DHAMMAPADA adalah Syair2 Indah “NASIHAT Kehidupan” Ajaran Buddha yg Penuh Makna, yg Isinya amat dalam, luas menakjubkan dan msh Tetap RELEVAN utk men-Jawab Tantangan Zaman di-Era Digital dan Globalisasi sekalipun hingga saat ini smp selamanya. DHAMMAPADA Ajaran Buddha mem-Bahas Arti Orang Suci dan Cara utk men-Capainya, mengupas arti Orang Bijaksana, mengupas Tuntas soal Cinta-Kasih & Tujuan Hidup Akhir yg ber-Beda dg Agama2 di Dunia, dan msh Banyak lagi sungguh Lengkap Sempurna Ajaran Buddha. DHAMMAPADA Ajaran Buddha Menembus Batas bagi Umat Tanpa Memandang Agama, Tradisi- Adat Budaya, Ras-Keturunan, dsb. Silahkan di-Pelajari, di-Bahas, di-Kupas Tuntas utk Menambah Pengetahuan dan Membuka Wawasan lbh Luas Bebas demi Kemajuan Batin me-Raih Kebahagiaan- Kesejahteraan dan ke-Damaian Umat Manusia di Dunia dan Akhirat. Semoga ber-Guna membawa manfaat bagi anda yg berkenan menyimak, terimakasih. Semoga semua makhluk hidup bahagia, sadhu. Salam Pengamat Hukum “KETOPRAK JAWA” Sumber: Media Online.
Dhammapada
Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagian
dari serial
Agama Buddha |
|
Konsep ajaran agama
Buddha
Empat Kesunyataan Mulia Delapan Jalan Utama Pancasila · Tuhan Nirvana · Tri Ratna |
|
Ajaran inti
Tiga Corak Umum Samsara · Kelahiran kembali · Sunyata Paticcasamuppada · Karma |
|
Tokoh penting
Siddharta Gautama Siswa utama · Keluarga |
|
Tingkat-tingkat Pencerahan
Buddha · Bodhisattva Empat Tingkat Pencerahan Meditasi |
|
Wilayah agama
Buddha
Asia Tenggara · Asia Timur Tibet · India dan Asia Tengah Indonesia · Barat |
|
Dhammapada (bahasa Pali) atau Dharmapada (bahasa Sanskerta) merupakan salah satu kitab
suci Agama Buddha dari
bagian Khuddaka Nikāya,
yang merupakan salah satu bagian dari Sutta Pitaka. Dhammapada terdiri dari 26 vagga (bab) atau 423 bait.
Daftar isi
YAMAKA VAGGA [sunting | sunting sumber]
Bab pertama ini berisikan Syair-syair Kembar, terdiri
atas dua puluh ayat sebagai berikut.
·
Segala
perbuatan buruk didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan
oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran tidak suci,
penderitaan pun akan mengikuti, seperti roda pedati mengikuti jejak kaki lembu
yang menariknya. (1)
·
Segala
perbuatan baik didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan
oleh pikiran. Bila sesseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran suci,
kebahagiaan pun akan mengikuti, seperti bayang-banyang tak pernah meninggalkan
dirinya. (2)
·
"Ia
menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkanku, ia merampas milikku," -
kebencian dalam diri mereka yang diracuni pikiran-pikiran seperti itu, tak akan
pernah berakhir. (3)
·
"Ia
menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkankanku, ia merampas milikku," -
kebencian dalam diri mereka yang telah bebas dari pikiran-pikiran seperti itu,
akan segera berakhir. (4)
·
Kebencian
tak dapat dipadamkan dengan kebencian. Hanya sikap tidak membenci yang dapat
mengakhirinya. Inilah hukum yang abadi. (5)
·
Banyak
orang tidak menyadari, bahwa dalam permusuhan mereka akan binasa. Bagi yang
telah sadar, segala permusuhan pun segera diakhiri. (6)
·
Mara
menjerat orang yang hidupnya hanya mencari kesenangan, indra-indrianya
tak terkendali, makan berlebihan, bermalas-malas, dan lemah hati, seperti angin
yang menumbangkan pohon yang lapuk. (7)
·
Mara tak
berdaya menjerat orang yang pikirannya tidak terikat oleh
kesenangan-kesenangan, indria-indrianya terkuasai, makannya sederhana, penuh
keyakinan, dan tekun merenungkan "ketidaksucian", seperti angin tak
mampu menggoyahkan sebuah gunung batu. (8)
·
Orang yang
belum terbebas dari noda, yang tak mampu mengendalikan diri, dan tidak mengerti
kebenaran, tidaklah layak mengenakan jubah kuning. (9)
·
Sesungguhnya
ia yang telah membuang segala noda, berkelakuan baik, diberkahi pengendalian
diri dan kebenaran, yang layak mengenakan jubah kuning. (10)
·
Mereka
yang membayangkan ketidakbenaran sebagai Kebenaran, dan menganggap Kebenaran
sebagai ketidakbenaran,-mendasarkan dirinya pada pikiran keliru dan tak pernah
dapat melihat Kesunyataan.
