" UNEK-UNEK DARI UMAT UNTUK UMAT'
BERITA KEGIATAN DI WIHARA INDONESIA
(dibawah kami selipkan artikel unek-unek )
Kami menyediakan Layanan Berita Kegiatan dan Permasalah, serta Unek-unek dari Umat Buddha di Indonesia. Dengan tujuan, agar artikel ini bisa segera diselesaikan dengan bagus, elegan dan penuh rasa persaudaraan. Hingga semua kegiatan di wihara dan kerukunan Umat tetap terjaga dan berjalan sesuai Dharma ajaran Buddha Gotama seperti apa yang kita harapkan bersama.
Dengan tujuan apa yang kita lakukan semua bermanfaat bagi semua umat, terutama untuk membangun Karakter Generasi Muda Buddhis yang berkualitas Budaya Indonesia.
Dengan Motto: Hidup Ber-Agama demi Kebersamaan, Persaudaraan, Persatuan dengan Saling Asah, Saling Asih, Saling Asuh.
Mengikis: Egoistis, Kesombongan, Ke-Aku-an, Emosi, Dendam, Merendahkan yang lain, Merasa Ber-Kuasa, Kemelekatan yang amat kuat, Keserakahan, Kebencian dan Kegelapan batin.
Memiliki Tekad: Saling menghormati, saling menghargai, saling mencintai, saling menyayangi, saling menolong dan membantu, saling memberi dan saling menerima (masukan), saling memaafkan, saling menjaga dan melindungi.
Sebaliknya, membuang rasa permusuhan, iri-hati, sirik-dengki, emosi, dendam, dan saling menyalahkan, saling menjatuhkan dengan cara-cara tidak sehat.
Hal ini berbahaya dan dilarang oleh guru agung Buddha Gotama, termasuk dilarang oleh semua agama di dunia. Sebab, cara-cara tidak sehat pasti akan merugikan kedua pihak, akhirnya menghancurkan hasilnya penyesalan yang tak ada guna.
Alasannya, agama Buddha di tanah air Indonesia sudah lebih dari 50 tahun, usia yang termasuk sudah dewasa dan matang. Terutama bagi generasi tua para sesepuh, dan para pemimpin organisasi yang mestinya memberi contoh suritauladan yang bagus, elegan dan berkualitas untuk estafet bagi re-generasi muda yang akan datang.
Namun, kenyataan malah sebaliknya. Kami sering mengkritik melalui tulisan di buku Dharma dan mengamati secara seksama dari tahun ke tahun, bukan berubah menjadi bagus, justru yang ada makin parah dan kacau. Sungguh kami sangat prihatin dan mengkhawatirkan bagi generasi muda yang akan datang.
Lebih bagus meniru dan mengikuti Jejak Relawan Tzu Chi yang diajarkan oleh Master Cheng Yen dari Taiwan.
Bila ada umat yang mau menyampaikan unek-unek dan permasalahan seputar kegiatan wihara, maka kami akan posting di blog ini. Juga bila ada umat yang mau menanggapi kirim ke amail: b_sudhammacaro@yahoo.com atau di facebook kami yang namanya sama. Syaratnya: Nama lengkap atau Organisasi, Alamat jelas dan benar, berita apa adanya.
Di bawah ini kami posting artikel kiriman dari umat:
Untuk anggota Vihara Metta Tegal
Lai Agustina 06 Mei jam 7:39 Balas
HAti - hati penipuan atas nama Agama Buddha, Bhikku, pandita , pendirian Vihara atau kegiatan agama Buddha lainnya.... Para penipu telah mengunakan kebaikan hati umat Buddha utk mengumpulkan dana... sebaiknya dipastikan kebenarannya dan lebih waspada...
