Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2010

“Romo pandita agama Buddha di Indon siapa yang mentahbiskan dan Sila-sila apa saja?”

Diskusi Dahrama facebook. Diskusi: Tanya; Hanya di Indon ada Romo pandita agama Buddha siapa yg mentahbiskan? Apa syaratnya? Sila-sila apa saja yg Romo pandita terima wktu ditahbiskan? Apa tugas d tanggung jawabnya? Temn2 tlg ks komen yg benar d berguna, sadhu. Jawab: Mohon maaf bhante tidak tahu, daripada salah lebih baik tidak menjawab. Umat boleh Tanya langsung kepada para Romo pandita bila bertemu, karena sudah banyak yang ditahbiskan jadi Romo pandita di Indon. Teman-teman terimakasih atas dedikasi dan komentarnya. 1.yg mentabiskan seorang pandita adalah anggota sangha.sedangkan sila yg hrs dijalani adalah dasa sila(10 sila).sadhu*3 2. Namo Buddhaya Bhante, klo soal siapa yang mentahbiskan saya kurang tau Bhante, tapi klo setau saya, tugas Romo pandita adalah memberikan penjelasan tentang agama Buddha kepada siapapun yang berminat baik dari Umat Buddha itu sendiri ataupun umat" dari agama lain, pokoknya siapapun dari agama maupun kalangan apapun, asalkan berminat romo pasti

“Syarat jadi Upasaka/sika dan tugas serta tanggung jawabnya”

DISKUSI DHARMA FACEBOOK. Diskusi: Tanya; Bhante apa ada syaratnya jadi Upa/upi? Apa ada tugas dan tanggung jawab sebagai Upa/upi, apa itu? Bagaimna kalau melanggar tugas dan tanggung jawabnya? Teman-teaman tolong kasih komentar yang benar dan berguna, sadhu. Jawab: Syarat menjadi Upasaka/sika ialah harus belajar dasar-dasar agama Buddha terlebih dulu. Hingga calon Upasaka/sika sudah memiliki pengetahuan dasar agama Buddha dengan benar. Hal ini penting, untuk pondamen dan pedoman hidupnya. Bisa diibaratkan seorang guru yang mau mengajar atau memberitahu kepada orang lain, bila ditanya tentang ajaran Buddha. Dengan memiliki pengetahuan benar tentang ajaran Buddha, maka calon Upasaka/sika tidak akan salah dalam menjawab pertanyaan tentang ajaran Buddha. Selain itu, memiliki pengetahuan benar tentang ajaran Buddha akan menjadi Keyakinan yang benar kepada Buddha, Dharma dan Ariya Sanggha, dan tidak mudah goyah. Syarat lain untuk menjadi Upasaka/sika dengan sukarela, secara sadar tanpa dimin

“Perbedaan Orang Awam, Umat Buddha, Upasaka/sika”

DISKUSI DHARMA FACEBOOK. Diskusi: Tanya; Bhante orang awam yang suka ikut puja-bakti di wihara. Apa bedanya dengan umat yang disebut Umat Buddha.Upasaka/sika apa artinya kenapa disebut seperti itu? Bagaimna caranya jadi Upa/Upi. Teman-teman tolong kasih komen yang benar dan berguna,sadhu. Jawab: Orang awam yang suka ikut puja-bakti ialah orang yang tidak suka mempelajari ajaran Buddha, dia hanya ikut-ikutan saja. Umat Buddha ialah orang yang suka ikut puja-bakti dan suka mempelajari ajaran Buddha, tapi belum ditahbiskan jadi Upasaka/sika. Upasaka/sika ialah orang yang suka ikut puja-bakti dan suka mempelajari ajaran Buddha, dan sudah ditahbiskan jadi Upasaka/sika oleh bhikkhu/bhante. Cara menjadi Upasaka/sika ialah memohon sendiri kepada bhikkhu/bhante untuk ditahbiskan menjadi Upasaka/sika. Dalam tradisi Mahayana sebelum ditahbiskan menjadi Upasaka/sika harus ditahbiskan dulu sebagai Tisarana. Setelah ditahbiskan lalu diberi nama Buddhis dan kartu (mirip KTP) Upa/upi oleh bhikkhu/bhan

