"Renungan Dharma"
Renungan Dharma
Oleh bhikkhu Sudhammacaro.
Saya bangga punya Guru Buddha Gotama yang maha suci, meskipun Beliau telah lama tiada 25 abad yang lalu. Yang membuat saya bangga ialah dari sabda Buddha Gotama: ‘Jika Aku kelak telah tiada, jangan mencari guru yang lain, tapi jadikanlah Dharma ajaran-Ku (kebenaran universal) sebagai pengganti-Ku’. Dan saya terharu ketika menulis semua artikel ini, yang barangkali cinta-kasih Buddha Gotama yang sedemikian dalam dan luas. Yang mendorong saya yang bodoh ini bisa menulis artikel disini, semoga bermanfaat bagi orang banyak demi “Pencerahan Batin”, sesuai dengan misi Beliau. Harapan saya semoga semua artikel disini bisa membuka mata Dharma (mencerahkan) baik bagi umat Buddha khususnya, maupun untuk umat lain, tapi syaratnya harus meletakkan semua atribut ajaran agama apa pun namanya.
Perbedaan adalah suatu keindahan, karena itu perbedaan harus tetap ada, tak mungkin bisa dihapuskan. Namun kita tak perlu membenci mereka yang berbeda, juga tak perlu berniat membinasakan mereka yang berbeda dengan kita.
Sama dengan Kotoran tak mungkin bisa membersihkan Kotoran. Juga Kejahatan tak mungkin bisa menghilangkan Kejahatan. Solusinya hanya dengan kebaikan dan cintakasih untuk memperbaiki Kejahatan.
Pendidikan bukanlah hanya mengisi otak manusia dengan berbagai ilmu pengetahuan, dan informasi serta skil. Namun, seorang pendidik harus berupaya membuat manusia mengerti apa yang baik dan benar (kebijaksanaan). Bagaimana mencegah diri dari Kejahatan (moralitas).
Seberapa besar pun bahaya yang datang dari musuh yang amat kuat dan perkasa. Seberapa banyak dan hebatnya orang lain membenci kita, namun tidak lebih berbahaya daripada ‘Pikiran’ sendiri yang diracuni oleh kebencian dan kejahatan itu sendiri.
Kebencian tak akan pernah habis berakhir, bila dibalas dengan kebencian. Namun kebencian pasti akan punah bila dibalas dengan kebaikan, cinta dan kasih sayang.
Manusia mendapat hakikat hidup dari ‘Alam’ dan ‘Hewan’, misalnya; Bumi mendukung dan menunjang kelangsungan hidup manusia. Matahari memberikan cahaya, penerangan dan panas. Air memberikan minuman untuk menghilang rasa haus dan lapar. Udara memberikan hawa segar, bernafas memberi makna kehidupan. Pepohonan memberikan oksigen sekaligus menyerap racun karbon dioksida. Semua Hewan membantu dan menolong serta menunjang kehidupan seperti; sapi memberikan air susu, kerbau membajak sawah, ayam memberi telur dan dagingnya, Gajah membantu menarik kayu, Anjing menjaga rumah, dst.
Lantas, bagaimana manusia tega dan begitu kejamnya terhadap ‘Alam’ dan ‘Hewan’ dengan merusak lingkungan alam sekitarnya. Hutan yang hijau digunduli hingga jadi gedung bertingkat. Pepohonan yang besar dan berguna untuk menampung resapan air hujan, malah ditebang habis, bahkan dibakar demi mengejar uang. Laut dikuras bersama semua isinya untuk dijadikan masakan, hingga terumbu karang yang indah pun rusak dan hancur. Gunung dikeruk habis dikuras isinya dari emas, timah, batu bara, batu dan tanah, semua hanya demi uang dan perut sendiri. Hewan dijadikan pekerja untuk cari uang setelah tua-renta dibunuh, dibantai dan dijadikan masakan lezat, lalu disantap sebagai menu makanan. Dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orangtua, kakek-nenek suka memangsa hewan, minum susu sapi, makan telur ayam.
Kapankah manusia sadar dan berhenti merusak dan menghancurkan ‘Alam’ dan ‘Hewan’. Kapankah manusia sadar dan berhenti menguras semua isi ‘Alam’. Kapankah manusia sadar dan berhenti melecehkan ‘Alam’ dan ‘Hewan’. Kapankah manusia akan sadar dan mau menghargai serta menghormati ‘Alam’ dan ‘Hewan’ yang sebenarnya telah memberi makna dan hakikat serta menunjang kehidupan manusia itu sendiri? Walahualam alias tak mungkin! Lebih baik mati masuk Neraka Jahanam, setujuuuuuuu.....Ok.
KITA SEMUA ADALAH KELUARGA.
Oleh Gesyla
Kebahagiaan – ku berasal dari suara tawa anda.
Jika anda bersedih, Aku akan lebih sedih lagi.
Impian – ku, maunya anda bersama- ku untuk mencapainya.
Dan cinta-kasih anda telah menambah keberaniaanku.
Karena kita semua adalah keluarga.
Saling percaya, saling bergantung dengan rasa syukur.
Karena kita adalah keluaraga, dengan saling memikul beban.
Dan berbagi kebahagiaan dalam hidup kita.
KELAHIRAN YANG MELELAHKAN
Oleh Gesyla
Kita semua pernah mengeluarkan keringat darah.
Juga pernah mengalirkan air mata kesedihan.
Hanya demi sesuap nasi dan beberapa tetes air minum.
Siapa yang tak pernah merana, siapa yang tak pernah bersedih.
Tak sadar kita terus mondar-mandir di dunia fana ini melalui
tumimbal lahir yang melelahkan.
Sudah beberapa juta tahun kita berkelana di empat penjuru.
Namun, yang di dapat hanyalah penderitaan lahir dan batin belaka.
Telah lama kita selalu berharap dan berdoa,
namun yang di dapat hanyalah kesedihan, kesal, benci, marah, dendam
dan derita lahit dan batin yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.
Tumimbal lahir oh, tumimbal lahir yang amat melelahkan.
Aku tak akan kembali memasukinya lagi, hapuskanlah semua air mata kesedihan.
Mari kita bersam-sama hancurkan roda tumimbal lahir.
Sumber: Dari berbagai buku Dharma
Komentar