“ ATTHASILA TDK BOLEHKAH PAKAI KOSMETIK KE KANTOR “
DISKUSI DHARMA FACEBOOK.
Seri ke-2.
Diskusi Dharma; Tanya: Bhante, Namo Buddhaya, saya mau menanyakan masalah Athasila pada sila ke 7. tidak boleh memakai kosmetik atau mendengarkan music. Bhante, bagaimana jika kita bekerja di kantor, padahal kita ingin melatih Athasila? apakah maksud d tujuan dr Athasila semua itu? Apa kita tidak boleh berlebihan atau tidak sama sekali? Mohon masukan dari bhante,terima kasih. Teman2 tlg ks koment yg benar dan berguna, sadhu.
MUSIK ADALAH ENERGI (CHI) UNIVERSAL.
Musik adalah Aliran Energi yg Universal, Musik bukan hanya ada di dunia saja, bahkan Musik masuk ke Alam Dewa (Surga) baca didlm Sutta2 (Sutra2). Sebab itu, musik tak pernah MATI, musik tak ada matinya dan Musik tak pernah Mati.
Fakta: Musik Energi Universal ialah ketika pertapa Gotama (calon Buddha) sedang bertapa dan meditasi secara EKSTRIM di bawah pohon Bodhi, hingga hampir mati tak mencapai apa yg di-cita2 kan.
Tiba2 para Dewa mengalunkan Musik yg berisi Dharma; Jika Senar Gitar ini terlalu Tegang, maka akan Putus (Mati), Sebaliknya, bila Senar Gitar ini terlalu Kendur,maka suaranya tdk enak terdengar (kacau).
Pertapa Gotama (calon Buddha) MENDENGARKAN MUSIK tsb (para Dewa), lalu timbul KESADARAN UTUHNYA (KEBIJAKSANAAN). Kemudian, Beliau mengubah cara bertapa dan Meditasinya.
Akhirnya, setelah MENDENGARKAN MUSIK tsb, Pertapa Gotama mencapai cita2 Nya menjadi BUDDHA artinya KESADARAN SEMPURNA.
DENGAN DASAR INILAH BUDDHA TDK MELARANG MENDENGAR MUSIK, TAPI TDK BOLEH MAIN MUSIK.
Pandangan Sempurna Buddha sungguh Dahsyat dan LuarBiasa, yg dapat memandang jauh ke depan.
Buktinya, saat ini hampir semua Negara Buddhis memproduksi MUSIK DHARMA, yaitu PARITTA KARANIYA-METTA- SUTTA, MANGGALA SUTTA, RATANA-SUTTA, JAYAMANGGALA-GATHA, JINAPANJARA, dsb. Semua Liam-Keng diiringi Alunan Musik, Mantra Tantrayana (Wajrayana) juga diringi Musik.
Hingga Alm.bhante Girirakkhita pun ikut2an menciptakan Lagu2 Budhhis, yg sampai saat ini masih terkenal, bila kita mendengar lagu2 tsb, kita ingat kpd jasa baiknya Alm. bhante Girirakkhita.
Dari banyak para Peneliti menyatakan; ternyata Musik bisa Melembutkan Hati dan Pikiran yg Tegang. Musik bisa membawa Kedamaian Batin, Musik dapat menjadi TERAPI OTAK DAN SARAF YG TEGANG.
Saat orang sedang EMOSI bisa sembuh seketika bila MENDENGAR MUSIK. Musik dpt membawa Pesan Cinta, Ungkapan hati yg Gembira, Bahagia, Sedih, dsb.
Prof.Dr. Hiromi Shinya dari Jepang, seorang dokter kelas dunia Spesial ahli Enzim dan Mikroba dalam bukunya menulis: 7 Tips Panjang Umur antara lain; Berbahagialah, Tertawalah, Menyanyilah (mendengar Musik).
Inilah satu Alasan Buddha tdk melarang MENDENGAR MUSIK, tapi tdk blh MAIN MUSIK.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna.
Menurut saya, kita semua (Bhante2, Romo2 Pandita, Upasaka/sika, dan umat Buddha biasa) sedang berusaha melatih diri untuk menjadi lebih baik, dan kalau bisa mencapai tingkat2 kesucian di dlm hidup ini. Tapi tidak semua orang bisa diberi latihan yg kadang kala tidak dapat dijalankan dgn baik, mungkin orang tsb masih belum terlalu siap mental dan fisiknya. Karena apabila dipaksakan malah akan membuat orang tersebut menjadi sakit, stres, dsb.