“ZAMAN ‘KACAU-BALAU’ MUDAH MELIHAT KESALAHAN ORANG LAIN”

DISKUSI DHARMA FACEBOOK. Diskusi: Tanya; Bhante, mengapa melihat kesalahan orang lain sangat mudah, tetapi melihat kekurangan dan kesalahan diri sendiri sulit? Bagaimana cara mengatasinya.Teman-teman tolong kasih komen yang benar dan berguna, sadhu. Jawab: Manusia punya bakat alami keahlian untuk melihat dan menilai kesalahan dan kekurangan orang lain. Seperti halnya penonton bola yang suka sumpah serapah terhadap pemain bola. Padahal, pemain bolanya sudah mati-matian bermain bola dengan trik dan tak-tik hasil latihannya. Andaikata tidak demikian dunia akan sepi. Adanya; Pertengkaran, perselisihan, rebutan segala hal, dan perang pembantaian manusia tidak lain akarnya dari sebab manusia sukanya jadi ‘Penonton’, tidak suka jadi Pemain. Untuk mengatasinya; Kita harus jadi ‘Pemain’ dalam hidup ini. Artinya; Anda hidup dimana pun jangan suka jadi ‘Penonton’, yang suka melihat dan menilai kesalahan dan kekurangan orang lain. Namun, seperti yang diajarkan oleh Buddha bahwa sungguh lebih baik

“Bisnis dengan pakai Penglaris memuja makhluk halus”

DISKUSI DHARMA FACEBOOK. Diskusi: Tanya; Bhante orang yg berdagang pakai 'penglaris', yg memuja makhluk halus dgn cara tumbal,ada yg memuja dgn sesajen. Ada yg tidak memuja,tapi pergi ke org 'pintar',seperti jimat atau mantra.Menurut bhante,hal2 seperti itu benar2 ada? Makhluk halus dpt memberi rejeki.mantra dpt mendatangkan rejeki?blhkah cra itu? Temn2 tlg ks komen yg benar d berguna, sadhu. Jawab: Saat ini zaman “Kacau Balau”, yang ada dimana-mana Kacau. Artinya Hidup selalu bersaing ketat dengan sesama dalam mencari uang (nafkah), popularitas, kedudukan (jabatan), dan wanita. Jadi, banyak orang ingin sukses, hidup enak dan senang sendiri, tak peduli hukum karma, dsb. Akhirnya segala cara dihalalkan. Kalau orang menggunakan penglaris dengan memuja dan memohon makhluk halus agar membantu. Pasti ada konsekuensinya (akibatnya), misalnya sama seperti anda punya pegawai, yang harus digaji sebagai upahnya. Makhluk halus upahnya bukan uang, tapi minta korban anak bayi, ana

“Apa boleh pelihara hewan, Karma Buruknya apa menurut ajaran Buddha?”

DISKUSI DHARMA FACEBOOK. Diskusi: Tanya; Bhante, mengenai peliharaan spt ikan, kura2, anjing, memang di ajaran Buddha mengajarkan qt untuk membebaskan makhluk hidup ke alam bebas tp gmn klo qt pelihara Anjing, apakah termasuk salah, ikan jika tdk ada habitat yg bs lepaskan itu gmn spt ikan arwana ato ikan mas koki, kura2 yang tdk ada habitat u/ melepaskannya spt kura2 jenis brazil ato lainnya yg bkn habitatnya di jakarta yg jarang ada Hutan, tp jika qt merawat mrk dgn baik apakah termasuk karma buruk bagi qt sendiri jg.Tolong beli penjelasan Bhante... Sadhu3. Jawab: Memelihara hewan seperti; ikan, anjing, burung, dsb. Menurut ajaran Buddha tidak baik. Segala sesuatu yang awalnya tidak baik, pasti berakibat merugikan, alasannya membuat penderitaan pihak lain dalam hal ini hewan. Menurut Buddha; Hewan itu juga makhluk hidup yang butuh hidup bebas seperti halnya manusia (kita). Buddha selalu menekankan tentang sebab akibat, artinya kalau anda berbuat atau bertindak kepada orang lain atau