Selamat Hari Raya Waisak 2552 Tahun Buddhis (2008)
Selamat Hari Raya Waisak 2552 Tahun Buddhis/2008.
“Mohon Maaf Lahir & Batin kepada umat dan bangsa Indonesia ”
-----------------------------------------------------------------
Waisak hari bersejarah dengan nilai spiritual amat tinggi.
Umat Buddha akan memperingati dan merayakan hari raya Waisak pada tanggal 20 Mei 2008, serentak di seluruh Indonesia, baik di wihara, cetiya, dan di candi agung Borobudur, candi Sewu, candi Muara Jambi, dsb. Waisak adalah hari bersejarah yang memiliki nilai spiritual amat tinggi dan tak ternilai, bila diukur secara duniawi. Alasannya, karena detik-detik bulan purnamasidhi (bulan terang-benderang sepenuhnya) di hari dan bulan Waisak inilah, seorang petapa agung dari suku Sakya memperoleh Pencerahan Batin yang Sempurna. Buah hasil dari perjuangan dan pengorbanan-Nya yang amat panjang dan melelahkan hingga akhirnya Beliau mendapat panggilan Sammasambuddha, manusia yang agung dan telah sadar sempurna. Sejak itu, alam semesta bergetar bagai gempa berkekuatan tinggi, baik di alam Brahma, seluruh alam Dewa, dan di dunia, alam neraka, semua hewan tertegun sejenak efek dari kekuatan getaran kesucian seorang Buddha. Bahkan diceritakan bahwa alam Brahma, seluruh alam Dewa, alam neraka terbuka lebar, termasuk di dunia, hingga sesama semua makhluk bisa saling mamandang dan termangu seketika, tanpa tahu sebabnya. Hanya terasa ada getaran nikmat kebahagiaan yang mengalir ke seluruh tubuh, sambil memandang satu sama lainnya. Anehnya lagi tidak menimbulkan kerusakan, retak-retak, kecelakaan dan bahkan tidak ada korban apa pun. Akhirnya Buddha di puja-puji dan di hormati oleh para Dewa dan manusia, sampai saat ini.
Sejarah perjalanan hidup Buddha.
Mengapa Buddha di puja dan di hormati oleh para Dewa dan manusia? Bila kita tidak memiliki pengertian benar, dan keyakinan kepada Beliau, tak mungkin seperti itu. Juga kalau kita tidak tahu membaca sejarah kehidupan masa lampau Buddha, rasanya sulit sekali manusia akan timbul keyakinannya. Sebab itu, alangkah baiknya jika kita tahu sedikit saja kisah klasik kehidupan Buddha di masa lampau-Nya. Untuk membangkitkan kepercayaan dan keyakinan akan perjuangan dan pengorbanan serta dedikasih Beliau terhadap kehidupan semua makhluk, demi menerangi batin kita yang gelap. Yang akhirnya semoga dapat membuka mata batin kita terhadap Dharma ajaran-Nya.
