" MUZIZAT BERDANA & MANFAATNYA "
“ MUZIZAT & MANFAAT BERDANA
serta FUNGSINYA “
From:
This sender is DomainKeys verified
"Suherjati Djony"
Add sender to Contacts
To:
"Bhikkhu Sudhammacaro"
Namo Buddhaya
Selamat pagi bhante....
Oh iya bhante, saya boleh bertanya khan ?
Saya sangat suka sekali berdana makanan ke sanggha, hanya kadang2 bingung caranya, karena kelihatannya beberapa tradisi berbeda caranya, saya takut salah atau cara pikir saya yg salah, mohon dikoreksi kalau salah ya bhante.
-Ada umat yg berlainan jenis (wanita) tdk boleh memberikan makanan atau sesuatu barang kepada bhikku secara langsung, harus menggunakan alat/alas misalkan kain, baki atau perantara umat yg sesama jenis dg bhikku-nya (lelaki).
Kalau di Mahayana/Tantrayana, umat yg berlainan jenis boleh memberikan secara langsung.
Kalau Theravada, tidak boleh langsung. Tapi beberapa minggu lalu, waktu ada beberapa bhikku dari Srilanka, pada waktu saya akan menyerahkan makanannya, saya menunggu bhante-nya menyodorkan kain atau apa. Ternyata bhantenya mengambil secara langsung, apakah memang begitu tradisi bhikkhu di Srilanka ?
-Pada waktu menyiapkan dana makan utk bhante, baik yg langsung ditata dimeja makan atau membantu pada saat menyiapkan makanan hasil pindapatta. Ada umat yg bilang: “Makanan utk bhante tdk boleh kena tangan?” Jadi, bagaimana pada saat mengeluarkan makanan kering (misl; kue, roti) dari pembungkusnya ke piring atau menyiapkan buah yang harus dikupas dulu, pasti akan kena tangan kan? Kan yg penting setelah makanan itu diserahkan ke bhikkhu, jangan tersentuh tangan lagi.
- Ada bhikku yg vegetarian dan tidak, ada yg makan telur dan tdk, di wihara sendiri juga sering menyiapkan makanan yg tdk vege. Bisaanya kalau ada beberapa bhikkhu yg berkunjung di wihara, saya akan bilang ke cici supaya kalau dia mau ikut berdana makan. Dia bisa ikut menyiapkannya dan bisaanya selalu disiapkan yg vegetarian tapi memakai telur. Karena cici saya tdk bisa ke wihara pagi2, jadi saya yg membawakannya sebelum berangkat kerja. Saya senang saja melakukannya krn hal itu salah satu cara saya mensupport sanggha, saya juga tdk perduli bhantenya mau dari sekte mana. Pokoknya ada kesempatan berbuat baik dan bisa melakukan pasti saya akan usahakan.
Pernah sekali, saya agak telat tiba krn naik angkot, umat2 sdh selesai memberikan dana makan, dan bhikku baru saja mulai membaca doanya. Pengurus wihara bilang tunggu dulu setelah bhante selesai membaca doanya baru di danakan makanannya.
Nah pada waktu akan menyerahkan makanan itu ada umat yg bilang ke umat lain, makanannya vege atau tdk, pakai telur tdk krn bhantenya vege dan tdk makan telur, tapi tdk dibilang apakah hanya seorang bhikku saja atau semua bhikku krn bhantenya dari Srilanka, Singapura dan Indonesia.
Dalam kondisi ini sebaiknya apa yg dilakukan? Karena waktu itu saya tetap mendanakannya ke bhante krn sudah terlanjur dan membantu cici yg sdh berniat utk berdana makan.
Karena dulu saya pernah ketemu bhikku dari luar juga, umatnya mendanakan makanan vege tapi plus daging bohong2an, bhante tetap menerima dana makan itu tanpa komentar apa2. Tapi pada waktu memakannya, hanya bhante tdk mencomot daging palsu itu dan hanya mengambil sayur2nya saja.
Mohon bimbingan bhante agar saya dapat lebih baik lagi, saya tdk ingin karena ketidak tahuan saya, akhirnya membuat para bhikku melanggar Winaya.
Anumodana ya bhante dan mohon maaf, pertanyaannya banyak sekali
Salam metta n be happy
Umat Setia
Tangerang.
JAWABAN dan URAIAN:
Manfaat berdana.