ya, salah satunya saya dengar dari Bhikku Khemanando, ada Bhikku dari negara lain datang ke Medan,Indonesia nyari dana buat mendirikan vihara, kemudian terkumpul 950 juta dari umat, lalu Bhikkunya (oknum Bhikku/ mungkin juga Bhikku palsu) raib entah kemana dan tidak ada khabarnya lagi... viharanya juga nga didirikan ampe sekarang
Ehipassiko... jangan langsung percaya,Buktikan kebenarannya walau dia adalah Bhikku ataupun " Buddha"...
semoga bermanfaat... :)
Be careful of fraud in the name of Buddhism, pilgrims, priests, the founding of the Buddhist Vihara or other activities .... The fraudsters have been using for a Buddhist charity to raise funds ... the truth should be ascertained and more alert ...
yes, one of which I heard from the monk that named as Khemanando, there were Bhikkhu from other countries come to Medan, Indonesia for find the fund created to establish monasteries, and then collected 950 million from the congregation, then The Bhikkhu (unscrupulous pilgrims / pilgrims may also be false) and not disappear somewhere where there is no more news ... and the temple also not established until now......
Ehipassiko ... do not jump to believe it, Prove the truth even though he was the pilgrims or the "Buddha" ...
hopefully useful ... :)
Sebenarnya penipuan seperti diatas bukan hanya dilakukan oleh bhikkhu/bhiksu dari luar negri, tapi penipuan serupa oleh bhikkhu/bhiksu dari dalam negri/local malah lebih banyak lagi. Hanya, barangkali anda tidak terasa atau tidak peduli, tidak 'Ngeh', tidak mau meneliti dengan saksama dengan benar. Sebab, saya (bhikkhu Sudhammacaro) sudah berulang kali menulis di buku-buku Dharma yang saya terbitkan untuk mengkritik mereka/para bhikkhu/bhiksu yang menggalang dana melalui Seminar, Talk Show dsb, mencari dana dengan alasan untuk membangun wihara, sekolah dsb. Namun, sayangnya tidak ada ‘Laporan Uangnya’ dan pembangunannya sudah sampai dimana...
Justru saya yang mengkritik meluruskan tujuan mulianya malah disalahkan, dicela, hingga dikeluarkan dari organisasi anggota Sanggha. Lucu memang kalau melihat organisasi Sanggha di Indonesia ini.
Untuk lebih jelasnya lihat dan teliti kalau ada Perayaan Waisak di Borobudur, siapa yang menjadi “JAGO” untuk menjadi “PANITIA WAISAK 2010”.
Ada Dua Kubu yang bersaing ketat untuk berebut menjadi ‘JAGO’ ‘PANITIA WAISAK 2010’
Yang ikut Waisak di Borobudur semua tidak pernah ngeh atau sadar, apa yang sedang dilakukan, hanya ikut-ikutan saja.
"Sumin Ci Chun Yung" mengirimi Anda pesan di Facebook...
Monday, March 15, 2010 2:07 AM
From:
"Facebook"
Add sender to Contacts
To:
"Bhante Sudhammacaro" b_sudhammacaro@yahoo.com
Sumin mengirimi Anda pesan.
Mohon petunjuk Bhante
Yang saya hormati Yang Mulia Bhante Sudhammacaro,
Melalui message ini saya ingin mencurahkan unek-unek saya mengenai perkembangan Agama Buddha di tanah air. Kalau kita lihat dari permukaannya perkembangan Agama Buddha di tanah air boleh dikatakan lumayan menggembirakan, hal ini dapat dilihat dengan makin banyaknya Vihara/Cetiya/Pondok2 Meditasi. Akan tetapi kalau kita melihat kedalam, maka hal ini sangat mengkhawatirkan, karena kalau kita perhatikan bahwa adanya ke-ego-an dari pengurus-pengurus wihara (umat awam) maupun donatur-donaturnya.
Dimana kita sulit membedakan mana donatur yang benar-benar berdana untuk mendukung para Bhikkhu dalam menjalankan ajaran Sang Buddha dan mana yang hanya berdana untuk kepentingan nama baik/ketenaran, supaya mendapatkan berkah dan lain sebagainya.
