatkan keluarga penderita sedini mungkin.
“Pascarawat inap dirumah sakit, setiap penderita membutuhkan terapi secara berkelompok agar tetap bisa bersosialisasi. Mereka juga butuh terapi induvidual karena kondisi fisik setiap penderita stroke berbeda, misalnya ada yang sama sekali tidak berjalan atau tidak bisa bicara, “ ujarnya.
Hari stroke
Kamis kemarin sekitar pukul 09.00, mereka yang tergabung dalam Klub Stroke RSCM mengunjungi para penderita stroke di Ruang Instalasi Rawat Inap (Irna) B RSCM. Mereka membagikan pamflet dan bingkisan kepada 13 pasien stroke dan juga pasien lain di bangsal itu terkait peringatan Hari Stroke Sedunia.
Kendati sulit mengerakan sebelah kaki dan tangan, angota klub tampak bersemangat. Selain memberikan bingkisan mereka juga sempat bercakap cakap dengan puluhan pasien diruang rawat inip kelas tiga itu.
Sejumblah pasien stroke yang dikunjungi tampak terharu. Bahkan ada pasien yang berlinangan airmata dan takhenti hentinya mengucapkan terima kasih.
“Saya jadi merasa tidak sendiri. Ternyata ada yang lebih parah, dari apa yang saya alami,” ungkap Hirosi (60), warga Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
“Menderita stroke bukan akhir dari segalanya. Kita harus terus melawan penyakit itu, jangan menyerah,” tutur Berry Tanukusumo (65), anggota klub yang telah sembilan kali terkena serangan stroke, kepada salah seorang pasien.
Menurut dia, proses pemulihan fisik pasien yang terkena serangan stroke sangat tergantung pada konsidi emosional dan latihan fisik yang teratur.
Para pasien pascastroke mangatakan, berkaitan dengan peringatan Hari Stroke Sedunia, mereka berharap kepedulian terhadap penangulangan penyakit stroke makin ditingkatkan melalui berbagai media kampanye yang dilakukan pemerintah mapun berbagai kalangan masyarakat.
“Kami berharap kedepan penangulangan masalah penyakit stroke lebih difokuskan pada tindakan pencegahan,” kata Berry. (EVY)
KESEHATAN.
Stroke Pun (Bisa) Menyerang Anak-anal.
(Kompas, 13 Juni 2007).
Sjafirah Aulia (9), putri pertama Ny Diah, dua bulan lalu mendapatkan serangan sroke dan sempat koma selama enam hari. Ia sempat lumpuh dan duduk di kursi roda. Namun, kini Sjafirah mulai bisa meninggalkan kusi rodanya.
Jangan pernah meremehkan stroke, apalagi mengira stroke adalah penyakit degeratif yang hanya menyerang mereka orang beruasia lanjut. Kini strokw juga menyerang orang-orang muda di usia 40-30 tahun. Bahkan, anak-anak berusia 4-9 tahun pun bisa terserang stroke. “Saya punya pasien anak yang umurnya baru sembilan tahun. Ia mengalami penyakit jantung bawaan. Ada sumbatan embolan di jantung, yang kemudian menyumbat pembuluh darah,” kata Alfred Sutrisno, dokter ahli bedah saraf di rumah sakit Medistra Jakarta, akhir pekan lalu. Pasien anaka tersebut bernama Sjafirah Aulia, siswa kelas III Sd Al Azhar Kemang Pratama, Bekasi. Sejak bayi, Sjafirah mengalamai kelainan jantung dan tidak boleh cape,. Dua bulan lalu, Sjafirah koma selama enam hari. Menurut ibunya, Ny Diah, daah Sjafirah mengental karena HB nya tinggi, mencapai 22-23 (padahal Hb normal 12-14 untuk perempuan) dan kemudian terjadi sumbatan di otak kiri. Akibatnya, tubuh sebelah kanan gadis cilik ini lumpuh serta bibirnya sempat mencong. “Tapi sekarang dia sudah bisa jalan, meski kalau jalan agak jauh terkadang harus dibantu kursi roda. Juga sudah bisa bicara meski tersendat,” tutur Ny Diah.
Penyebab Stroke.
Menurut Alfred Sutrisno, stroke adalah gangguan saraf yang menetap. Penyebabnya adalah karena kerusakan pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Serangan itu berlangsung selama 15-20 menit. Orang menyebutnya sebagai serangan otak, identik dengan serangan jantung. Stroke ini bisa disebabkan aneurysma (pembuluh darah seperti balon yang pecah) atau hipertensi. Tercatat 80% pasien stroke itu perdarahan disebabkan hipertensi dan 20% karena adanya kelainan pembuluh darah di otak sejak dini/lahir (AVM) dan pecah saat bertambah usia. Sekarang ada kecenderungan serangan stroke menimpa mereka yang berusia muda. Kalau dulu stroke terjadi pada usia tua, sekarang justru pada anak muda umur 30-40 tahun. Pola makan dan gaya hidup menjadi penyebab utamanya. Lihat saja anak-anak SD dan SMP perkotaan masa kini yang lebih suka makan junk food yang penuh kolesterol dan triglisterid. “Kalau kita lihat tren anak muda sekarang ini, dari 10 anak ada enam anak yang badannya gemuk. Ini berarti anak itu mengomsumsi makanan berlemak tinggi. Lemak tinggi ini bisa kolesterol atau triglisterid yang tinggi,” kata Alfred. Bentuk makanan bisa bermacam-macam, misalnya daging ayam, babi sapi, yang bisa menyebabkan kerusakkan pembuluh darah arterosklerosis. Daging memang dibutuhkan tubuh. Akan tetapi, sebelum dimakan sebaiknya lemaknya dipinggirkan dari daging, atau sebelum dimasak daging tersebut direbus dul supaya lemaknya hancur. Itu adalah upaya mencegah agar tidak terjadi stroke. Selain menjaga pola makan, juga olah raga teratur dan tidak minum kopi karena kopi bisa menyebabkan hipertensi atau meningkatkan kadar kolesterol. (LOK).