Tradisi pertama dari Buddha Gotama mengajarkan para bhikkhu agar tiap pagi kira-kira jam 06.00 pergi Pindapata (menerima dana makanan), berjalan kaki tanpa sandal dengan membawa Bowl (mangkuk makanan) untuk mencari dana makanan ke rumah-rumah umat di sekitar wihara. Pindapata disini, menurut Buddha Gotama tujuan sebenarnya untuk memberi kesempatan kepada umat agar mau belajar berdana dalam bentuk makanan. Adapun kebutuhan yang lain bisa diberikan dalam waktu yang lainnya.
Dengan tradisi Pindapata inilah kadang-kadang Buddha bisa menarik umat untuk datang ke wihara, lalu Buddha menyampaikan Dharma (ajaran-Nya) tentang manfaat berdana yang berbuah empat berkah yakni: Umur panjang, warna kulit indah cemerlang, kebahagiaan, dan kekuatan (kesehatan). Dalam bahasa Pali diucapkan seperti: Ayu, Wanna, Sukhang, Balang.
Setelah Buddha menjelaskan manfaat berdana secara luas hingga manfaatnya untuk jangka waktu kehidupan selanjutnya yaitu bisa terlahir di alam-alam bahagia seperti alam Surga para Dewa. Maka para umat berbondong-bondong mulai aktif berdana makanan, dsb, kepada para bhikkhu. Hingga ada diantaranya para Brahmana, dan keluarga kerajaan, sampai para Raja mengundang Buddha dengan para murid-Nya untuk makan di istana Raja. Tiap selesai makan Buddha selalu membalasnya dengan uaraian Dharma tentang pentingnya berdana. Akhirnya, banyak para Raja dan keluarganya, juga termasuk para Brahmana setelah mendengarkan uraian Dharma, diantaranya memohon Tisarana. Yang diartikan; Saya berlindung kepada Buddha, Dharma dan Ariya Sanggha, dalam bahasa Pali diucapkan seperti: Buddhang Saranang-Gacchami, Dhammang Saranang-Gacchami, Sangghang Saranang-Gacchami.
Dalam berbagai Sutta (ceramah), Buddha menerangkan secara luas dan mendalam manfaat berdana yang dianggap pintu gerbang utama menuju keberhasilan di segala bidang, baik duniawi maupun spiritual. Tak ada yang lebih baik praktik agama (Dharma) selain berdana (kemurahan hati-Cagga) bagi siapapun yang berkenan melakukannya, dengan ketulusan dan suka rela. Alasanya, karena berdana paling mudah dilakukan oleh siapa pun, termasuk anak kecil. Berdana juga secara analogi digambarkan oleh Buddha seperti anak tangga pertama, bagi pemula yang hendak naik tingkat selanjutnya. Begitu indahnya peran penting berdana dalam semua aspek kehidupan bagi tiap orang, amat menarik bila dikaji dan diajarkan kepada setiap orang, lalu dilakukan.
Contoh yang sederhana manfaat berdana ialah bila anda mengurus perijinan seperti KTP, Paspor, BPKB, SIM, dsb. Bahkan di segala urusan masyarakat umum, tanpa berdana anda akan mendapat kesulitan, selain dengan alasan berbelit dan memakan waktunya lama. Namun, begitu anda rela berdana sedikit uang tambahan saja, maka segala urusan akan segera beres dan lancar.
Tapi saat ini ada istilah baru ‘KKN’ yang dianggap kolusi, korupsi dan nepotisme, jadi anda diminta harus hati-hati bila mau berdana kepada aparat pemerintah. Yang semula tujuannya murni berdana dengan suka rela, tiba-tiba ditangkap Polisi atau KPK dan dituduh KKN, akhirnya anda celaka. Bukan empat berkah yang diperoleh tapi justru, anda diproses secara hukum dan disalahkan, buntutnya di bui.
Fungsi berdana.
Fungsi berdana menurut Buddha amat penting karena bisa membawa pengaruh menyeluruh dalam segi-segi kehidupan tiap orang yang mau melakukannya. Antara lain, Fungsi berdana ialah mampu mengikis keserakahan, kemelekatan terhadap harta kekayaan, bisa mengurangi egoistis, karena kepedulian. Fungsi berdana bisa meluluhkan kemarahan, kebencian dan dendam. Bila anda tidak percaya boleh coba buktikan, misalnya anda punya musuh atau orang yang benci dan tidak suka pada anda.
Cari kesempatan yang tepat, anda berdana memberikan hadiah berupa barang yang berharga, atau makanan kesukaannya pada orang tersebut. Secara langsung dan otomatis orang yang tadinya benci, marah dan dendamnya seketika akan sirna, akhirnya hatinya luluh. Yang semula musuh bisa sekejap berubah jadi teman yang baik hanya dengan berdana.