Kadang kala karena seseorang menyumbang tanah atau uang paling banyak untuk membangun vihara, maka ia akan terlalu banyak campur tangan dalam mengatur wihara. Kadang saya lihat hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi umat maupun Bhikkhu.
Sedangkan sesama pengurus-pun kini saling bersaing atas nama ke-ego-an mereka, untuk menunjukkan siapa yang paling pintar dan paling berkuasa. Saya sudah melihat hal ini dibeberapa wihara yang saya kunjungi.
Antar wihara/cetiya-pun terjadi persaingan untuk mempertahankan dan menarik umat dengan cara apapun.
Bukankah hal-hal diatas menunjukkan bahwa pondasi keyakinan yang kita bangun sangat tidak kokoh, dan dapat rusak sewaktu-waktu?
Kadang saya bingung dan sedih, mereka hanya mengerti Puja Bakti, tapi tidak benar-benar melaksanakan Dhamma.
Mohon Bhante dapat membantu umat Buddha di tanah air agar berkembang dengan pondasi yang kuat, agar umat yang ke-egoannya tinggi dapat disadarkan.
Hormat Saya
SUMIN – Bekasi-Jakarta.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
Permasalahan di Kota Sidoarjo
Wednesday, March 3, 2010 1:34 AM
From:
"megah detra"
Add sender to Contacts
To:
b_sudhammacaro@yahoo.com
Cc:
b_sudhammacaro@yahoo.com
Vihara Dharma Bhakti Sidoarjo berdiri 8 thn yg lalu dibawah pimpinan Romo Dhammamanggala Nogroho, sebelum ada Vihara Dharma Bhakti sebagian besar umat Buddha di Sidoarjo mengikuti kebaktian di Vihara-Vihara yg tersebar di kota Surabaya dan sebagian tetap sembahyang di kelenteng. Kelenteng Tjong Hok Kiong di Kota Sidoarjo telah berdiri ratusan tahun yang lalu, sebagian warga Tionghoa di Sidoarjo pada awalnya adalah pemeluk agama Konghucu dan Buddha.
Seperti telah diketahui bahwa agama Kristen sangat agresif sekali mencari umat utk direkrut dan rajin pula mendirikan gereja-gereja. Sebagian umat Konghucu banyak yg berpindah ke agama Kristen setelah diselidiki ternyata mereka yg pindah agama tersebut tidak mempunyai pengetahuan sama sekali baik agama Buddha maupun Konghucu, mereka mudah dihasut dgn doktrin menyembah berhala. Mereka buta sama sekali akan pengetahuan agama misalnya : apa gunanya dupa, dewa A atau B kenapa dipuja dan bagaimana riwayatnya...itu semua mereka tdk tahu dan bahkan setiap tanggal 1 dan 15 imlek mereka kebanyakan hanya berdoa asal berdoa kemudian makan-makan dan pulang.
Hal ini memicu Romo utk semakin gencar memberitakan Dhamma baik kepada umat yg ada di kelenteng dan rupanya ini memicu suatu kecemburuan bagi pengurus Kelenteng sebab pada mulanya Romo hanyalah anak dari seorg "pesuruh" Kelenteng, mungkin mereka merasa malu karena dipimpin oleh seorang anak yg statusnya jauh di bawah para pengurus Kelenteng. Romo pernah mengusulkan pada para pengurus Kelenteng agar dirinya diberi kesempatan utk memberikan ceramah agama di kelenteng sekaligus melakukan pembinaan kepada umat, bahkan surat pengajuan resmi juga sudah diberikan, tetapi tetap saja bertepuk sebelah tangan...alasannya cukup klise : ruang yg diajukan Romo utk melakukan kbaktian dan pembinanaan agama Buddha akan digunakan utk sesuatu yg lain yaitu karaoke dan memang akhirnya ruang tersebut dibangun utk karaoke dgn fasilitas yg serba wah....