Saya yakin bhw Guru Buddha TIDAK PERNAH MEMBUAT ATURAN YG DAPAT MEMBUAT UMAT YG BELIAU KASIHI MENJADI MENDERITA (SEPERTI TIDAK BOLEH DENGAR MUSIK, MAIN MUSIK, ATTHASILA, MENJADI BIKKHU, DSB) YANG GURU BUDDHA MAKSUD ADALAH AMBILLAH LATIHAN2 YG KITA BISA JALANKAN, SETAHAP DEMI SETAHAP SAMPAI KITA MAMPU MENJALANKAN LATIHAN2 YG LEBIH TINGGI,
HINGGA TERCAPAI TUJUAN UTAMA, MENCAPAI NIBBANA. Saran saya, seandainya kita masih belum mampu menjalankan latihan yg terlalu ekstrem, maka lebih baik jalankan saja latihan yg bisa kita lakukan, karena pada intinya yg terpenting KITA TIDAK BERBUAT JAHAT, SELALU MENAMBAH KEBAIKAN, DAN MENYUCIKAN PIKIRAN DR HAL2 YG TIDAK BAIK. ITULAH AJARAN GURU BUDDHA YG SEJATI! TERIMA KASIH!
Namobudhaya, salam buat semua...maaf sy adalah seorg buddhis yg tidak byk memahami arti2 dalam sila2 ajaran Buddhis, tp sy selalu belajar memahami kehidupan ini yg logika krna sy merasa agama Buddha adalah ajarannya sgt logika utk dipahami.... jd menurut sy adalah Buddha mengajarin kita utk menghindari kosmetik itu karna klau dipandang dari sisi logika kosmetik byk terbuat dari bhn kimia sehingga tdk baik buat tubuh kita. byk anak2 skrg dengan sendirinya bs membaca paritta dgn nyanyian krn mereka sering mendengar paritta dlm bentuk iringan musik, klau music itu digunakan secara positif apa itu bertentangan dgn sila? klau music kita dengarnya di discotic mgkn itu bertentangan sy setuju. maaf bhante klau pendapat sy tdk sesuia dengan pendapat bhante atau teman lainnya. omithofo semoga semua mahluk berbahagia.
1. manfaat Sila ke 7.....kita berusaha mengurangi ke-aku-an, yaitu dengan memakainya pada waktu-waktu tertentu saja, maka hal tersebut sesungguhnya merupakan suatu cara untuk melatih kesabaran. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berarti bahwa kita
sebagai umat Buddha tidak boleh menggunakan wang i- wangian/perhiasan,tidak boleh bersenang-senang/bermewah-mewahan. Disini kita perlu menyadari bahwa setiap keinginan yang muncul harus dilaksanakan. Kadang-kadang ada keinginan yang harus kita tunda pelaksanaanya. Inilah yang disebut dengan melatih kesabaran.
2. secara Dhamma, Manfaat sila Ke 7 sesungguhnya hal tersebut melatih kita untuk berusaha melihat kenyataan bagaimana keadaan kita seandainya tanpa semua itu? Karena latihan sila itu berarti kita belajar seandainya barangnya ada(seperti wangi-wangian, perhiasan, dll.) tetapi kita tidak menggunakan, bagaimana perasaan kita? Sehingga apabila pada suatu ketika betul-betul tidak ada, kita tetap bisa tenang.
Misalnya suatu ketika saudara sedang ujian. Kalau saudara biasa memuaskan nafsu, apa saja yang diinginkan selalu saudara turuti maka apabila saat ujian, isi pulpen saudara habis, apa yang terjadi? Saudara bisa ngomel-ngomel dan pulpennya dibanting sehingga semua peserta yang ada di ruang ujian bisa geger semua.
Tetapi kalau saudara sudah biasa mengendalikan diri; pulpen saudara habis isinya mungkin cuma saudara pandang sebentar lalu dengan tenang saudara bisa meminjam pada teman saudara. Seandainya teman saudara itu tidak mau meminjam pulpennya, saudara juga tidak akan ngomel-ngomel. Mungkin saudara akan meminjam lagi dari teman yang lain. Tetap tenang dan tidak marah-marah.
3. Manfaat SILA ITU BESAR SEKALI...INI dia jawabannya apa manfaat melatih sila seperti tertulis dalama MAHA PARINIBANNA SUTTA :1. menyebabkan seseorang memiliki banyak harta, 2. Mendatangkan Nama Baik, 3.Menimbulkan Percaya Diri dalam bergaul dengan berbagai Golongan Manusia. 4. Memberikan Ketenangan saat Menghadapi Kematian. 5.Setelah meninggal akan terlahir di Alam Surga. Semoga jawaban ini bisa memberikan jawaban mengapa kita harus melatih SILA.
4. YM Bhante Sudhammacaro:
Pertapa Gotama (calon Buddha) MENDENGARKAN MUSIK tsb (para Dewa), lalu timbul KESADARAN UTUHNYA (KEBIJAKSANAAN). Kemudian, Beliau mengubah cara bertapa dan Meditasinya.
Akhirnya, setelah MENDENGARKAN MUSIK tsb, Pertapa Gotama mencapai cita2 Nya menjadi BUDDHA artinya KESADARAN SEMPURNA.
DENGAN DASAR INILAH BUDDHA TDK MELARANG MENDENGAR MUSIK, TAPI TDK BOLEH MAIN MUSIK.
Saya:
Dalam Samma avijja, maka Musik emang tidak terlarang dan emang boleh dimainkan. Namun ketika ia melatih diri, maka tergantung apa yg dilatih.
