GERHANA MATAHAR TOTAL HASILKAN PULUHAN RISET | Tempo Teknologi. TEMPO.CO, Bandung - Peristiwa gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016 menghasilkan sekitar 30 riset dan kajian. Hasil riset dan kajian itu disampaikan para peneliti dalam acara International Symposium on Sun, Earth, and Life (ISSEL) di aula timur ITB, Jumat hingga Sabtu, 3-4 Juni 2016.
Direktur Observatorium Bosscha Lembang Mahasena Putra
mengatakan ragam riset gerhana itu bermacam-macam. “Memang peneliti sukanya
riset yang masih jadi pertanyaan, ada yang baru, atau melengkapi riset
sebelumnya,” katanya kepada Tempo di sela acara.
Dari judul makalah yang diajukan, paparan pembicara utama, termasuk berbentuk poster, tercatat ada lebih dari 30 penelitian yang berkaitan dengan gerhana matahari total 2016. Penelitinya berasal dari perguruan tinggi dan lembaga pemerintah, seperti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Penelitian gerhana matahari total di antaranya dikaitkan dengan perilaku harian tumbuhan dan hewan, gravitasi atau daya tarik bumi, meteorologi, kondisi korona matahari, serta kawah bulan. Selain itu, ada kajian di bidang sosial, seperti pendidikan tentang kejadian gerhana dan pemahaman publik di Palembang dari berita gerhana.
“Yang terhitung riset baru ialah yang berkaitan dengan perilaku bekantan saat gerhana,” kata Mahasena. Penelitian itu dilakukan tim mahasiswi Biologi Universitas Padjadjaran.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyelenggarakan International Symposium on Sun, Earth, and Life (ISSEL).
Pertemuan ilmiah itu mewadahi para ilmuwan berbagi dan berdiskusi tentang hasil penelitian mereka mengenai bumi, matahari, dan pengaruhnya terhadap kehidupan, khususnya yang berkaitan dengan peristiwa gerhana matahari total pada 9 Maret 2016. Diskusi juga membuka kesempatan bagi para ilmuwan untuk berkolaborasi dan melakukan penelitian lanjutan yang bersifat interdisiplin dan multidisiplin.
Pada simposium itu, Lapan memaparkan pembangunan observatorium atau pusat pengamatan benda langit di Kupang, Nusa Tenggara Timur, untuk menambah fungsi Observatorium Bosscha, Lembang. Rencananya, observatorium dibangun pada 2017-2019. Area baru itu nantinya perlu diamankan dari polusi cahaya.
Dari judul makalah yang diajukan, paparan pembicara utama, termasuk berbentuk poster, tercatat ada lebih dari 30 penelitian yang berkaitan dengan gerhana matahari total 2016. Penelitinya berasal dari perguruan tinggi dan lembaga pemerintah, seperti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Penelitian gerhana matahari total di antaranya dikaitkan dengan perilaku harian tumbuhan dan hewan, gravitasi atau daya tarik bumi, meteorologi, kondisi korona matahari, serta kawah bulan. Selain itu, ada kajian di bidang sosial, seperti pendidikan tentang kejadian gerhana dan pemahaman publik di Palembang dari berita gerhana.
“Yang terhitung riset baru ialah yang berkaitan dengan perilaku bekantan saat gerhana,” kata Mahasena. Penelitian itu dilakukan tim mahasiswi Biologi Universitas Padjadjaran.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyelenggarakan International Symposium on Sun, Earth, and Life (ISSEL).
Pertemuan ilmiah itu mewadahi para ilmuwan berbagi dan berdiskusi tentang hasil penelitian mereka mengenai bumi, matahari, dan pengaruhnya terhadap kehidupan, khususnya yang berkaitan dengan peristiwa gerhana matahari total pada 9 Maret 2016. Diskusi juga membuka kesempatan bagi para ilmuwan untuk berkolaborasi dan melakukan penelitian lanjutan yang bersifat interdisiplin dan multidisiplin.
Pada simposium itu, Lapan memaparkan pembangunan observatorium atau pusat pengamatan benda langit di Kupang, Nusa Tenggara Timur, untuk menambah fungsi Observatorium Bosscha, Lembang. Rencananya, observatorium dibangun pada 2017-2019. Area baru itu nantinya perlu diamankan dari polusi cahaya.
ANWAR SISWADI
Komentar