Kehidupan Buddha memang amat unik, menarik, kagum, hebat dan dahsyat sekali kalau kita baca dari buku Jataka (riwayat hidup masa lalu Buddha), bagaimana tidak. Bayangkan, calon Buddha ketika terlahir jadi seekor Kera, Beliau membentangkan tubuhnya di tengah sungai. Agar teman-teman kera lain bisa melarikan diri melewati tubuhnya, karena dikejar oleh para pengawal raja. Beliau rela berkorban dibunuh oleh pengawal raja hanya demi menyelamatkan teman-temannya itu. Setelah ditangkap dan ditanya kenapa berbuat seperti itu, Raja Kera (calon Buddha) menjawab, bahwa tindakannya semata-mata demi menolong kera lainnya agar tidak binasa oleh kekejaman perintah Raja, selain itu demi tekadnya dikemudian hari untuk meraih tingkat Buddha. Raja akhirnya melepaskan sambil terkagum-kagum atas pengorbanannya. Sejak itu raja melarang pembunuhan terhadap semua makhluk, ini adalah efek dari metta (cinta-kasih) raja kera. Ketika Beliau jadi seekor kelinci, juga beliau rela terjun ke tengah bara api yang membara, hanya demi menolong seorang pengemis yang kelaparan tidak mendapatkan makanan hari itu. Namun belakangan ternyata pengemis itu adalah jelmaan dari Dewa Sakka untuk menguji ketulusan yang murni dalam berdana (dana parami). Masih banyak lagi cerita klasik yang amat menggelitik dalam buku Jataka, tapi semua cerita itu merujuk kepada tekadnya yang sangat kuat demi pencapaian akhirnya menjadi seorang Sammasam Buddha. Diakhir kelahirannya jadi putra Pangeran Raja Sudoddhana yang diberi nama Sidharta, kemudian setelah menikah dan berputra satu. Beliau meninggalkan istana menjadi seorang petapa selama 6 tahun, akhirnya tercapailah cita-citanya menjadi Buddha Gotama yang terkenal sampai saat ini. Kalau dicermati dari kisah klasik Jataka dan perjalanan hidup Buddha Gotama hingga Parinibbana (wafat), sungguh mulus dan mengesankan. Hingga dapat memberikan inspirasi yang menyegarkan hati dan pikiran kita saat ini. Dari segi manfaat, sudah jelas kisah klasik tersebut dapat membangkitkan semangat perjuangan, dan pengorbanan serta keteguhan dan keuletannya dalam bertekad untuk meraih sesuatu, yang akhirnya juga tercapai dengan sempurna. Inspirasi ini dapat pula membangkitkan keyakinan kita dikala lemah dan turun, sebab dengan membaca kisah-kisah Jataka dan riwayat hidup Buddha Gotama. Sudah pasti muncul tekad dan keyakian serupa dari dalam batin kita, barangkali hanya kadarnya saja yang berbeda tipis dengan calon seorang Buddha. Yang amat terpuji perjalanan hidup Buddha Gotama selama menyebarkan ajaran-Nya ialah tidak pernah meneteskan darah, atau peperangan atas nama dan tujuan serta misi-Nya menyebarkan Dharma ajaran-Nya. Karena dalam sejarah mencatat dari berbagai pemimpin agama di dunia banyak meneteskan darah di atas peperangan dengan nama agama dan penyebarannya. Hingga dirinya sendiri menjadi korban sia-sia dibantai, dianiaya, ditusuk dan akhirnya disalibkan. Sungguh mengenaskan bila mengenang kisahnya, maka buntutnya sampai saat ini tetesan darah itu selalu terjadi. Pemimpin yang lainnya kadang memberi suritauladan yang meleset, dari harapan dan segi pandangan kaum perempuan yang mengagungkan kehidupan keluarga sakinah (sejahtera). Tanpa mau diduakan alias membenci dan menentang kuat sistem Poligami yang diikuti dan ditularkan dari generasi ke generasi oleh sebagian penganutnya. Maka dalam menilai dari ketiga pemimpin agama besar dunia era kini, berarti Buddha tetap lebih unggul dalam segala segi di setiap zaman kehidupan manusia. Sungguh tidak begitu bodohnya jika kita kemudian memiliki keyakinan (Saddha) kepada guru agung Buddha Gotama yang maha suci yang telah meraih Pencerahan batin yang Sempurna. Sebab, semuanya telah teruji dengan baik dan benar, hingga kita tidak layak disebut sebagai umat yang berkeyakinan membuta atau dogma kepada seorang guru agung Buddha. Memilih agama memang bebas dan sah-sah saja , tapi satu hal yang perlu diingat, bahwa kita manusia yang punya akal sehat dan menggunakannya dalam kehidupan saat ini yang sering diistilahkan “Rasional”. Untuk itu, pilihlah agama yang sesuai akal sehat, ilmiah dan rasional, sebab kembali ke ungkapan pertama bahwa kita manusia yang …
Pemanasan Global & Krisis Pangan.