Ketika ia melatih:
1. Ajivatthamakasila = samma avija = Penghidupan benar..maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..tidaklah keliru.
2. Lima sila [varita sila = aturan menghindari, yaitu 4 yg di hindari utk tidak (membunuh, mencuri, berbohong, dan makan/minum yg memabukan) + carita sila [yg melibatkan tindakan tertentu], Sila ke-3, Pengendalian Indera2 dari tindakan tidak patut ato bahkan sekalian menjadi varita sila [abrahmacariya, tidak melakukan hub seks samasekali]..maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..tidaklah keliru.
3. Delapan sila: Atta sila:
4 varita sila + sila ke-3, menjadi abrahmacariya + 3 pengendalian indera2, menjadi menghindari yaitu makan sebelum tengah hari, menikmati hiburan (termasuk mempercantik diri) + tidak menggunakan tempat tidur yg tinggi = total 4, sehingga carita sila berubah menjadi 8 varita sila [aturan menghindari], Maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..menjadi bermasalah tentunya.
Aturan carita yg berubah menjadi 4 varita jika dilanggar tetep tidak mengakibatkan terlahir di alam rendah NAMUN Yg pasti anda telah MELANGGAR sila ke-4 yaitu menyatakan hal yg tidak benar, karena tidak memenuhi Janji. Pelanggaran varita sila jelas berpotensi besar jatuh ke alam apaya.
Itulah sebabnya, jika Bhikku melanggar itu maka telah melakukan pelanggaran BERAT
Pelaksanaan carita sila hanya dapat dilaksanakan jika seseorang memiliki keyakinan dan usaha. Yakin bahwa akibat baik akan mengikuti perbuatan baik dari praktik moralitas, dan usaha terus menerus menjalankan sila dengan keyakinannya.
Abrahmacariyaka sila: 1) Tidak membunuh, 2) mencuri, 3) mengendalikan indriya dari perbuatan yg salah [ato mo diganti jadi tidak melakukan hub seks], 4) Tidak berkata bohong, 5) Tidak berkata kasar, 6)Tidak menghina 7) tidak bergosip dan 8) Ajivatthamakasila, tidak berpenghidupan yang salah [miccha avija]..maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..tidaklah keliru. juga bermabuk2kan tidak lah keliru!
5. 10 sila: 8 sila + tidak menggunakan emas/perak pada waktu2 tertentu.
Kutipan dari RAPB Sehubungan dengan sila:
Sikkhàpada Vibhaïga dari Sammohavinodanã menyebutkan:
“Gahaññhà yaÿ yaÿ vitikkamanti, taÿ tadeva khandhaÿ hoti bhijjati, avasesaÿ na bhijjati, kasmà gahaññhà hi anibaddhasilà honti, yam yam sakkonti,tam tadeva gopenti”
Setelah mengambil sila; jika seorang umat awam melanggar salah satu sãla, hanya sila itu yang menjadi cacat; sila lainnya tidak menjadi cacat.
Karena bagi umat awam, tidak ada sila wajib yang harus dilaksanakan secara permanen seperti halnya sàmanera. Dari Lima Sila, mereka boleh melaksanakan yang mana pun yang mampu mereka laksanakan; satu, dua atau tiga, namun tidak harus seluruhnya.
Kita tidak boleh mengatakan bahwa karena mereka hanya melaksanakan sebagian dan bukan Lima Sila secara lengkap, maka itu berarti tidak melaksanakan sila dan mereka tidak akan mendapatkan jasa apa pun.”
Harus dimengerti bahwa meskipun umat awam tidak dapat melaksanakan keseluruhan Lima Sila, tetapi hanya sebanyak yang mereka mampu, mereka tetap akan memperoleh jasa dan sila mereka tetap benar. Sehubungan dengan hal ini, Komentar Pañisambhidàmagga menjelaskan tentang pariyanta pàrisuddhi sila (Moralitas ini dijelaskan secara lengkap pada bagian moralitas dalam kelompok lima).
Terdapat dua jenis batasan sehubungan dengan sila, yaitu, batasan terhadap jumlah sila yang dilaksanakan dan batasan waktu pelaksanaan. Umat awam dapat melaksanakan satu sila, dua, tiga, empat, lima, delapan atau Sepuluh Sila. Tetapi para sàmanera dan sàmaneri harus melaksanakan Sepuluh Sila secara keseluruhan.
Ini adalah batasan jumlah sila yang dilaksanakan.
Makna penting di sini:
Jika umat awam melaksanakan satu dua, tiga, empat, lima, delapan, atau sepuluh sila dan melaksanakannya dengan benar, maka moralitasnya akan menjadi sikkhàpada pariyanta pàrisuddhi sila, yang murni dengan batasan dalam jumlah sila.
Oleh karena itu, meskipun dalam praktiknya seseorang tidak mengucapkan janji untuk melaksanakan satu, dua, tiga, atau empat, tetapi seluruh Lima Sila, adalah wajib untuk dilaksanakan seluruhnya.