Selain Pindapata, umat kadang berdana jenis kebutuhan yang lain, misalnya makanan kering, sabun mandi/cuci, pasta gigi, sikat giti, dsb. Hal itu bisa dilakukan di waktu lain sore/siang hari. Bahkan di Indonesia hampir tiap hari umat berdana makanan datang langsung di berbagai wihara, hal ini bukan berarti para bhikkhu tidak mau pergi Pindapata. Namun, disebabkan berbagai alasan dan pertimbangan, yang dianggap tidak umum bila Pindapata dilakukan, dan dikhawatirkan akan mengundang masalah baru.
Fakta Muzizat dan Keajaiban Berdana.
Master Cheng Yen adalah bhiksuni dari Taiwan yang menjadi Pemimpin Yayasan Buddha Tzu Chi, awalnya beliau merasa terharu melihat umat yang sakit tapi kondisi ekonominya kurang mampu. Kejadian itu yang menginspirasi beliau untuk mulai mengumpulkan dana dengan celengan dari rumah ke rumah, hingga hasilnya bisa menolong orang sakit tersebut.
20 tahun kemudian, Yayasan Tzu Chi bisa membangun rumah sakit yang sangat megah dan terbesar di Asia serta bertaraf Internasional. Yayasan Tzu Chi dari hari ke hari menginspirasi tiap orang yang mau belajar berdana dengan celengan, cara daur ulang menjaga lingkungan, termasuk belajar dan praktik cinta-kasih serta kebijaksanaan universal.
Jangan salah, Yayasan Tzu Chi menyebar ke seluruh dunia karena tergugah dengan cara berdana dengan celengan, untuk mengubah hidup tiap orang. Menurut berita sudah 45-50 negara di dunia mengikuti jejak Yayasan Tzu Chi. Master Cheng Yen bukan orang sakti dan tidak memiliki kemampuan supranatural, namun kekuatan Dharma berdananya yang sederhana justru melampui kesaktian dan supranatural seperti anggapan banyak orang.
Saat ini, Yayasan Tzu Chi Indon bisa membangun sekolah gratis, rumah sakit, rumah susun bagi korban musibah, menolong operasi gratis seperti: Katarak, Busung, Gondok, wanita yang mau melahirkan tidak punya biaya gratis. Selain itu Yayasan Tzu Chi terkenal dengan ‘Bakti Sosial’ menolong korban bencana alam gempa bumi, tsunami di Aceh, membangun sekolah di Pesantren Parung Bogor, menolong korban musibah kebakaran dan penggusuran. Relawan Tzu Chi bertindak suka rela tanpa pamrih, inilah contoh fakta ‘Muzizat dan Keajaiban Berdana’.
Tradisi kebisaaan para bhikkhu/bhiksu/bhiksuni.
Para bhikkhu juga punya tradisi masing-masing dalam menerima dana dari umat. Seperti tradisi Thailand para bhikkhu saat menerima dana dari umat wanita dibiasakan menggunakan alas kain atau kertas. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi sentuhan langsung dengan anggota tubuh wanita. Tujuannya, demi menghindari pelanggaran Winaya Sangghadisesa, yang bila terjadi bhikkhu tersebut harus menerima hukuman yakni dipisahkan di satu tempat dari komunitas Sanggha.
Sedangkan Sangghadisesa, juga bilamana saat terjadi si bhikkhu dalam kondisi batinnya timbul hasrat birahi ketika menyentuh tubuh wanita tersebut. Bila si bhikkhu saat menyentuh tubuh wanita itu tidak sedang naik birahinya, maka tidak cukup syarat disebut melanggar Winaya Sangghadisesa. Jadi bila sudah tahu seluk beluk pelanggaran Winaya ini, diharapkan umat jangan secepat dan semudah memvonis para bhikkhu melanggar Winaya Sangghadisesa karena bersentuhan dengan wanita.
Lalu tradisi para bhikkhu di Negara Buddhis Therawada lain seperti; Myanmar, Srilanka, Kamboja, India, ada perbedaan kebisaaan. Misalnya para bhikkhu sudah bisaa menerima dana dari wanita secara langsung diterima oleh tangan, tanpa harus menggunakan alas kain dibawahnya, jadi tidak sama dengan tradisi di Thailand. Menurut mereka, yang penting saat menerima dana dari wanita para bhikkhu harus memegang barangnya, kalau diatas penampan yang dipegang penampannya. Jadi bukan tangan si wanita yang dipegang ketika memberikan dana barang atau makanan tersebut.