Kehidupan manusia saat ini semakin maju, dan perubahan zaman sangat cepat hingga antara satu Negara dengan Negara lain saling berkaitan amat dekat seolah tanpa sekat lagi, dan saling mempengaruhi. Yang akibatnya jika satu Negara melanggar satu perjanjian dan kesepakatan bersama dalam konferensi PBB, maka Negara tersebut akan dikenai sanksi berat. Dari keterkaitan itu misalnya “Pemanasan Global” yang saat ini sedang gencar di sosialisasikan ke tiap Negara bahkan kepada setiap keluarga dan individu. Apa alasannya? Karena dampak dari pemanasan global akan menimbulkan bahaya kekeringan yang tak terkira, tak dapat diatasi secara mudah. Hingga akibatnya bisa membawa pemusnahan semua makhluk hidup di dunia ini, akibat dari hawa dan musim panas yang amat sangat. Sumber permasalahan pemanasan global menurut peneletian ialah akibat banyaknya rumah kaca, dan penebangan hutan yang tak terkendali. Hingga ketika hujan turun air tidak bisa diserap oleh tanah melainkan langsung mengalir ke sungai, akhirnya ke laut dan efeknya meluap maka terjadilah tsunami. Sedangkan ketika musim panas tiba hawa panasnya tidak terserap oleh pepohonan di hutan. Akibat hutan sudah habis maka tidak aktif memproduksi oksigen, sehingga panasnya makin terasa lebih panas karena tidak ada bantuan peredam dari hasil hutan mengeluarkan oksigen. Jadi, kalau kita teliti peristiwa kebanjiran, dan meluapnya air laut (tsunami), musibah dan bencana alam, sebenarnya sangat kompleks dan saling berkaitan dari berbagai factor penyebab atau sumbernya. Namun ujung-ujungnya tidak lain bahwa penyebab utamanya ialah factor manusianya yang tidak mau mengikuti peraturan dan disiplin hidup yang benar. Buktinya sekarang di sebagaian Negara sudah merasakan dampak pemanasan global itu, misalnya Negara Amerika, Eropa, Afrika, juga di Asia . Contohnya kebanjiran, meluapnya air laut (tsunami), suhu panas yang makin tinggi, dan akhirnya menimpa pertanian seperti; padi dan palawija, dll. Peristiwa bencana alam dan musibah yang sering terjadi akhir-akhir ini, tidak lain dari efek pemanasan global. Pada akhirnya, produksi agrobisnis kelak terancam, akibatnya akan sangat berkurang, saat ini dikhawatirkan produksi padi yang tidak cukup untuk negaranya sendiri, hingga tiap Negara sudah mulai menyimpan padi untuk jangka dua tahun ke depan. Contohnya Negara Thailand yang dulu disebut lumbung padi, tapi saat ini Thailand harga berasnya sudah lima kali lipat dari Rp6000/kg saat ini mencapai Rp30.000./kg. Maka akibatnya banyak petani Thai menjadi kaya mendadak, dan tidak mau lagi kerja di perkotaan, karena keluarga di kampungnya sudah banyak uang hasil menjual padi simpanannya. Vietnam yang terkenal dengan sebutan ‘Lumbung Padi Dunia’, namun jangan heran jika saat ini harga beras di Negaranya sendiri sudah naik 100% lebih dan pasti akan naik lebih tinggi lagi. Sayangnya di Indonesia justru mau ekspor padi ke luar negeri, maka bersiap-siaplah masa depan kita akan mengahadapi “Krisis Pangan”. Sebelum itu, BBM yang mendahului naik harganya, akibatnya harga sembako naik deras tak terkedali, hal ini wajar efek harga BBM, dan transfortasi pun terpaksa ikut naik. Pada akhirnya rakyat kecil juga yang menanggung beban hidup makin berat, rasanya lengkap sudah. Dan yang sangat ditakutkan buntutnya “Gejolak Sosial” di Indonesia, dari pelampiasan masyarakat akar rumput yang ditelantarkan tidak mendapatkan perhatian. Juga derita kelaparan dan kemiskinan yang berkepanjangan, sekolah bayaran naik terus sementara gedungnya banyak yang ambruk. Jalan raya rusak berat di mana-mana tanpa ada perhatian dari Pemerintah, problem penggusuran PKL, PSK, korban PT Lapindo, dan masih banyak lagi ketidakadilan. Mereka rakyat kecil yang kesulitan mencari nafkah dan sudah tidak punya harapan lagi, karena produksi pangan yang direnggut oleh perubahan iklim dan musim, akibat dari pemanasan global, dsb, mereka bisa saja putus asa, maka ‘berhati-hati-lah jaga diri baik-baik’.