Jika mereka mampu melaksanakan hanya satu sila, maka mereka harus melaksanakan sila itu. Jika mereka mampu melaksanakan hanya dua sila, maka mereka harus melaksanakan kedua sila itu; dan seterusnya.
Akan muncul pertanyaan jika umat awam berhak melaksanakan berapa pun jumlah sila yang mereka inginkan, mengapa Lima Sila itu dinyatakan dalam Visuddhimagga sebagai:
‘Upàsakopàsikànaÿ niccasãlavasena pa¤¤ca sikkhàpadàni?’
Jawabannya adalah bahwa Komentar itu di sini ditujukan terutama untuk menegaskan prinsip moralitas, yang menuntut agar seluruh Lima Sila harus dilaksanakan secara permanen,
“niccasãlavasena pa¤ca sikkhàpadàni.”
Kita tidak berhak melalaikan sila yang kita tidak ingin laksanakan. Adalah suatu kesalahan jika melanggar salah satu dari Lima Sila tersebut. Bukan hanya di Visuddhimagga tetapi juga di kitab-kitab lainnya Lima Sila disebutkan sebagai nicca sila dalam hal prinsip moralitas. [RAPB buku ke-3, hal 3275-3276, Secara keseluruhan disarikan dari halaman sebelumnya hingga halaman 3277].
6. Brāhmajala Sutta, setidaknya, mengatakan bahwa sementara para brahmana dan pertapa lain masih melekat dengan mengikuti pertunjukkan seperti tari-tarian, lagu, permainan musik, dll, Sang Buddha telah menghindari semua itu. Khotbah ini dikhotbahkan Sang Buddha kepada para bhikkhu. Ini menunjukkan bahwa para bhikkh dilarang untuk mendengarkan musik karena yang namanya 'melihat' pertunjukkan lagu atau permainan musik pasti melibatkan 'mendengarkan'.
Referensi yang ada di Culavaggapāli dari Vinayapitaka juga patut dipertimbangkan di sini. Teks ini menceritakan begini:
" Tena kho pana samayena rājagahe giraggasamajjo hoti. Chabbaggiyā bhikkhū giraggasamajjaṃ dassanāya agamaṃsu. Manussā ujjhāyanti khiyyanti vipācenti – ‘‘kathañhi nāma samaṇā sakyaputtiyā naccampi gītampi vāditampi dassanāya gacchissanti, seyyathāpi gihī kāmabhogino’’ti! Bhagavato etamatthaṃ ārocesuṃ. ‘‘Na, bhikkhave, naccaṃ vā gītaṃ vā vāditaṃ vā dassanāya gantabbaṃ. Yo gaccheyya, āpatti dukkaṭassā’’ti.
Pada suatu ketika, ada festival di puncak gunung di Rajagaha. Para bhikkhu yang dikenal dengan enam grup bhikkhu pergi menonton festival tersebut. Orang-orang memandang rendah, mengkritik dan menyebarkan hal tersebut, "Bagaimana mungkin para pertapa putra sakya pergi melihat pertunjukkan tari-tarian, lagu dan permainan musik, seperti halnya perumah tangga yang menikmati kesenengan indria!" Mereka melaporkan hal tersebut kepada Sang Buddha. (Sang Buddha) berkata, "O para bhikkhu, Seorang bhikkhu tidak seharusnya pergi melihat pertunjukkan tari-tarian, lagu dan permainan musik. Ia yang pergi (melihat pertunjukkan tersebut) telah melanggar peraturan dukkata. Salam metta.
7. saat waisak bersama kan ada pertunjukan tari dll. panitia mengundang para Sanggha. Bagaimana pendapat anda sekalian? apa termasuk tdk menjalankan sila jika dtg ke acra tsb? sory kl pertnyaan nya sprti ini.
8. panitia yg tau vinaya tidak akan mengundang Sangha untuk menonton hiburan. sebaliknya panitia yg tau vinaya akan mempersilakan Sangha meninggalkan ruangan pertunjukan sebelum memulai acara hiburan.
8. Btw, David, kalo kamu menjalankan uposata sila trus kamu ngga dateng di perayaan waisak malah bagus..karena ngga penting2 amat seremonialnya..perayaan waisak itu isinya bagusnya ya ceramah Dhamma, berdana dan Meditasi..bahkan fangsheng aja ngga sepatutnya dilakukan.
9. Namobuddahya bhante...kalau menurut saya secara logika .........SEGALA SESUATU ADA YANG BAIK DAN ADA YANG BURUK. mungkin yang dimasuk dengan tidak boleh mendengarkan musik tentu musk yang ngak bagus .....dan yang dimaksud dengan tidak boleh memakai kosmestik adalah mungkin kosmestik yang bersifat ngak baik.........Itu menurut logika saya. Tapi kalau menurut ajaran BUDDHApasti bhante lebih tau dari saya..........Met malam.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut berbahagia, sadhu. Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun. Ven. Sudhammacaro.
Seri ke-2.