HUMANIORA
Stroke Hilangkan Waktu Produktif
Jakarta, Kompas --- Penyakit stroke yang terus menyerang ratusan pendududuk di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan dampak sosial ekonomi yang sangat besar. Para penderita stroke tidak hanya memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan maupun rehabilitasi, namun juga terancam waktu produktifitasnya.
Menurut ketua harian Yayasan Stroke Indonesia Prof Dr Haryono Suyono, sejau ini stroke masih merupakan penyebab kematian pertama di rumah sakit di Indonesia dan sebagai penyebab kecacatan terbanyak pada kelompok usia dewasa. Angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit, 63,52 per 1000.000 penduduk pada kelompok usia diatas 65 tahun. Secara kasar, tiap hari, dua orang penduduk Indonesia terkena stroke.
Stroke adalah ganguan fungsi otak karna terganggunya suplai darah ke otak. Jika aliran darah terhambat lebih dari beberapa detik, sel sel otak yang tak teraliri akan rusak secara permanen, bahkan menyebabkan kematian.
Haryono Suyono ditengah tengah seminar “Stroke Dapat Dicegah”, di Jakarta, Sabtu (25/6), juga memperkirakan bahwa hampir setengah juta penduduk beresiko tinggi terkena serangan stroke, sedang jumblah yang meninggal mencapai 125.000 jiwa.
Di Bogor misalnya, setiap hari diperkirakan ada tiga orang yang meninggal karena stroke. Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Cabang Bogor, Dr Yoeswar Darisan, yang spesialis saraf mengemukakan, hasil pengamatan pada beberapa rumah sakit di Bogor menunjukan, rata-rata lima orang perhari datang sebagai penderita baru dan 30 persen diantaranya meninggal.
Berbagai kawasan pekan kemarin memang banyak membahas stroke, karenan tanggal 24 Juni ditetapkan sebagai Hari Stroke Internasional.
Untuk itu, Dr dr Airiza Ahmad SpSK, konsultan saraf dari Rumah Sakit Cipto mangunkusumo (RSCM) menyatakan sistem pelayanan kesehatan kepada orang-orang yang beresiko tinggi terkena stroke maupun para penderita stroke perlu ditingkatkan. Amerika Serikat misalnya, telah menerapkan jaminan kesehatan total. Beberapa negara termasuk Indonesia belum memberlakukanya karena keterbatasan anggaran.
“Karena itu upaya promotif dan preventif pelu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya serangan stroke. Jika sudah terserang stroke, penderita akan kehilangan waktu produktif dan keluarga pasien akan menanggung beban sosial ekonomi tinggi,”ungkapnya.
Dr Ronnie Rivancy MSc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI menuturkan, stroke sebetulnya merupakan penyakit yang resikonya bisa direduksi dengan gaya hidup sehat seperti olahraga, gizi seimbang, bebas rokok dan alkohol, pengaturan waktu serta sikap positif.
Waktu produktif
Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan kesehatan FKM UI Ascrobat Gani, dalam makalahnya menuturkan, stroke merupakan penyakit yang menimbulkan dampak sosial ekonomi sangat besar dan luas. Selain memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan dan rehabilitasi, penyakit itu juga menimbulkan kerugian berupa kehilanganya waktu produktif.
“Karena stroke cenderung menyerang orang dewasa di usia produktif selaku pencari nafkah keluarga, dampaknya pada pendidikan kesahatan dan keluarga sangat besar,” ujarnya.
Kerugian sosial yang terjadi karna kasus stroke, lanjut Ascobat, adalah kehilangan masa hidup penduduk. Menurut perhitungan Bank Dunia dan Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1994, ada 1.094.000 tahun hidup yang hilang karna stroke yang dialami warga Indonesia. Kalau tahun tidak produktif juga diperhitungkan, maka jumblahnya mencapai 1.364.000 tahun. Kerugian waktu produktif akibat stroke ini lebih banyak dikalangan pria daripada perempuan.
Sesuai dengan data klinik tentang distribusi umur penderita stroke yang dirawat di 20 rumah sakit di Indonesia, menurut hasil perhitungan ekstrapolasi, tampak bahwa kerugian karna stroke sangat meningkat pada usia 45 tahun keatas.
Kerugian stroke pada kelompok umur 45-49 tahun adalah 3,4 kali lebih besar dibanding 30-44 tahun. Pada kelompok umur 60-69 tahun 8,6 kali lebih besar dan pada kelompok usia diatas 70 tahun 15,5 kali kerugian kelompok usia 30-44 tahun.
Dampak ekonomi langsung terjadi pada kasus stroke adalah biaya pengobatan. Belanja atau pengeluaran kesehatan bisa berasal dari individu atau rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Selama ini belanja kesehatan di Indonesia hanya 2,6 persen produk nasional bruto atau 20 dollar per kapita setiap tahun. Ini jauh dibawah sejumblah negara Asia.
(PUN/EVY)
Komentar