Mohon maaf lahir & batin.
Kita semua belum sampai ke tingkat calon Buddha, tapi semoga dikemudian hari dan kelahiran yang akan datang, kita dapat sampai ke tataran yang lebih baik. Sementara kini, kita masih berkubang dengan lobha, dosa dan moha akibat kesukaan dan kemelekatan kita terhadap objek pancaindera. Namun demikian kita tetap harus berjuang setahap demi setahap menguranginya, agar hidup ini akan terasa lebih berarti di bandingkan hari-hari yang lalu. Era Buddha telah berlalu sangat lama, kini kita dikepung oleh kenikmatan duniawi yang terasa makin hari semakin menggigit ke uluhati, bahkan makin kuat mencengkramnya. Kita juga tak mungkin bisa melepaskan lingkaran setan ini secara mendadak, kita masih butuh mereka, dan kita masih berada dalam lingkaran pergaulan masyarakat luas, sebab kita juga tidak lain adalah salah satu hasil dari produk mereka. Kita besar dan tumbuh dari lingkungan pergaulan masyarakat luas, yang sengaja atau tidak kita kadang berbuat salah dan kasar terhadap sesama saudara, teman, kerabat dan masyarakat. Karena itu, tidak ada ruginya bila di saat yang baik ini kita mulai belajar mengembangkan kerendahan hati, disertai dedikasih yang tulus untuk saling memaafkan satu sama lainnya. Seperti ujaran para sesepuh kita pada setiap tahun baru imlek, juga pada hari raya idulfitri bagi kaum Muslim. Tradisi baik ini yang diturunkan kepada re-generasi untuk memberi salam hormat dan saling memaafkan terhadap sesama. Dari tindakan ini, buahnya amat manis dan akhirnya bisa menimbulkan getaran halus rasa kebahagiaan, yang memancar dari dalam batin kita ke muka, hingga kehidupan kita terasa lebih bermanfaat. Apalagi jika kita bisa mengajarkan kepada anak-cucu kita kelak, alasannya orang pemaaf dan orang yang menerima maaf akan terjadi peleburan akumulasi dari kekotoran batin yang selama ini terpendam di lubuk hati. Itulah makna sebenarnya dari saling memaafkan satu sama lain diantara kita, apalagi disampaikan di hari yang sacral seperti hari raya Waisak.
Maka saat ini juga. saya akan mulai dengan setulus hati menyapaikan:
“Mohon Maaf atas segala kesalahan apa pun bentuknya yang kulakukan terhadap siapa pun yang merasa terusik oleh tulisan dan tindakan saya. Semoga dikemudian hari, saya memiliki pengendalian diri dengan baik dan benar. Harapan saya mereka yang tersinggung merasa dikritik agar intropeksi diri, lalu berubah menjadi lebih baik, demi memberi contoh suritauladan yang baik dan benar kepada re-generasi yad, terimakasih atas segala perhatiannya”.
Selamat Hari Raya Waisak 2552 Tahun Buddhis/2008.
“Mohon Maaf Lahir & Batin kepada umat dan bangsa Indonesia ”
--------------------------------------------------------------------
Wihara Wimala Dharma Bandung, 1 Mei 2008.
Salam damai dan bahagia selalu..
Bhikkhu Sudhammacaro.