Diskusi Dharma; Tanya: Bhante, Namo Buddhaya, saya mau menanyakan masalah Athasila pada sila ke 7. tidak boleh memakai kosmetik atau mendengarkan music. Bhante, bagaimana jika kita bekerja di kantor, padahal kita ingin melatih Athasila? apakah maksud d tujuan dr Athasila semua itu? Apa kita tidak boleh berlebihan atau tidak sama sekali? Mohon masukan dari bhante,terima kasih. Teman2 tlg ks koment yg benar dan berguna, sadhu.
MUSIK ADALAH ENERGI (CHI) UNIVERSAL.
Musik adalah Aliran Energi yg Universal, Musik bukan hanya ada di dunia saja, bahkan Musik masuk ke Alam Dewa (Surga) baca didlm Sutta2 (Sutra2). Sebab itu, musik tak pernah MATI, musik tak ada matinya dan Musik tak pernah Mati.
Fakta: Musik Energi Universal ialah ketika pertapa Gotama (calon Buddha) sedang bertapa dan meditasi secara EKSTRIM di bawah pohon Bodhi, hingga hampir mati tak mencapai apa yg di-cita2 kan.
Tiba2 para Dewa mengalunkan Musik yg berisi Dharma; Jika Senar Gitar ini terlalu Tegang, maka akan Putus (Mati), Sebaliknya, bila Senar Gitar ini terlalu Kendur,maka suaranya tdk enak terdengar (kacau).
Pertapa Gotama (calon Buddha) MENDENGARKAN MUSIK tsb (para Dewa), lalu timbul KESADARAN UTUHNYA (KEBIJAKSANAAN). Kemudian, Beliau mengubah cara bertapa dan Meditasinya.
Akhirnya, setelah MENDENGARKAN MUSIK tsb, Pertapa Gotama mencapai cita2 Nya menjadi BUDDHA artinya KESADARAN SEMPURNA.
DENGAN DASAR INILAH BUDDHA TDK MELARANG MENDENGAR MUSIK, TAPI TDK BOLEH MAIN MUSIK.
Pandangan Sempurna Buddha sungguh Dahsyat dan LuarBiasa, yg dapat memandang jauh ke depan.
Buktinya, saat ini hampir semua Negara Buddhis memproduksi MUSIK DHARMA, yaitu PARITTA KARANIYA-METTA- SUTTA, MANGGALA SUTTA, RATANA-SUTTA, JAYAMANGGALA-GATHA, JINAPANJARA, dsb. Semua Liam-Keng diiringi Alunan Musik, Mantra Tantrayana (Wajrayana) juga diringi Musik.
Hingga Alm.bhante Girirakkhita pun ikut2an menciptakan Lagu2 Budhhis, yg sampai saat ini masih terkenal, bila kita mendengar lagu2 tsb, kita ingat kpd jasa baiknya Alm. bhante Girirakkhita.
Dari banyak para Peneliti menyatakan; ternyata Musik bisa Melembutkan Hati dan Pikiran yg Tegang. Musik bisa membawa Kedamaian Batin, Musik dapat menjadi TERAPI OTAK DAN SARAF YG TEGANG.
Saat orang sedang EMOSI bisa sembuh seketika bila MENDENGAR MUSIK. Musik dpt membawa Pesan Cinta, Ungkapan hati yg Gembira, Bahagia, Sedih, dsb.
Prof.Dr. Hiromi Shinya dari Jepang, seorang dokter kelas dunia Spesial ahli Enzim dan Mikroba dalam bukunya menulis: 7 Tips Panjang Umur antara lain; Berbahagialah, Tertawalah, Menyanyilah (mendengar Musik).
Inilah satu Alasan Buddha tdk melarang MENDENGAR MUSIK, tapi tdk blh MAIN MUSIK.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna.
Menurut saya, kita semua (Bhante2, Romo2 Pandita, Upasaka/sika, dan umat Buddha biasa) sedang berusaha melatih diri untuk menjadi lebih baik, dan kalau bisa mencapai tingkat2 kesucian di dlm hidup ini. Tapi tidak semua orang bisa diberi latihan yg kadang kala tidak dapat dijalankan dgn baik, mungkin orang tsb masih belum terlalu siap mental dan fisiknya. Karena apabila dipaksakan malah akan membuat orang tersebut menjadi sakit, stres, dsb.
Saya yakin bhw Guru Buddha TIDAK PERNAH MEMBUAT ATURAN YG DAPAT MEMBUAT UMAT YG BELIAU KASIHI MENJADI MENDERITA (SEPERTI TIDAK BOLEH DENGAR MUSIK, MAIN MUSIK, ATTHASILA, MENJADI BIKKHU, DSB) YANG GURU BUDDHA MAKSUD ADALAH AMBILLAH LATIHAN2 YG KITA BISA JALANKAN, SETAHAP DEMI SETAHAP SAMPAI KITA MAMPU MENJALANKAN LATIHAN2 YG LEBIH TINGGI,
HINGGA TERCAPAI TUJUAN UTAMA, MENCAPAI NIBBANA. Saran saya, seandainya kita masih belum mampu menjalankan latihan yg terlalu ekstrem, maka lebih baik jalankan saja latihan yg bisa kita lakukan, karena pada intinya yg terpenting KITA TIDAK BERBUAT JAHAT, SELALU MENAMBAH KEBAIKAN, DAN MENYUCIKAN PIKIRAN DR HAL2 YG TIDAK BAIK. ITULAH AJARAN GURU BUDDHA YG SEJATI! TERIMA KASIH!