Ketegangan kian memuncak ketika Romo ditunjuk sebagai pemimpin agama Buddha di Sidoarjo, sekaligus diangkat sebagai Dharma Duta sekaligus juga diangkat sebagai Ketua Walubi Sidoarjo oleh Ketua Walubi Jatim Prof. Philip walaupun tanpa SK. Para pengurus kelenteng merasa dilangkahi maka dari itu mereka bersama-sama dgn Ketua Kelenteng kota Gresik yg juga merangkap Wakil Ketua Walubi Jatim melakukan somasi pada Romo agar tdk membawa-bawa nama Walubi di kota Sidoarjo (disini jelas terlihat tdk adanya koordinasi antara Ketua dan Wakil Ketua Walubi Jatim).
Akhirnya terjadi pembunuhan karakter atas pribadi Romo mulai menuduh korupsi, membohongi umat dan Pendeta yg mengaku-ngaku sebagai pendeta, vihara -viharaan dsb. Padahal SK dari pemerintah telah dikantongi Romo mulai pendirian Vihara sampai pengangkatan pemimpin agama Buddha. Banyak juga umat yg terpancing sehingga sedikit demi sedikit mulai berkurang, tetapi Dhamma tetap dibabarkan... Istilahnya dianggap anjing menggonggong kafilah berlalu. Setiap kali Romo berusaha mendekati pihak kelenteng tetapi tetap saja tdk berhasil, mereka pengurus kelenteng dgn tegas menyatakan kelenteng milik Konghucu (kalau milik Konghucu ngapain mereka ngurusi Walubi yg sama dgn agama Buddha).
Masih banyak sekali Bhante yg tdk dpt saya utarakan, terus terang saya paling bangga dgn Kelenteng di Kota Malang dan Madiun, di tempat itu saya bisa merasakan indahnya kebersamaan...tetapi di Sidoarjo ??? Rasanya sulit, tetapi saya yakin bahwa saat-saat yang indah itu akan terwujud suatu ketika...terima kasih Bhante...
Semoga semua makhluk hidup berbahagia..._/\_
Sidoarjo- Jatim.
Megah Detra
(dibawah kami selipkan artikel unek-unek )
Kami menyediakan Layanan Berita Kegiatan dan Permasalah, serta Unek-unek dari Umat Buddha di Indonesia. Dengan tujuan, agar artikel ini bisa segera diselesaikan dengan bagus, elegan dan penuh rasa persaudaraan. Hingga semua kegiatan di wihara dan kerukunan Umat tetap terjaga dan berjalan sesuai Dharma ajaran Buddha Gotama seperti apa yang kita harapkan bersama.
Dengan tujuan apa yang kita lakukan semua bermanfaat bagi semua umat, terutama untuk membangun Karakter Generasi Muda Buddhis yang berkualitas Budaya Indonesia.
Dengan Motto: Hidup Ber-Agama demi Kebersamaan, Persaudaraan, Persatuan dengan Saling Asah, Saling Asih, Saling Asuh.
Mengikis: Egoistis, Kesombongan, Ke-Aku-an, Emosi, Dendam, Merendahkan yang lain, Merasa Ber-Kuasa, Kemelekatan yang amat kuat, Keserakahan, Kebencian dan Kegelapan batin.
Memiliki Tekad: Saling menghormati, saling menghargai, saling mencintai, saling menyayangi, saling menolong dan membantu, saling memberi dan saling menerima (masukan), saling memaafkan, saling menjaga dan melindungi.
Sebaliknya, membuang rasa permusuhan, iri-hati, sirik-dengki, emosi, dendam, dan saling menyalahkan, saling menjatuhkan dengan cara-cara tidak sehat.
Hal ini berbahaya dan dilarang oleh guru agung Buddha Gotama, termasuk dilarang oleh semua agama di dunia. Sebab, cara-cara tidak sehat pasti akan merugikan kedua pihak, akhirnya menghancurkan hasilnya penyesalan yang tak ada guna.