Tradisi para bhiksu/bhiksuni Mahayana juga punya kebisaaan lain lagi, misalnya seperti kalau makan harus bahannya vegetarian, yaitu makanan yang tanpa daging dan ikan (daging makhluk hidup). Sebagian malah ada yang tidak makan telur, bawang putih, bawang merah, dengan alasan mengandung zat hormone yang tinggi. Dan diiringi tekadnya Bodhisattwa demi mencapai tingkat Buddha tertinggi. Adapun soal menerima dana makanan dsb, dari wanita, mereka langsung menerima dengan tangan tanpa menggunakan alas kain dsb, seperti halnya tradisi para bhikkhu Myanmar, Srilanka, dsb.
Singkatnya, hanya tradisi para bhikkhu dari Thailand yang biasa menggunakan alas kain dsb, ketika menerima dana dari umat wanita, juga alisnya dicukur, bhikkhu dari Negara lain tidak demikian.
Gunakan kebijaksanaan dalam tiap tindakan.
Para umat yang berdana makanan dsb, sebaiknya mengikuti tradisi para bhikkhu/bhiksu/bhiksuni seperti apa yang biasa mereka lakukan. Andaikata tidak tahu dan kurang mengerti, lebih baik bertanya langsung kepada yang bersangkutan, bagaimana tradisi dan kebisaaan mereka. Dengan cara itu, berarti umat menghormati, dan mendukung keberadaan para bhikkhu/bhiksu/bhiksuni. Serta menjaga kelangsungan hidup mereka demi mencapai tujuan mulianya. Dengan demikian, kehidupan para anggota Sanggha dari manapun merasa nyaman, tenang, tentram, damai dan bahagia.
Jangan timbul pikiran negatif waktu mau berdana atau saat berdana maupun setelah berdana.
Karena pikiran negatif itulah yang bisa menghancurkan benih-benih kebaikkan yang anda lakukan. Pikiran negatif seperti; bhikkhu dari anggota Sanggha mana, aliran apa, apa bhikkhu liar atau bukan, apa ada berkahnya berdana kepada bhikkhu seperti itu? Andaikata anda ragu-ragu mau berdana, lebih baik jangan berdana, tunggu pikiran negatif anda lebur dan lenyap. Dengan cara mengingat hukum sebab akibat, bahwa berdana adalah sifat mulia yang harus aku lakukann untuk memperoleh berkah empat macam Dharma, seperti sabda Buddha.
Inilah manfaat dan fungsinya berdana yang saya uraikan secara sederhana, diambil dari berbagai buku pelajaran agama Buddha (Dharma). Tidak lain saya harapkan agar umat tidak saling menyalahkan, dan tidak merasa benar sendiri dalam praktik Dharma ajaran Buddha.
Demikian pula para anggota Sanggha saya menghimbau jangan suka memandang rendah satu sama lainnya. Dan jangan merasa paling benar (suci), lalu menyalahkan yang lain, apalagi memaksakan kehendak.
Dengan bijaksana seharusnya kita dalam praktik Dharma, sebab tanpa kebijaksanaan dalam tiap tindakan. Maka, manusia tak ubahnya seperti seekor binatang, artinya wujudnya saja manusia tapi batinnya dikuasai oleh sifat-sifat binatang.
Sementara kita disebut manusia yang sedang berusaha sekuat dan semampunya, untuk mengikis sifat-sifat binatang yang kadang sewaktu-waktu muncul tanpa kendali. Alasannya, kalau anda sudah merasa suci, lalu untuk apa menjadi itu dan ini, melakukan itu dan ini.
Empat Berkah: Umur Panjang, Warna kulit indah, Kebahagiaan dan kekuatan.
Akhirnya, umat yang gemar berdana kepada anggota Sanggha, dsb, akan mendapatkan berkah empat macam yang dikatakan oleh Buddha seperti; Umur panjang, kulit indah cemerlang, kebahagiaan, dan kekuatan atau kesehatan.
Ada istilah umum yang suka dikatakan: ‘Daripada tangan di bawah, lebih baik tangan di atas’. Artinya; Tangan di bawah adalah hanya menerima dana dari orang lain, sedangkan tangan di atas berarti memberikan dana kepada orang lain. Hasilnya bahwa orang yang hanya suka menerima dana berarti karma baiknya berkurang, sedangkan orang suka berdana berarti menanam karma baik yang akan segera berbuah empat berkah tersebut.
Intinya ialah tujuan kita sama, baik umat atau menjadi anggota Sanggha yaitu demi meraih kemajuan duniawi dan spiritual, seperti apa yang dicita-citakan oleh guru agung Buddha Gotama.
Semoga jawaban dan uraian singkat ini bermanfaat bagi semua umat, demi kemajuan menambah pengetahuan, akhirnya menimbulkan kebahagiaan bagi kita semua.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup bahagia. Sadhu.