(11)
·
Tapi mereka
yang mengetahui Kebenaran sebagai Kebenaran, dan ketidakbenaran sebagai
ketidakbenaran,-mendasarkan dirinya pada pikiran benar sehingga dapat melihat
Kesunyataan. (12)
·
Seperti
hujan menembus rumah beratap tipis, begitulah nafsu dengan mudah merasuk ke
dalam pikiran yang tidak terlatih. (13)
·
Seperti
hujan tidak dapat menembus rumah beratap kuat, begitulah nafsu tak kuasa
merasuk ke dalam pikiran yang terlatih. (14)
·
Di sini ia
menderita, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kejahatan menderita di kedua
alam, dan merana melihat hasil perbuatan buruknya. (15)
·
Di sini ia
berbahagia, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kebajikan berbahagia di
kedua alam, terlebih lagi setelah melihat hasil perbuatan baiknya. (16)
·
Di sini ia
bersedih, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kejahatanbersedih hati di
kedua alam. Ia bersedih mengingat kejahatan yang telah dilakukannya, terlebih
lagi setelah jatuh ke dalam penderitaan. (17)
·
Di sini ia
bergembira, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kebajikan bergembira di
kedua alam. Ia bergembira mengingat kebajikan yang telah dilakukannya, terlebih
lagi setelah mengecap kebahagiaan. (18)
·
Orang yang
meskipun banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, seperti
gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak akan beroleh manfaat
Kehidupan suci. (19)
·
Orang yang
meskipun sedikit membaca kitab suci, tapi berbuat sesuai Ajaran, menyingkirkan
nafsu, kebencian, dan kebodohan, memiliki Pengetahuan benar, batin yang bebas,
dan tidak terikat pada kehidupan sekarang maupun yang akan datang; akan beroleh
manfaat Kehidupan suci. (20)
APPAMADA
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Berisikan sabda-sabda Buddha
Gotama tentang Kesadaran.
CITTA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Bab ini berisikan kotbah Buddha tentang Pikiran.
PUPHA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Pupha Vagga membahas tentang Bunga-bunga.
BALA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Bab tersebut berisi syair Orang-orang Dungu.
PANDITA
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Bab keenam ini berisi tentang Orang Bijaksana.
ARAHANTA
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Bab Arahanta Vagga berisi bait Arahat.
SAHASSA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Sahassa Vagga juga dikenal membahas topik Beribu-ribu.
PAPA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Papa Vagga memaparkan tentang Kejahatan.
DANDA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Bab kesepuluh ini berisi bait Hukuman.
JARA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Topik Usia
Tua dibahas dalam bab
tersebut.
ATTA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Bait mengenai Diri Sendiri tertulis dalam bab ini.
LOKA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Loka Vagga membahas tentang Dunia.
BUDDHA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Bait-bait tentang Buddha terdapat dalam bab keenam-belas ini.
SUKHA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Ayat-ayat Kebahagiaan terangkum dalam Sukha Vagga.
PIYA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Piya Vagga berisikan ayat-ayat Cinta Kasih.
KODHA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Vagga ini membahas tentang Kemarahan.
MALA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Mala Vagga berisi ayat Noda-noda.
DHAMMATTHA
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Topik mengenai Orang Adil terdapat dalam bab ini.
MAGGA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Ayat Sang
Jalan tertulis dalam Magga
Vagga.
PAKINNAKA
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Pakinnaka Vagga merangkum ayat Bunga Rampai.
NIRAYA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Pembahasan Neraka terdapat dalam vagga tersebut.
NAGA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Naga Vagga berisi tentang Syair-syair Gajah.
TANHA
VAGGA [sunting | sunting sumber]
Nafsu Keinginan diulas dalam Tanha Vagga.
BHIKKHU
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Vagga kedua-puluh-lima ini berisi tentang Bhkikkhu atau Pertapa.
BRAHMANA
VAGGA [sunting | sunting
sumber]
Bab terakhir Dhammapada ini mengulas topik Brahmana.
Komentar