Sabbe Satta Bhawantu Sukhitatta.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.
“Mohon Maaf Lahir & Batin kepada umat dan bangsa Indonesia ”
-----------------------------------------------------------------
Waisak hari bersejarah dengan nilai spiritual amat tinggi.
Umat Buddha akan memperingati dan merayakan hari raya Waisak pada tanggal 20 Mei 2008, serentak di seluruh Indonesia, baik di wihara, cetiya, dan di candi agung Borobudur, candi Sewu, candi Muara Jambi, dsb. Waisak adalah hari bersejarah yang memiliki nilai spiritual amat tinggi dan tak ternilai, bila diukur secara duniawi. Alasannya, karena detik-detik bulan purnamasidhi (bulan terang-benderang sepenuhnya) di hari dan bulan Waisak inilah, seorang petapa agung dari suku Sakya memperoleh Pencerahan Batin yang Sempurna. Buah hasil dari perjuangan dan pengorbanan-Nya yang amat panjang dan melelahkan hingga akhirnya Beliau mendapat panggilan Sammasambuddha, manusia yang agung dan telah sadar sempurna. Sejak itu, alam semesta bergetar bagai gempa berkekuatan tinggi, baik di alam Brahma, seluruh alam Dewa, dan di dunia, alam neraka, semua hewan tertegun sejenak efek dari kekuatan getaran kesucian seorang Buddha. Bahkan diceritakan bahwa alam Brahma, seluruh alam Dewa, alam neraka terbuka lebar, termasuk di dunia, hingga sesama semua makhluk bisa saling mamandang dan termangu seketika, tanpa tahu sebabnya. Hanya terasa ada getaran nikmat kebahagiaan yang mengalir ke seluruh tubuh, sambil memandang satu sama lainnya. Anehnya lagi tidak menimbulkan kerusakan, retak-retak, kecelakaan dan bahkan tidak ada korban apa pun. Akhirnya Buddha di puja-puji dan di hormati oleh para Dewa dan manusia, sampai saat ini.
Sejarah perjalanan hidup Buddha.
Mengapa Buddha di puja dan di hormati oleh para Dewa dan manusia? Bila kita tidak memiliki pengertian benar, dan keyakinan kepada Beliau, tak mungkin seperti itu. Juga kalau kita tidak tahu membaca sejarah kehidupan masa lampau Buddha, rasanya sulit sekali manusia akan timbul keyakinannya. Sebab itu, alangkah baiknya jika kita tahu sedikit saja kisah klasik kehidupan Buddha di masa lampau-Nya. Untuk membangkitkan kepercayaan dan keyakinan akan perjuangan dan pengorbanan serta dedikasih Beliau terhadap kehidupan semua makhluk, demi menerangi batin kita yang gelap. Yang akhirnya semoga dapat membuka mata batin kita terhadap Dharma ajaran-Nya.