Ven. Sudhammacaro.
serta FUNGSINYA “
From:
This sender is DomainKeys verified
"Suherjati Djony"
Add sender to Contacts
To:
"Bhikkhu Sudhammacaro"
Namo Buddhaya
Selamat pagi bhante....
Oh iya bhante, saya boleh bertanya khan ?
Saya sangat suka sekali berdana makanan ke sanggha, hanya kadang2 bingung caranya, karena kelihatannya beberapa tradisi berbeda caranya, saya takut salah atau cara pikir saya yg salah, mohon dikoreksi kalau salah ya bhante.
-Ada umat yg berlainan jenis (wanita) tdk boleh memberikan makanan atau sesuatu barang kepada bhikku secara langsung, harus menggunakan alat/alas misalkan kain, baki atau perantara umat yg sesama jenis dg bhikku-nya (lelaki).
Kalau di Mahayana/Tantrayana, umat yg berlainan jenis boleh memberikan secara langsung.
Kalau Theravada, tidak boleh langsung. Tapi beberapa minggu lalu, waktu ada beberapa bhikku dari Srilanka, pada waktu saya akan menyerahkan makanannya, saya menunggu bhante-nya menyodorkan kain atau apa. Ternyata bhantenya mengambil secara langsung, apakah memang begitu tradisi bhikkhu di Srilanka ?
-Pada waktu menyiapkan dana makan utk bhante, baik yg langsung ditata dimeja makan atau membantu pada saat menyiapkan makanan hasil pindapatta. Ada umat yg bilang: “Makanan utk bhante tdk boleh kena tangan?” Jadi, bagaimana pada saat mengeluarkan makanan kering (misl; kue, roti) dari pembungkusnya ke piring atau menyiapkan buah yang harus dikupas dulu, pasti akan kena tangan kan? Kan yg penting setelah makanan itu diserahkan ke bhikkhu, jangan tersentuh tangan lagi.
- Ada bhikku yg vegetarian dan tidak, ada yg makan telur dan tdk, di wihara sendiri juga sering menyiapkan makanan yg tdk vege. Bisaanya kalau ada beberapa bhikkhu yg berkunjung di wihara, saya akan bilang ke cici supaya kalau dia mau ikut berdana makan. Dia bisa ikut menyiapkannya dan bisaanya selalu disiapkan yg vegetarian tapi memakai telur. Karena cici saya tdk bisa ke wihara pagi2, jadi saya yg membawakannya sebelum berangkat kerja. Saya senang saja melakukannya krn hal itu salah satu cara saya mensupport sanggha, saya juga tdk perduli bhantenya mau dari sekte mana. Pokoknya ada kesempatan berbuat baik dan bisa melakukan pasti saya akan usahakan.
Pernah sekali, saya agak telat tiba krn naik angkot, umat2 sdh selesai memberikan dana makan, dan bhikku baru saja mulai membaca doanya. Pengurus wihara bilang tunggu dulu setelah bhante selesai membaca doanya baru di danakan makanannya.
Nah pada waktu akan menyerahkan makanan itu ada umat yg bilang ke umat lain, makanannya vege atau tdk, pakai telur tdk krn bhantenya vege dan tdk makan telur, tapi tdk dibilang apakah hanya seorang bhikku saja atau semua bhikku krn bhantenya dari Srilanka, Singapura dan Indonesia.
Dalam kondisi ini sebaiknya apa yg dilakukan? Karena waktu itu saya tetap mendanakannya ke bhante krn sudah terlanjur dan membantu cici yg sdh berniat utk berdana makan.
Karena dulu saya pernah ketemu bhikku dari luar juga, umatnya mendanakan makanan vege tapi plus daging bohong2an, bhante tetap menerima dana makan itu tanpa komentar apa2. Tapi pada waktu memakannya, hanya bhante tdk mencomot daging palsu itu dan hanya mengambil sayur2nya saja.
Mohon bimbingan bhante agar saya dapat lebih baik lagi, saya tdk ingin karena ketidak tahuan saya, akhirnya membuat para bhikku melanggar Winaya.
Anumodana ya bhante dan mohon maaf, pertanyaannya banyak sekali
Salam metta n be happy
Umat Setia
Tangerang.
JAWABAN dan URAIAN:
Manfaat berdana.
Tradisi pertama dari Buddha Gotama mengajarkan para bhikkhu agar tiap pagi kira-kira jam 06.00 pergi Pindapata (menerima dana makanan), berjalan kaki tanpa sandal dengan membawa Bowl (mangkuk makanan) untuk mencari dana makanan ke rumah-rumah umat di sekitar wihara. Pindapata disini, menurut Buddha Gotama tujuan sebenarnya untuk memberi kesempatan kepada umat agar mau belajar berdana dalam bentuk makanan. Adapun kebutuhan yang lain bisa diberikan dalam waktu yang lainnya.