Alasannya, agama Buddha di tanah air Indonesia sudah lebih dari 50 tahun, usia yang termasuk sudah dewasa dan matang. Terutama bagi generasi tua para sesepuh, dan para pemimpin organisasi yang mestinya memberi contoh suritauladan yang bagus, elegan dan berkualitas untuk estafet bagi re-generasi muda yang akan datang.
Namun, kenyataan malah sebaliknya. Kami sering mengkritik melalui tulisan di buku Dharma dan mengamati secara seksama dari tahun ke tahun, bukan berubah menjadi bagus, justru yang ada makin parah dan kacau. Sungguh kami sangat prihatin dan mengkhawatirkan bagi generasi muda yang akan datang.
Lebih bagus meniru dan mengikuti Jejak Relawan Tzu Chi yang diajarkan oleh Master Cheng Yen dari Taiwan.
Bila ada umat yang mau menyampaikan unek-unek dan permasalahan seputar kegiatan wihara, maka kami akan posting di blog ini. Juga bila ada umat yang mau menanggapi kirim ke amail: b_sudhammacaro@yahoo.com atau di facebook kami yang namanya sama. Syaratnya: Nama lengkap atau Organisasi, Alamat jelas dan benar, berita apa adanya.
Di bawah ini kami posting artikel kiriman dari umat:
Untuk anggota Vihara Metta Tegal
Lai Agustina 06 Mei jam 7:39 Balas
HAti - hati penipuan atas nama Agama Buddha, Bhikku, pandita , pendirian Vihara atau kegiatan agama Buddha lainnya.... Para penipu telah mengunakan kebaikan hati umat Buddha utk mengumpulkan dana... sebaiknya dipastikan kebenarannya dan lebih waspada...
ya, salah satunya saya dengar dari Bhikku Khemanando, ada Bhikku dari negara lain datang ke Medan,Indonesia nyari dana buat mendirikan vihara, kemudian terkumpul 950 juta dari umat, lalu Bhikkunya (oknum Bhikku/ mungkin juga Bhikku palsu) raib entah kemana dan tidak ada khabarnya lagi... viharanya juga nga didirikan ampe sekarang
Ehipassiko... jangan langsung percaya,Buktikan kebenarannya walau dia adalah Bhikku ataupun " Buddha"...
semoga bermanfaat... :)
Be careful of fraud in the name of Buddhism, pilgrims, priests, the founding of the Buddhist Vihara or other activities .... The fraudsters have been using for a Buddhist charity to raise funds ... the truth should be ascertained and more alert ...
yes, one of which I heard from the monk that named as Khemanando, there were Bhikkhu from other countries come to Medan, Indonesia for find the fund created to establish monasteries, and then collected 950 million from the congregation, then The Bhikkhu (unscrupulous pilgrims / pilgrims may also be false) and not disappear somewhere where there is no more news ... and the temple also not established until now......
Ehipassiko ... do not jump to believe it, Prove the truth even though he was the pilgrims or the "Buddha" ...
hopefully useful ... :)
Sebenarnya penipuan seperti diatas bukan hanya dilakukan oleh bhikkhu/bhiksu dari luar negri, tapi penipuan serupa oleh bhikkhu/bhiksu dari dalam negri/local malah lebih banyak lagi. Hanya, barangkali anda tidak terasa atau tidak peduli, tidak 'Ngeh', tidak mau meneliti dengan saksama dengan benar. Sebab, saya (bhikkhu Sudhammacaro) sudah berulang kali menulis di buku-buku Dharma yang saya terbitkan untuk mengkritik mereka/para bhikkhu/bhiksu yang menggalang dana melalui Seminar, Talk Show dsb, mencari dana dengan alasan untuk membangun wihara, sekolah dsb. Namun, sayangnya tidak ada ‘Laporan Uangnya’ dan pembangunannya sudah sampai dimana...
Justru saya yang mengkritik meluruskan tujuan mulianya malah disalahkan, dicela, hingga dikeluarkan dari organisasi anggota Sanggha. Lucu memang kalau melihat organisasi Sanggha di Indonesia ini.