Kehidupan Buddha memang amat unik, menarik, kagum, hebat dan dahsyat sekali kalau kita baca dari buku Jataka (riwayat hidup masa lalu Buddha), bagaimana tidak. Bayangkan, calon Buddha ketika terlahir jadi seekor Kera, Beliau membentangkan tubuhnya di tengah sungai. Agar teman-teman kera lain bisa melarikan diri melewati tubuhnya, karena dikejar oleh para pengawal raja. Beliau rela berkorban dibunuh oleh pengawal raja hanya demi menyelamatkan teman-temannya itu. Setelah ditangkap dan ditanya kenapa berbuat seperti itu, Raja Kera (calon Buddha) menjawab, bahwa tindakannya semata-mata demi menolong kera lainnya agar tidak binasa oleh kekejaman perintah Raja, selain itu demi tekadnya dikemudian hari untuk meraih tingkat Buddha. Raja akhirnya melepaskan sambil terkagum-kagum atas pengorbanannya. Sejak itu raja melarang pembunuhan terhadap semua makhluk, ini adalah efek dari metta (cinta-kasih) raja kera. Ketika Beliau jadi seekor kelinci, juga beliau rela terjun ke tengah bara api yang membara, hanya demi menolong seorang pengemis yang kelaparan tidak mendapatkan makanan hari itu. Namun belakangan ternyata pengemis itu adalah jelmaan dari Dewa Sakka untuk menguji ketulusan yang murni dalam berdana (dana parami). Masih banyak lagi cerita klasik yang amat menggelitik dalam buku Jataka, tapi semua cerita itu merujuk kepada tekadnya yang sangat kuat demi pencapaian akhirnya menjadi seorang Sammasam Buddha. Diakhir kelahirannya jadi putra Pangeran Raja Sudoddhana yang diberi nama Sidharta, kemudian setelah menikah dan berputra satu. Beliau meninggalkan istana menjadi seorang petapa selama 6 tahun, akhirnya tercapailah cita-citanya menjadi Buddha Gotama yang terkenal sampai saat ini. Kalau dicermati dari kisah klasik Jataka dan perjalanan hidup Buddha Gotama hingga Parinibbana (wafat), sungguh mulus dan mengesankan. Hingga dapat memberikan inspirasi yang menyegarkan hati dan pikiran kita saat ini. Dari segi manfaat, sudah jelas kisah klasik tersebut dapat membangkitkan semangat perjuangan, dan pengorbanan serta keteguhan dan keuletannya dalam bertekad untuk meraih sesuatu, yang akhirnya juga tercapai dengan sempurna. Inspirasi ini dapat pula membangkitkan keyakinan kita dikala lemah dan turun, sebab dengan membaca kisah-kisah Jataka dan riwayat hidup Buddha Gotama. Sudah pasti muncul tekad dan keyakian serupa dari dalam batin kita, barangkali hanya kadarnya saja yang berbeda tipis dengan calon seorang Buddha. Yang amat terpuji perjalanan hidup Buddha Gotama selama menyebarkan ajaran-Nya ialah tidak pernah meneteskan darah, atau peperangan atas nama dan tujuan serta misi-Nya menyebarkan Dharma ajaran-Nya. Karena dalam sejarah mencatat dari berbagai pemimpin agama di dunia banyak meneteskan darah di atas peperangan dengan nama agama dan penyebarannya. Hingga dirinya sendiri menjadi korban sia-sia dibantai, dianiaya, ditusuk dan akhirnya disalibkan. Sungguh mengenaskan bila mengenang kisahnya, maka buntutnya sampai saat ini tetesan darah itu selalu terjadi. Pemimpin yang lainnya kadang memberi suritauladan yang meleset, dari harapan dan segi pandangan kaum perempuan yang mengagungkan kehidupan keluarga sakinah (sejahtera). Tanpa mau diduakan alias membenci dan menentang kuat sistem Poligami yang diikuti dan ditularkan dari generasi ke generasi oleh sebagian penganutnya. Maka dalam menilai dari ketiga pemimpin agama besar dunia era kini, berarti Buddha tetap lebih unggul dalam segala segi di setiap zaman kehidupan manusia. Sungguh tidak begitu bodohnya jika kita kemudian memiliki keyakinan (Saddha) kepada guru agung Buddha Gotama yang maha suci yang telah meraih Pencerahan batin yang Sempurna. Sebab, semuanya telah teruji dengan baik dan benar, hingga kita tidak layak disebut sebagai umat yang berkeyakinan membuta atau dogma kepada seorang guru agung Buddha. Memilih agama memang bebas dan sah-sah saja , tapi satu hal yang perlu diingat, bahwa kita manusia yang punya akal sehat dan menggunakannya dalam kehidupan saat ini yang sering diistilahkan “Rasional”. Untuk itu, pilihlah agama yang sesuai akal sehat, ilmiah dan rasional, sebab kembali ke ungkapan pertama bahwa kita manusia yang …
Pemanasan Global & Krisis Pangan.