Namobudhaya, salam buat semua...maaf sy adalah seorg buddhis yg tidak byk memahami arti2 dalam sila2 ajaran Buddhis, tp sy selalu belajar memahami kehidupan ini yg logika krna sy merasa agama Buddha adalah ajarannya sgt logika utk dipahami.... jd menurut sy adalah Buddha mengajarin kita utk menghindari kosmetik itu karna klau dipandang dari sisi logika kosmetik byk terbuat dari bhn kimia sehingga tdk baik buat tubuh kita. byk anak2 skrg dengan sendirinya bs membaca paritta dgn nyanyian krn mereka sering mendengar paritta dlm bentuk iringan musik, klau music itu digunakan secara positif apa itu bertentangan dgn sila? klau music kita dengarnya di discotic mgkn itu bertentangan sy setuju. maaf bhante klau pendapat sy tdk sesuia dengan pendapat bhante atau teman lainnya. omithofo semoga semua mahluk berbahagia.
1. manfaat Sila ke 7.....kita berusaha mengurangi ke-aku-an, yaitu dengan memakainya pada waktu-waktu tertentu saja, maka hal tersebut sesungguhnya merupakan suatu cara untuk melatih kesabaran. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berarti bahwa kita
sebagai umat Buddha tidak boleh menggunakan wang i- wangian/perhiasan,tidak boleh bersenang-senang/bermewah-mewahan. Disini kita perlu menyadari bahwa setiap keinginan yang muncul harus dilaksanakan. Kadang-kadang ada keinginan yang harus kita tunda pelaksanaanya. Inilah yang disebut dengan melatih kesabaran.
2. secara Dhamma, Manfaat sila Ke 7 sesungguhnya hal tersebut melatih kita untuk berusaha melihat kenyataan bagaimana keadaan kita seandainya tanpa semua itu? Karena latihan sila itu berarti kita belajar seandainya barangnya ada(seperti wangi-wangian, perhiasan, dll.) tetapi kita tidak menggunakan, bagaimana perasaan kita? Sehingga apabila pada suatu ketika betul-betul tidak ada, kita tetap bisa tenang.
Misalnya suatu ketika saudara sedang ujian. Kalau saudara biasa memuaskan nafsu, apa saja yang diinginkan selalu saudara turuti maka apabila saat ujian, isi pulpen saudara habis, apa yang terjadi? Saudara bisa ngomel-ngomel dan pulpennya dibanting sehingga semua peserta yang ada di ruang ujian bisa geger semua.
Tetapi kalau saudara sudah biasa mengendalikan diri; pulpen saudara habis isinya mungkin cuma saudara pandang sebentar lalu dengan tenang saudara bisa meminjam pada teman saudara. Seandainya teman saudara itu tidak mau meminjam pulpennya, saudara juga tidak akan ngomel-ngomel. Mungkin saudara akan meminjam lagi dari teman yang lain. Tetap tenang dan tidak marah-marah.
3. Manfaat SILA ITU BESAR SEKALI...INI dia jawabannya apa manfaat melatih sila seperti tertulis dalama MAHA PARINIBANNA SUTTA :1. menyebabkan seseorang memiliki banyak harta, 2. Mendatangkan Nama Baik, 3.Menimbulkan Percaya Diri dalam bergaul dengan berbagai Golongan Manusia. 4. Memberikan Ketenangan saat Menghadapi Kematian. 5.Setelah meninggal akan terlahir di Alam Surga. Semoga jawaban ini bisa memberikan jawaban mengapa kita harus melatih SILA.
4. YM Bhante Sudhammacaro:
Pertapa Gotama (calon Buddha) MENDENGARKAN MUSIK tsb (para Dewa), lalu timbul KESADARAN UTUHNYA (KEBIJAKSANAAN). Kemudian, Beliau mengubah cara bertapa dan Meditasinya.
Akhirnya, setelah MENDENGARKAN MUSIK tsb, Pertapa Gotama mencapai cita2 Nya menjadi BUDDHA artinya KESADARAN SEMPURNA.
DENGAN DASAR INILAH BUDDHA TDK MELARANG MENDENGAR MUSIK, TAPI TDK BOLEH MAIN MUSIK.
Saya:
Dalam Samma avijja, maka Musik emang tidak terlarang dan emang boleh dimainkan. Namun ketika ia melatih diri, maka tergantung apa yg dilatih.
Ketika ia melatih:
1. Ajivatthamakasila = samma avija = Penghidupan benar..maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..tidaklah keliru.