Untuk lebih jelasnya lihat dan teliti kalau ada Perayaan Waisak di Borobudur, siapa yang menjadi “JAGO” untuk menjadi “PANITIA WAISAK 2010”.
Ada Dua Kubu yang bersaing ketat untuk berebut menjadi ‘JAGO’ ‘PANITIA WAISAK 2010’
Yang ikut Waisak di Borobudur semua tidak pernah ngeh atau sadar, apa yang sedang dilakukan, hanya ikut-ikutan saja.
"Sumin Ci Chun Yung" mengirimi Anda pesan di Facebook...
Monday, March 15, 2010 2:07 AM
From:
"Facebook"
Add sender to Contacts
To:
"Bhante Sudhammacaro" b_sudhammacaro@yahoo.com
Sumin mengirimi Anda pesan.
Mohon petunjuk Bhante
Yang saya hormati Yang Mulia Bhante Sudhammacaro,
Melalui message ini saya ingin mencurahkan unek-unek saya mengenai perkembangan Agama Buddha di tanah air. Kalau kita lihat dari permukaannya perkembangan Agama Buddha di tanah air boleh dikatakan lumayan menggembirakan, hal ini dapat dilihat dengan makin banyaknya Vihara/Cetiya/Pondok2 Meditasi. Akan tetapi kalau kita melihat kedalam, maka hal ini sangat mengkhawatirkan, karena kalau kita perhatikan bahwa adanya ke-ego-an dari pengurus-pengurus wihara (umat awam) maupun donatur-donaturnya.
Dimana kita sulit membedakan mana donatur yang benar-benar berdana untuk mendukung para Bhikkhu dalam menjalankan ajaran Sang Buddha dan mana yang hanya berdana untuk kepentingan nama baik/ketenaran, supaya mendapatkan berkah dan lain sebagainya.
Kadang kala karena seseorang menyumbang tanah atau uang paling banyak untuk membangun vihara, maka ia akan terlalu banyak campur tangan dalam mengatur wihara. Kadang saya lihat hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi umat maupun Bhikkhu.
Sedangkan sesama pengurus-pun kini saling bersaing atas nama ke-ego-an mereka, untuk menunjukkan siapa yang paling pintar dan paling berkuasa. Saya sudah melihat hal ini dibeberapa wihara yang saya kunjungi.
Antar wihara/cetiya-pun terjadi persaingan untuk mempertahankan dan menarik umat dengan cara apapun.
Bukankah hal-hal diatas menunjukkan bahwa pondasi keyakinan yang kita bangun sangat tidak kokoh, dan dapat rusak sewaktu-waktu?
Kadang saya bingung dan sedih, mereka hanya mengerti Puja Bakti, tapi tidak benar-benar melaksanakan Dhamma.
Mohon Bhante dapat membantu umat Buddha di tanah air agar berkembang dengan pondasi yang kuat, agar umat yang ke-egoannya tinggi dapat disadarkan.
Hormat Saya
SUMIN – Bekasi-Jakarta.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
Permasalahan di Kota Sidoarjo
Wednesday, March 3, 2010 1:34 AM
From:
"megah detra"
Add sender to Contacts
To:
b_sudhammacaro@yahoo.com
Cc:
b_sudhammacaro@yahoo.com
Vihara Dharma Bhakti Sidoarjo berdiri 8 thn yg lalu dibawah pimpinan Romo Dhammamanggala Nogroho, sebelum ada Vihara Dharma Bhakti sebagian besar umat Buddha di Sidoarjo mengikuti kebaktian di Vihara-Vihara yg tersebar di kota Surabaya dan sebagian tetap sembahyang di kelenteng. Kelenteng Tjong Hok Kiong di Kota Sidoarjo telah berdiri ratusan tahun yang lalu, sebagian warga Tionghoa di Sidoarjo pada awalnya adalah pemeluk agama Konghucu dan Buddha.