Dengan tradisi Pindapata inilah kadang-kadang Buddha bisa menarik umat untuk datang ke wihara, lalu Buddha menyampaikan Dharma (ajaran-Nya) tentang manfaat berdana yang berbuah empat berkah yakni: Umur panjang, warna kulit indah cemerlang, kebahagiaan, dan kekuatan (kesehatan). Dalam bahasa Pali diucapkan seperti: Ayu, Wanna, Sukhang, Balang.
Setelah Buddha menjelaskan manfaat berdana secara luas hingga manfaatnya untuk jangka waktu kehidupan selanjutnya yaitu bisa terlahir di alam-alam bahagia seperti alam Surga para Dewa. Maka para umat berbondong-bondong mulai aktif berdana makanan, dsb, kepada para bhikkhu. Hingga ada diantaranya para Brahmana, dan keluarga kerajaan, sampai para Raja mengundang Buddha dengan para murid-Nya untuk makan di istana Raja. Tiap selesai makan Buddha selalu membalasnya dengan uaraian Dharma tentang pentingnya berdana. Akhirnya, banyak para Raja dan keluarganya, juga termasuk para Brahmana setelah mendengarkan uraian Dharma, diantaranya memohon Tisarana. Yang diartikan; Saya berlindung kepada Buddha, Dharma dan Ariya Sanggha, dalam bahasa Pali diucapkan seperti: Buddhang Saranang-Gacchami, Dhammang Saranang-Gacchami, Sangghang Saranang-Gacchami.
Dalam berbagai Sutta (ceramah), Buddha menerangkan secara luas dan mendalam manfaat berdana yang dianggap pintu gerbang utama menuju keberhasilan di segala bidang, baik duniawi maupun spiritual. Tak ada yang lebih baik praktik agama (Dharma) selain berdana (kemurahan hati-Cagga) bagi siapapun yang berkenan melakukannya, dengan ketulusan dan suka rela. Alasanya, karena berdana paling mudah dilakukan oleh siapa pun, termasuk anak kecil. Berdana juga secara analogi digambarkan oleh Buddha seperti anak tangga pertama, bagi pemula yang hendak naik tingkat selanjutnya. Begitu indahnya peran penting berdana dalam semua aspek kehidupan bagi tiap orang, amat menarik bila dikaji dan diajarkan kepada setiap orang, lalu dilakukan.
Contoh yang sederhana manfaat berdana ialah bila anda mengurus perijinan seperti KTP, Paspor, BPKB, SIM, dsb. Bahkan di segala urusan masyarakat umum, tanpa berdana anda akan mendapat kesulitan, selain dengan alasan berbelit dan memakan waktunya lama. Namun, begitu anda rela berdana sedikit uang tambahan saja, maka segala urusan akan segera beres dan lancar.
Tapi saat ini ada istilah baru ‘KKN’ yang dianggap kolusi, korupsi dan nepotisme, jadi anda diminta harus hati-hati bila mau berdana kepada aparat pemerintah. Yang semula tujuannya murni berdana dengan suka rela, tiba-tiba ditangkap Polisi atau KPK dan dituduh KKN, akhirnya anda celaka. Bukan empat berkah yang diperoleh tapi justru, anda diproses secara hukum dan disalahkan, buntutnya di bui.
Fungsi berdana.
Fungsi berdana menurut Buddha amat penting karena bisa membawa pengaruh menyeluruh dalam segi-segi kehidupan tiap orang yang mau melakukannya. Antara lain, Fungsi berdana ialah mampu mengikis keserakahan, kemelekatan terhadap harta kekayaan, bisa mengurangi egoistis, karena kepedulian. Fungsi berdana bisa meluluhkan kemarahan, kebencian dan dendam. Bila anda tidak percaya boleh coba buktikan, misalnya anda punya musuh atau orang yang benci dan tidak suka pada anda.
Cari kesempatan yang tepat, anda berdana memberikan hadiah berupa barang yang berharga, atau makanan kesukaannya pada orang tersebut. Secara langsung dan otomatis orang yang tadinya benci, marah dan dendamnya seketika akan sirna, akhirnya hatinya luluh. Yang semula musuh bisa sekejap berubah jadi teman yang baik hanya dengan berdana.