Kehidupan manusia saat ini semakin maju, dan perubahan zaman sangat cepat hingga antara satu Negara dengan Negara lain saling berkaitan amat dekat seolah tanpa sekat lagi, dan saling mempengaruhi. Yang akibatnya jika satu Negara melanggar satu perjanjian dan kesepakatan bersama dalam konferensi PBB, maka Negara tersebut akan dikenai sanksi berat. Dari keterkaitan itu misalnya “Pemanasan Global” yang saat ini sedang gencar di sosialisasikan ke tiap Negara bahkan kepada setiap keluarga dan individu. Apa alasannya? Karena dampak dari pemanasan global akan menimbulkan bahaya kekeringan yang tak terkira, tak dapat diatasi secara mudah. Hingga akibatnya bisa membawa pemusnahan semua makhluk hidup di dunia ini, akibat dari hawa dan musim panas yang amat sangat. Sumber permasalahan pemanasan global menurut peneletian ialah akibat banyaknya rumah kaca, dan penebangan hutan yang tak terkendali. Hingga ketika hujan turun air tidak bisa diserap oleh tanah melainkan langsung mengalir ke sungai, akhirnya ke laut dan efeknya meluap maka terjadilah tsunami. Sedangkan ketika musim panas tiba hawa panasnya tidak terserap oleh pepohonan di hutan. Akibat hutan sudah habis maka tidak aktif memproduksi oksigen, sehingga panasnya makin terasa lebih panas karena tidak ada bantuan peredam dari hasil hutan mengeluarkan oksigen. Jadi, kalau kita teliti peristiwa kebanjiran, dan meluapnya air laut (tsunami), musibah dan bencana alam, sebenarnya sangat kompleks dan saling berkaitan dari berbagai factor penyebab atau sumbernya. Namun ujung-ujungnya tidak lain bahwa penyebab utamanya ialah factor manusianya yang tidak mau mengikuti peraturan dan disiplin hidup yang benar. Buktinya sekarang di sebagaian Negara sudah merasakan dampak pemanasan global itu, misalnya Negara Amerika, Eropa, Afrika, juga di Asia . Contohnya kebanjiran, meluapnya air laut (tsunami), suhu panas yang makin tinggi, dan akhirnya menimpa pertanian seperti; padi dan palawija, dll. Peristiwa bencana alam dan musibah yang sering terjadi akhir-akhir ini, tidak lain dari efek pemanasan global. Pada akhirnya, produksi agrobisnis kelak terancam, akibatnya akan sangat berkurang, saat ini dikhawatirkan produksi padi yang tidak cukup untuk negaranya sendiri, hingga tiap Negara sudah mulai menyimpan padi untuk jangka dua tahun ke depan. Contohnya Negara Thailand yang dulu disebut lumbung padi, tapi saat ini Thailand harga berasnya sudah lima kali lipat dari Rp6000/kg saat ini mencapai Rp30.000./kg. Maka akibatnya banyak petani Thai menjadi kaya mendadak, dan tidak mau lagi kerja di perkotaan, karena keluarga di kampungnya sudah banyak uang hasil menjual padi simpanannya. Vietnam yang terkenal dengan sebutan ‘Lumbung Padi Dunia’, namun jangan heran jika saat ini harga beras di Negaranya sendiri sudah naik 100% lebih dan pasti akan naik lebih tinggi lagi. Sayangnya di Indonesia justru mau ekspor padi ke luar negeri, maka bersiap-siaplah masa depan kita akan mengahadapi “Krisis Pangan”. Sebelum itu, BBM yang mendahului naik harganya, akibatnya harga sembako naik deras tak terkedali, hal ini wajar efek harga BBM, dan transfortasi pun terpaksa ikut naik. Pada akhirnya rakyat kecil juga yang menanggung beban hidup makin berat, rasanya lengkap sudah. Dan yang sangat ditakutkan buntutnya “Gejolak Sosial” di Indonesia, dari pelampiasan masyarakat akar rumput yang ditelantarkan tidak mendapatkan perhatian. Juga derita kelaparan dan kemiskinan yang berkepanjangan, sekolah bayaran naik terus sementara gedungnya banyak yang ambruk. Jalan raya rusak berat di mana-mana tanpa ada perhatian dari Pemerintah, problem penggusuran PKL, PSK, korban PT Lapindo, dan masih banyak lagi ketidakadilan. Mereka rakyat kecil yang kesulitan mencari nafkah dan sudah tidak punya harapan lagi, karena produksi pangan yang direnggut oleh perubahan iklim dan musim, akibat dari pemanasan global, dsb, mereka bisa saja putus asa, maka ‘berhati-hati-lah jaga diri baik-baik’.