2. Lima sila [varita sila = aturan menghindari, yaitu 4 yg di hindari utk tidak (membunuh, mencuri, berbohong, dan makan/minum yg memabukan) + carita sila [yg melibatkan tindakan tertentu], Sila ke-3, Pengendalian Indera2 dari tindakan tidak patut ato bahkan sekalian menjadi varita sila [abrahmacariya, tidak melakukan hub seks samasekali]..maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..tidaklah keliru.
3. Delapan sila: Atta sila:
4 varita sila + sila ke-3, menjadi abrahmacariya + 3 pengendalian indera2, menjadi menghindari yaitu makan sebelum tengah hari, menikmati hiburan (termasuk mempercantik diri) + tidak menggunakan tempat tidur yg tinggi = total 4, sehingga carita sila berubah menjadi 8 varita sila [aturan menghindari], Maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..menjadi bermasalah tentunya.
Aturan carita yg berubah menjadi 4 varita jika dilanggar tetep tidak mengakibatkan terlahir di alam rendah NAMUN Yg pasti anda telah MELANGGAR sila ke-4 yaitu menyatakan hal yg tidak benar, karena tidak memenuhi Janji. Pelanggaran varita sila jelas berpotensi besar jatuh ke alam apaya.
Itulah sebabnya, jika Bhikku melanggar itu maka telah melakukan pelanggaran BERAT
Pelaksanaan carita sila hanya dapat dilaksanakan jika seseorang memiliki keyakinan dan usaha. Yakin bahwa akibat baik akan mengikuti perbuatan baik dari praktik moralitas, dan usaha terus menerus menjalankan sila dengan keyakinannya.
Abrahmacariyaka sila: 1) Tidak membunuh, 2) mencuri, 3) mengendalikan indriya dari perbuatan yg salah [ato mo diganti jadi tidak melakukan hub seks], 4) Tidak berkata bohong, 5) Tidak berkata kasar, 6)Tidak menghina 7) tidak bergosip dan 8) Ajivatthamakasila, tidak berpenghidupan yang salah [miccha avija]..maka main/mendengarkan musik (secara sengaja)..tidaklah keliru. juga bermabuk2kan tidak lah keliru!
5. 10 sila: 8 sila + tidak menggunakan emas/perak pada waktu2 tertentu.
Kutipan dari RAPB Sehubungan dengan sila:
Sikkhàpada Vibhaïga dari Sammohavinodanã menyebutkan:
“Gahaññhà yaÿ yaÿ vitikkamanti, taÿ tadeva khandhaÿ hoti bhijjati, avasesaÿ na bhijjati, kasmà gahaññhà hi anibaddhasilà honti, yam yam sakkonti,tam tadeva gopenti”
Setelah mengambil sila; jika seorang umat awam melanggar salah satu sãla, hanya sila itu yang menjadi cacat; sila lainnya tidak menjadi cacat.
Karena bagi umat awam, tidak ada sila wajib yang harus dilaksanakan secara permanen seperti halnya sàmanera. Dari Lima Sila, mereka boleh melaksanakan yang mana pun yang mampu mereka laksanakan; satu, dua atau tiga, namun tidak harus seluruhnya.
Kita tidak boleh mengatakan bahwa karena mereka hanya melaksanakan sebagian dan bukan Lima Sila secara lengkap, maka itu berarti tidak melaksanakan sila dan mereka tidak akan mendapatkan jasa apa pun.”
Harus dimengerti bahwa meskipun umat awam tidak dapat melaksanakan keseluruhan Lima Sila, tetapi hanya sebanyak yang mereka mampu, mereka tetap akan memperoleh jasa dan sila mereka tetap benar. Sehubungan dengan hal ini, Komentar Pañisambhidàmagga menjelaskan tentang pariyanta pàrisuddhi sila (Moralitas ini dijelaskan secara lengkap pada bagian moralitas dalam kelompok lima).
Terdapat dua jenis batasan sehubungan dengan sila, yaitu, batasan terhadap jumlah sila yang dilaksanakan dan batasan waktu pelaksanaan. Umat awam dapat melaksanakan satu sila, dua, tiga, empat, lima, delapan atau Sepuluh Sila. Tetapi para sàmanera dan sàmaneri harus melaksanakan Sepuluh Sila secara keseluruhan.
Ini adalah batasan jumlah sila yang dilaksanakan.
Makna penting di sini:
Jika umat awam melaksanakan satu dua, tiga, empat, lima, delapan, atau sepuluh sila dan melaksanakannya dengan benar, maka moralitasnya akan menjadi sikkhàpada pariyanta pàrisuddhi sila, yang murni dengan batasan dalam jumlah sila.
Oleh karena itu, meskipun dalam praktiknya seseorang tidak mengucapkan janji untuk melaksanakan satu, dua, tiga, atau empat, tetapi seluruh Lima Sila, adalah wajib untuk dilaksanakan seluruhnya.
Jika mereka mampu melaksanakan hanya satu sila, maka mereka harus melaksanakan sila itu. Jika mereka mampu melaksanakan hanya dua sila, maka mereka harus melaksanakan kedua sila itu; dan seterusnya.