Selain Pindapata, umat kadang berdana jenis kebutuhan yang lain, misalnya makanan kering, sabun mandi/cuci, pasta gigi, sikat giti, dsb. Hal itu bisa dilakukan di waktu lain sore/siang hari. Bahkan di Indonesia hampir tiap hari umat berdana makanan datang langsung di berbagai wihara, hal ini bukan berarti para bhikkhu tidak mau pergi Pindapata. Namun, disebabkan berbagai alasan dan pertimbangan, yang dianggap tidak umum bila Pindapata dilakukan, dan dikhawatirkan akan mengundang masalah baru.
Fakta Muzizat dan Keajaiban Berdana.
Master Cheng Yen adalah bhiksuni dari Taiwan yang menjadi Pemimpin Yayasan Buddha Tzu Chi, awalnya beliau merasa terharu melihat umat yang sakit tapi kondisi ekonominya kurang mampu. Kejadian itu yang menginspirasi beliau untuk mulai mengumpulkan dana dengan celengan dari rumah ke rumah, hingga hasilnya bisa menolong orang sakit tersebut.
20 tahun kemudian, Yayasan Tzu Chi bisa membangun rumah sakit yang sangat megah dan terbesar di Asia serta bertaraf Internasional. Yayasan Tzu Chi dari hari ke hari menginspirasi tiap orang yang mau belajar berdana dengan celengan, cara daur ulang menjaga lingkungan, termasuk belajar dan praktik cinta-kasih serta kebijaksanaan universal.
Jangan salah, Yayasan Tzu Chi menyebar ke seluruh dunia karena tergugah dengan cara berdana dengan celengan, untuk mengubah hidup tiap orang. Menurut berita sudah 45-50 negara di dunia mengikuti jejak Yayasan Tzu Chi. Master Cheng Yen bukan orang sakti dan tidak memiliki kemampuan supranatural, namun kekuatan Dharma berdananya yang sederhana justru melampui kesaktian dan supranatural seperti anggapan banyak orang.
Saat ini, Yayasan Tzu Chi Indon bisa membangun sekolah gratis, rumah sakit, rumah susun bagi korban musibah, menolong operasi gratis seperti: Katarak, Busung, Gondok, wanita yang mau melahirkan tidak punya biaya gratis. Selain itu Yayasan Tzu Chi terkenal dengan ‘Bakti Sosial’ menolong korban bencana alam gempa bumi, tsunami di Aceh, membangun sekolah di Pesantren Parung Bogor, menolong korban musibah kebakaran dan penggusuran. Relawan Tzu Chi bertindak suka rela tanpa pamrih, inilah contoh fakta ‘Muzizat dan Keajaiban Berdana’.
Tradisi kebisaaan para bhikkhu/bhiksu/bhiksuni.
Para bhikkhu juga punya tradisi masing-masing dalam menerima dana dari umat. Seperti tradisi Thailand para bhikkhu saat menerima dana dari umat wanita dibiasakan menggunakan alas kain atau kertas. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi sentuhan langsung dengan anggota tubuh wanita. Tujuannya, demi menghindari pelanggaran Winaya Sangghadisesa, yang bila terjadi bhikkhu tersebut harus menerima hukuman yakni dipisahkan di satu tempat dari komunitas Sanggha.
Sedangkan Sangghadisesa, juga bilamana saat terjadi si bhikkhu dalam kondisi batinnya timbul hasrat birahi ketika menyentuh tubuh wanita tersebut. Bila si bhikkhu saat menyentuh tubuh wanita itu tidak sedang naik birahinya, maka tidak cukup syarat disebut melanggar Winaya Sangghadisesa. Jadi bila sudah tahu seluk beluk pelanggaran Winaya ini, diharapkan umat jangan secepat dan semudah memvonis para bhikkhu melanggar Winaya Sangghadisesa karena bersentuhan dengan wanita.
Lalu tradisi para bhikkhu di Negara Buddhis Therawada lain seperti; Myanmar, Srilanka, Kamboja, India, ada perbedaan kebisaaan. Misalnya para bhikkhu sudah bisaa menerima dana dari wanita secara langsung diterima oleh tangan, tanpa harus menggunakan alas kain dibawahnya, jadi tidak sama dengan tradisi di Thailand. Menurut mereka, yang penting saat menerima dana dari wanita para bhikkhu harus memegang barangnya, kalau diatas penampan yang dipegang penampannya. Jadi bukan tangan si wanita yang dipegang ketika memberikan dana barang atau makanan tersebut.