Seperti telah diketahui bahwa agama Kristen sangat agresif sekali mencari umat utk direkrut dan rajin pula mendirikan gereja-gereja. Sebagian umat Konghucu banyak yg berpindah ke agama Kristen setelah diselidiki ternyata mereka yg pindah agama tersebut tidak mempunyai pengetahuan sama sekali baik agama Buddha maupun Konghucu, mereka mudah dihasut dgn doktrin menyembah berhala. Mereka buta sama sekali akan pengetahuan agama misalnya : apa gunanya dupa, dewa A atau B kenapa dipuja dan bagaimana riwayatnya...itu semua mereka tdk tahu dan bahkan setiap tanggal 1 dan 15 imlek mereka kebanyakan hanya berdoa asal berdoa kemudian makan-makan dan pulang.
Hal ini memicu Romo utk semakin gencar memberitakan Dhamma baik kepada umat yg ada di kelenteng dan rupanya ini memicu suatu kecemburuan bagi pengurus Kelenteng sebab pada mulanya Romo hanyalah anak dari seorg "pesuruh" Kelenteng, mungkin mereka merasa malu karena dipimpin oleh seorang anak yg statusnya jauh di bawah para pengurus Kelenteng. Romo pernah mengusulkan pada para pengurus Kelenteng agar dirinya diberi kesempatan utk memberikan ceramah agama di kelenteng sekaligus melakukan pembinaan kepada umat, bahkan surat pengajuan resmi juga sudah diberikan, tetapi tetap saja bertepuk sebelah tangan...alasannya cukup klise : ruang yg diajukan Romo utk melakukan kbaktian dan pembinanaan agama Buddha akan digunakan utk sesuatu yg lain yaitu karaoke dan memang akhirnya ruang tersebut dibangun utk karaoke dgn fasilitas yg serba wah....
Ketegangan kian memuncak ketika Romo ditunjuk sebagai pemimpin agama Buddha di Sidoarjo, sekaligus diangkat sebagai Dharma Duta sekaligus juga diangkat sebagai Ketua Walubi Sidoarjo oleh Ketua Walubi Jatim Prof. Philip walaupun tanpa SK. Para pengurus kelenteng merasa dilangkahi maka dari itu mereka bersama-sama dgn Ketua Kelenteng kota Gresik yg juga merangkap Wakil Ketua Walubi Jatim melakukan somasi pada Romo agar tdk membawa-bawa nama Walubi di kota Sidoarjo (disini jelas terlihat tdk adanya koordinasi antara Ketua dan Wakil Ketua Walubi Jatim).
Akhirnya terjadi pembunuhan karakter atas pribadi Romo mulai menuduh korupsi, membohongi umat dan Pendeta yg mengaku-ngaku sebagai pendeta, vihara -viharaan dsb. Padahal SK dari pemerintah telah dikantongi Romo mulai pendirian Vihara sampai pengangkatan pemimpin agama Buddha. Banyak juga umat yg terpancing sehingga sedikit demi sedikit mulai berkurang, tetapi Dhamma tetap dibabarkan... Istilahnya dianggap anjing menggonggong kafilah berlalu. Setiap kali Romo berusaha mendekati pihak kelenteng tetapi tetap saja tdk berhasil, mereka pengurus kelenteng dgn tegas menyatakan kelenteng milik Konghucu (kalau milik Konghucu ngapain mereka ngurusi Walubi yg sama dgn agama Buddha).
Masih banyak sekali Bhante yg tdk dpt saya utarakan, terus terang saya paling bangga dgn Kelenteng di Kota Malang dan Madiun, di tempat itu saya bisa merasakan indahnya kebersamaan...tetapi di Sidoarjo ??? Rasanya sulit, tetapi saya yakin bahwa saat-saat yang indah itu akan terwujud suatu ketika...terima kasih Bhante...
Semoga semua makhluk hidup berbahagia..._/\_
Sidoarjo- Jatim.
Megah Detra
Komentar