Akan muncul pertanyaan jika umat awam berhak melaksanakan berapa pun jumlah sila yang mereka inginkan, mengapa Lima Sila itu dinyatakan dalam Visuddhimagga sebagai:
‘Upàsakopàsikànaÿ niccasãlavasena pa¤¤ca sikkhàpadàni?’
Jawabannya adalah bahwa Komentar itu di sini ditujukan terutama untuk menegaskan prinsip moralitas, yang menuntut agar seluruh Lima Sila harus dilaksanakan secara permanen,
“niccasãlavasena pa¤ca sikkhàpadàni.”
Kita tidak berhak melalaikan sila yang kita tidak ingin laksanakan. Adalah suatu kesalahan jika melanggar salah satu dari Lima Sila tersebut. Bukan hanya di Visuddhimagga tetapi juga di kitab-kitab lainnya Lima Sila disebutkan sebagai nicca sila dalam hal prinsip moralitas. [RAPB buku ke-3, hal 3275-3276, Secara keseluruhan disarikan dari halaman sebelumnya hingga halaman 3277].
6. Brāhmajala Sutta, setidaknya, mengatakan bahwa sementara para brahmana dan pertapa lain masih melekat dengan mengikuti pertunjukkan seperti tari-tarian, lagu, permainan musik, dll, Sang Buddha telah menghindari semua itu. Khotbah ini dikhotbahkan Sang Buddha kepada para bhikkhu. Ini menunjukkan bahwa para bhikkh dilarang untuk mendengarkan musik karena yang namanya 'melihat' pertunjukkan lagu atau permainan musik pasti melibatkan 'mendengarkan'.
Referensi yang ada di Culavaggapāli dari Vinayapitaka juga patut dipertimbangkan di sini. Teks ini menceritakan begini:
" Tena kho pana samayena rājagahe giraggasamajjo hoti. Chabbaggiyā bhikkhū giraggasamajjaṃ dassanāya agamaṃsu. Manussā ujjhāyanti khiyyanti vipācenti – ‘‘kathañhi nāma samaṇā sakyaputtiyā naccampi gītampi vāditampi dassanāya gacchissanti, seyyathāpi gihī kāmabhogino’’ti! Bhagavato etamatthaṃ ārocesuṃ. ‘‘Na, bhikkhave, naccaṃ vā gītaṃ vā vāditaṃ vā dassanāya gantabbaṃ. Yo gaccheyya, āpatti dukkaṭassā’’ti.
Pada suatu ketika, ada festival di puncak gunung di Rajagaha. Para bhikkhu yang dikenal dengan enam grup bhikkhu pergi menonton festival tersebut. Orang-orang memandang rendah, mengkritik dan menyebarkan hal tersebut, "Bagaimana mungkin para pertapa putra sakya pergi melihat pertunjukkan tari-tarian, lagu dan permainan musik, seperti halnya perumah tangga yang menikmati kesenengan indria!" Mereka melaporkan hal tersebut kepada Sang Buddha. (Sang Buddha) berkata, "O para bhikkhu, Seorang bhikkhu tidak seharusnya pergi melihat pertunjukkan tari-tarian, lagu dan permainan musik. Ia yang pergi (melihat pertunjukkan tersebut) telah melanggar peraturan dukkata. Salam metta.
7. saat waisak bersama kan ada pertunjukan tari dll. panitia mengundang para Sanggha. Bagaimana pendapat anda sekalian? apa termasuk tdk menjalankan sila jika dtg ke acra tsb? sory kl pertnyaan nya sprti ini.
8. panitia yg tau vinaya tidak akan mengundang Sangha untuk menonton hiburan. sebaliknya panitia yg tau vinaya akan mempersilakan Sangha meninggalkan ruangan pertunjukan sebelum memulai acara hiburan.
8. Btw, David, kalo kamu menjalankan uposata sila trus kamu ngga dateng di perayaan waisak malah bagus..karena ngga penting2 amat seremonialnya..perayaan waisak itu isinya bagusnya ya ceramah Dhamma, berdana dan Meditasi..bahkan fangsheng aja ngga sepatutnya dilakukan.
9. Namobuddahya bhante...kalau menurut saya secara logika .........SEGALA SESUATU ADA YANG BAIK DAN ADA YANG BURUK. mungkin yang dimasuk dengan tidak boleh mendengarkan musik tentu musk yang ngak bagus .....dan yang dimaksud dengan tidak boleh memakai kosmestik adalah mungkin kosmestik yang bersifat ngak baik.........Itu menurut logika saya. Tapi kalau menurut ajaran BUDDHApasti bhante lebih tau dari saya..........Met malam.
Teman2 trims atas dedikasi dan komennya yang berguna. Karma baik ini kita limpahkan kepada para Guru Dharma, para Leluhur d Ortu yg msh hidup atau yg sdh meninggal dan semua makhluk yang telah meninggal semoga mereka dapat menerimanya dan ikut berbahagia, sadhu. Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Penyusun. Ven. Sudhammacaro.
Komentar