Tradisi para bhiksu/bhiksuni Mahayana juga punya kebisaaan lain lagi, misalnya seperti kalau makan harus bahannya vegetarian, yaitu makanan yang tanpa daging dan ikan (daging makhluk hidup). Sebagian malah ada yang tidak makan telur, bawang putih, bawang merah, dengan alasan mengandung zat hormone yang tinggi. Dan diiringi tekadnya Bodhisattwa demi mencapai tingkat Buddha tertinggi. Adapun soal menerima dana makanan dsb, dari wanita, mereka langsung menerima dengan tangan tanpa menggunakan alas kain dsb, seperti halnya tradisi para bhikkhu Myanmar, Srilanka, dsb.
Singkatnya, hanya tradisi para bhikkhu dari Thailand yang biasa menggunakan alas kain dsb, ketika menerima dana dari umat wanita, juga alisnya dicukur, bhikkhu dari Negara lain tidak demikian.
Gunakan kebijaksanaan dalam tiap tindakan.
Para umat yang berdana makanan dsb, sebaiknya mengikuti tradisi para bhikkhu/bhiksu/bhiksuni seperti apa yang biasa mereka lakukan. Andaikata tidak tahu dan kurang mengerti, lebih baik bertanya langsung kepada yang bersangkutan, bagaimana tradisi dan kebisaaan mereka. Dengan cara itu, berarti umat menghormati, dan mendukung keberadaan para bhikkhu/bhiksu/bhiksuni. Serta menjaga kelangsungan hidup mereka demi mencapai tujuan mulianya. Dengan demikian, kehidupan para anggota Sanggha dari manapun merasa nyaman, tenang, tentram, damai dan bahagia.
Jangan timbul pikiran negatif waktu mau berdana atau saat berdana maupun setelah berdana.
Karena pikiran negatif itulah yang bisa menghancurkan benih-benih kebaikkan yang anda lakukan. Pikiran negatif seperti; bhikkhu dari anggota Sanggha mana, aliran apa, apa bhikkhu liar atau bukan, apa ada berkahnya berdana kepada bhikkhu seperti itu? Andaikata anda ragu-ragu mau berdana, lebih baik jangan berdana, tunggu pikiran negatif anda lebur dan lenyap. Dengan cara mengingat hukum sebab akibat, bahwa berdana adalah sifat mulia yang harus aku lakukann untuk memperoleh berkah empat macam Dharma, seperti sabda Buddha.
Inilah manfaat dan fungsinya berdana yang saya uraikan secara sederhana, diambil dari berbagai buku pelajaran agama Buddha (Dharma). Tidak lain saya harapkan agar umat tidak saling menyalahkan, dan tidak merasa benar sendiri dalam praktik Dharma ajaran Buddha.
Demikian pula para anggota Sanggha saya menghimbau jangan suka memandang rendah satu sama lainnya. Dan jangan merasa paling benar (suci), lalu menyalahkan yang lain, apalagi memaksakan kehendak.
Dengan bijaksana seharusnya kita dalam praktik Dharma, sebab tanpa kebijaksanaan dalam tiap tindakan. Maka, manusia tak ubahnya seperti seekor binatang, artinya wujudnya saja manusia tapi batinnya dikuasai oleh sifat-sifat binatang.
Sementara kita disebut manusia yang sedang berusaha sekuat dan semampunya, untuk mengikis sifat-sifat binatang yang kadang sewaktu-waktu muncul tanpa kendali. Alasannya, kalau anda sudah merasa suci, lalu untuk apa menjadi itu dan ini, melakukan itu dan ini.
Empat Berkah: Umur Panjang, Warna kulit indah, Kebahagiaan dan kekuatan.
Akhirnya, umat yang gemar berdana kepada anggota Sanggha, dsb, akan mendapatkan berkah empat macam yang dikatakan oleh Buddha seperti; Umur panjang, kulit indah cemerlang, kebahagiaan, dan kekuatan atau kesehatan.
Ada istilah umum yang suka dikatakan: ‘Daripada tangan di bawah, lebih baik tangan di atas’. Artinya; Tangan di bawah adalah hanya menerima dana dari orang lain, sedangkan tangan di atas berarti memberikan dana kepada orang lain. Hasilnya bahwa orang yang hanya suka menerima dana berarti karma baiknya berkurang, sedangkan orang suka berdana berarti menanam karma baik yang akan segera berbuah empat berkah tersebut.
Intinya ialah tujuan kita sama, baik umat atau menjadi anggota Sanggha yaitu demi meraih kemajuan duniawi dan spiritual, seperti apa yang dicita-citakan oleh guru agung Buddha Gotama.
Semoga jawaban dan uraian singkat ini bermanfaat bagi semua umat, demi kemajuan menambah pengetahuan, akhirnya menimbulkan kebahagiaan bagi kita semua.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup bahagia. Sadhu.
Ven. Sudhammacaro.
Komentar