Mohon maaf lahir & batin.
Kita semua belum sampai ke tingkat calon Buddha, tapi semoga dikemudian hari dan kelahiran yang akan datang, kita dapat sampai ke tataran yang lebih baik. Sementara kini, kita masih berkubang dengan lobha, dosa dan moha akibat kesukaan dan kemelekatan kita terhadap objek pancaindera. Namun demikian kita tetap harus berjuang setahap demi setahap menguranginya, agar hidup ini akan terasa lebih berarti di bandingkan hari-hari yang lalu. Era Buddha telah berlalu sangat lama, kini kita dikepung oleh kenikmatan duniawi yang terasa makin hari semakin menggigit ke uluhati, bahkan makin kuat mencengkramnya. Kita juga tak mungkin bisa melepaskan lingkaran setan ini secara mendadak, kita masih butuh mereka, dan kita masih berada dalam lingkaran pergaulan masyarakat luas, sebab kita juga tidak lain adalah salah satu hasil dari produk mereka. Kita besar dan tumbuh dari lingkungan pergaulan masyarakat luas, yang sengaja atau tidak kita kadang berbuat salah dan kasar terhadap sesama saudara, teman, kerabat dan masyarakat. Karena itu, tidak ada ruginya bila di saat yang baik ini kita mulai belajar mengembangkan kerendahan hati, disertai dedikasih yang tulus untuk saling memaafkan satu sama lainnya. Seperti ujaran para sesepuh kita pada setiap tahun baru imlek, juga pada hari raya idulfitri bagi kaum Muslim. Tradisi baik ini yang diturunkan kepada re-generasi untuk memberi salam hormat dan saling memaafkan terhadap sesama. Dari tindakan ini, buahnya amat manis dan akhirnya bisa menimbulkan getaran halus rasa kebahagiaan, yang memancar dari dalam batin kita ke muka, hingga kehidupan kita terasa lebih bermanfaat. Apalagi jika kita bisa mengajarkan kepada anak-cucu kita kelak, alasannya orang pemaaf dan orang yang menerima maaf akan terjadi peleburan akumulasi dari kekotoran batin yang selama ini terpendam di lubuk hati. Itulah makna sebenarnya dari saling memaafkan satu sama lain diantara kita, apalagi disampaikan di hari yang sacral seperti hari raya Waisak.
Maka saat ini juga. saya akan mulai dengan setulus hati menyapaikan:
“Mohon Maaf atas segala kesalahan apa pun bentuknya yang kulakukan terhadap siapa pun yang merasa terusik oleh tulisan dan tindakan saya. Semoga dikemudian hari, saya memiliki pengendalian diri dengan baik dan benar. Harapan saya mereka yang tersinggung merasa dikritik agar intropeksi diri, lalu berubah menjadi lebih baik, demi memberi contoh suritauladan yang baik dan benar kepada re-generasi yad, terimakasih atas segala perhatiannya”.
Selamat Hari Raya Waisak 2552 Tahun Buddhis/2008.
“Mohon Maaf Lahir & Batin kepada umat dan bangsa Indonesia ”
--------------------------------------------------------------------
Wihara Wimala Dharma Bandung, 1 Mei 2008.
Salam damai dan bahagia selalu..
Bhikkhu Sudhammacaro.
Sabbe Satta Bhawantu Sukhitatta.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.
Komentar